APA ITU INTROVERT DAN EKSTROVERT [True Story]
INTROVERT VS EKSTROVERT
(caca.nice)
Siapa sangka, seoarang yang tidak suka bergaul, tidak suka keramaian, cuek, tidak suka berorganisasi, pendiam dan sederet karakter tertutup lainnya yang dimiliki oleh seorang gadis sederhana seperti saya, mampu berkelana meninggalkan rumah dan keluarga begitu lama.
Dahulu, saya hanya berangan-angan, suatu hari nanti saya bisa merasakan naik pesawat terbang. Entah kemana pesawat itu akan terbang, saya tidak peduli asalkan saya bisa menaikinya, itu sudah cukup bagi saya. Angan-angan abstrak seorang gadis introvert yang tak pernah melihat sisi lain yang begitu luas nan indah dari ciptaan Allah Swt. Harapan abu-abu yang entah kapan bisa terwujud.
Qadarullah. Pesawat itu membawa saya pergi jauh meninggalkan kampung halaman dan keluarga. Terbang jauh ke tanah serumpun melayu. Tempat yang benar-benar asing, tanpa tahu medan kehidupan di sana.
Namun, saya sedikit beruntung dari mereka yang tidak punya keluarga di tanah rantau. Alhamdulillah, saudara dari Ibu ada di tempat asing ini, sehingga saya tidak terlalu khawatir. Di sini saya tinggal bersama Paman dan Bibi —Abang kandung Ibu— yang lebih dulu merantau ke tanah serumpun melayu ini.
Di sini, teh obeng menjadi ciri khas sebutan untuk minuman yang sebenarnya tidak asing bagi kita. Minuman yang sehari-hari berseliweran di dekat kita. yaitu teh manis dingin, itulah teh obeng. Dan ketika kita melintas di pusat perkotaannya, kita akan melihat brend di atas bukit bertuliskan “WELCOME TO BATAM” yang akan menyedot keinginan kita untuk mengabadikan moment itu dalam beberapa jepretan.
Welcome to Batam introvert! Gadis tertutup telah menginjakkan langkah kakinya untuk kali pertama. Gamang. Melihat keramaian dua kali lