SEJARAH DALAM HIDUP SAYA ADA DI SINI. BACA YUK.!
Katanya sejarah baru
terjadi pada diri saya.
Pada tulisan saya
sebelumnya, saya pernah bercerita kalau Ayah sedang sakit. Nah, bermula dari
situ saya memutuskan untuk pulang kampung. Kemudian setelah saya lihat kalender
dan berdiskusi sama Mama by phone, bulan Januari itu begitu banyak acara
dikeluarga; tgl 6 jan (winda –anak tiri pak Ateh- nikah), tgl 21 jan (Bg fauzi
nikah).
Awalnya saya memang tidak
berniat mau pulang meskipun uang (ongkos) cukup. Saya berencana untuk pergi ke
Thailand atau ke Batam. Dan jadwal pulang itu ketika lebaran saja, agar full
Ramadhan di rumah dan tiga hari lebaran balik.
Keputusan itu terus saya
pikirkan dari mulai bulan Oktober 2018. Dan tak lupa pula saya istikhorohkan.
Hingga mendekati akhir
tahun, saya semakin bingun. Dari do’a istikhoroh yang saya kerjakan belum
mendapatkan kemantapan jawaban dari Allah. Entah lah. Dan akhirnya saya
memutuskan untuk tidak pulang, lalu saya mengambil cuti untuk menjaga keponakan
saya yang di sini, karena Mama mereka sedang interview untuk mendapatkan izin
tinggal di Malaysia.
Karena cuti sudah saya ambil
beberapa kali. Jadi saya yakin, kalau saya tidak akan pulang pada bulan Januari
nanti. Namun, takdir Allah berkata lain. Saya mendapatkan kabar bahwa ayah
sakit dan sempat di infuse karena tidak nafsu makan, serta terlihat begitu
kurus.
Tepat dua hari sebelum new
year, saya memberanikan mengajukan cuti kepada supervisor dengan alasan ‘ayah
sakit’ dan kebetulan beliau sudah tahu kalau ayah saya sakit karena sebelumnya
saya ambil cuti mendadak karena ingin mencari obat ayah.
Setelah memutuskan untuk
pulang ditanggal 4 Januari, saya mulai berdiskusi pada Boss diatas supervisor
(line kuning) namanya Pak Yusri. Beliau menyarankan agar cuti saya di tunda
dulu, sebab ada perubahan system nantinya. Ya, benar saja, kami kembali ke
system 4-4 (4 hari kerja; 4 hari cuti). Nah, itu malah menjadi kesempatan bagus
dan keberuntungan saya. Sebab semakin lama saya dapat cuti nantinya.
Sekian banyak
pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk memngambil cuti pada tanggal 9
janurai sampai 4 februari. Kenapa?? Karena saat saya mengajukan cuti untuk
tanggal 4 januari belum acc, alasannya menunggu perubahan system 4-4 sudah fix.
Setelah perubahan sudah fix mulai tanggal 7 Januari dan saya masuk ke Group DD
saya mulai merancang planning saya. Tidak lama setelah itu, kalender baru
terbit dan saat saya lihat cuti pertama saya jatuh tanggal 9 Jan. Dengan mantap
saya submit leave form satu minggu sebelum hari H. Dan ditambah drama pembuatan
surat dalam bahasa inggris yang harus mengulang berkali-kali.
Surat cuti pertama, saya
suruh teman Nepal (Arjun) membuatnya yang berujung komentar Pak Yusri “teruk
sangant grammar bahasa dia tu” dan otomatis gagal. Kemudian saya suruh Nepal
kedua (Jubed) dan hanya satu kalimat yang kurang pass menutut Supervisor. Dan
ketiga saya buat sendiri di kertas lalul diketik oleh Arjun sesuai apa yang
saya contohkan. Alhamdulillah, tidak ada komentar buruk, yang ada hanya
komentar dari Pak Yusri “sudah saya sign”.
Dari sekian banyak drama
saat men-submit leave form, ada yang lebih parah lagi dari itu. Yaitu datang
dari agent kami.
Memang sebelumnya saya
tidak pernah tahu bagaimana prosedur yang berlaku di sini. Saya pikir, karena
passport sudah ditangan saya bebas mau pulang kapan saja. Dan seharusnya memang
begitu. Itukan Negara saya, jadi tidak ada aturan apapun yang harus saya penuhi
kecuali passport. Jadi saya memutuskan untuk beli tiket sekali jalan saja. Dan
setelah saya snap and send to agent, dia bilang “harus ada dua tiket dek, kalau
hanya satu tiket tak boleh bagi surat jalan dan tak boleh arrange van untuk
kamu pi airport.”
Oke, fix. Itu buat nyali
saya ciut. Mulai dech kepala saya pusing, mau beli tiket satu lagi otomatis
uangnya tidak cukup untuk beli oleh-oleh. Kalau saya pergi tanpa surat jalan,
takutnya bermasalah di imigrasi (informasi dari teman yang sudah pernah ke
Malaysia juga), dan kalau saya pergi ke airport dengan grab, RM100,00 sudah jelas habis untuk PP, yang seharusnya
saya cuma nambah RM 100,00 lagi untuk beli tiket balik saya.
Dan setelah
dihitung-hitung, lebih baik saya beli tiket satu lagi. Selain tenang dengan ada
surat jalan, juga nanti di kampung saya tidak pusing harus menyisihkan uang
untuk belik tiket lagi. Dan masih ada sisa uang yang seharusnya untuk taksi,
saya pergunakan untuk beli oleh-oleh yang seadanya.
Oya, sempat juga saya
beradu mulut dengan agent, Ayu namanya. Sebenarnya dia hanya pengganti agent
yang sedang cuti, kak Faizah. Saya bilang ke kak Ayu di telpon “itu hari kawan
saya boleh balek karena ayah dia meninggal. Hari ni ayah dia meninggal, esok
dia boleh terbang.” Wah... langsung nyemprot dech kata-katanya “adek, case dia
tak sama, jangan kamu samakan. Itu emergency. Kan sudah kakk bagi tahu, satu
minggu sebelumnya kamu sudah bagi snap cuti. Bukan senang nak buat surat jalan
tu. Kalau kamu balik tak pakai surat jalan pun tak pa. Tapi kalau ada apa-apa
kamu nanti, agent tak mau tanggungjawab. Blaa---bla---blaa.
Dan akhirnya saya lah yang
harus berdamai. Memang saya yang salah karena begitu mendadak dan tidak
mengikuti prosedur. Malah saya send snap tiket pergi ke kak Ayu dan snap tiket
balik ke kak faizah. Lah... ya jelaslah bikin puyeng kan? Heheee...
Dan pada akhirnya Allah
men-takdirkan saya dapat balik ke tanah air tercinta. Meskipun dengan
perjalanan yang berlika-liku. Serta merepotkan kak Ani di sini. Sampai-sampai
kak Ani mau gadaikan emasnya untuk duit pegangan di bandara nanti jika terjadi
hal-hal yang tak diinginkan. Namun, saya menolak, karena menggadaikan emas
nanti ujung-ujungnya tambah ribet. Karena meminjam 200 ringgit, pasti
bertambah. Dan saya mencoba untuk menghindari itu. Lalu saya mencoba meminjam
uang teman sekamar. Suci dan Husna, masing-masing dari mereka memberi saya
pinjaman uang 200 ringgit. Dan Alhamdulillah, hingga sampai di Indonesia saya
tidak butuh uang itu. Masih utuh.
Tak hanya itu saja drama
yang saya terima. Saat semua sudah siap di-packing dan sudah di-wrapping
plastic pada malamnya. Tiba-tiba saya teringat pada passport, yang entah dimana
saya letakkan. Alhasil jantung dan tubuh saya lemas. Sambil menangis dan berdoa
saya membongkar tas-tas saya kecuali tas yang sudah di wrapping tidak saya
buka. Takut kalau tidak ada didalamnya malah bikin masalah baru lagi untuk
mengulang kerjaan yang sama.
Dengan terus berderai air
mata dan untaian doa, saya membongkar tas dan tempat tidur. 30 mnt kemudian
Allah beri jalan keluar. Yah, ketemu dech. Alhamdulillah. Saya menutup mata
dengan tenang hingga menunggu pagi menjelang pukul 6 pagi van akan jemput saya
di depan rumah.
To
be continued.... waiting my next blog ya ..... never feel bored to read my
writing. My happiness is only anyone able to read and share my blog. Thanks in
advance guys.
Penang, 4 Feb., 19
0 Response to "SEJARAH DALAM HIDUP SAYA ADA DI SINI. BACA YUK.!"
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys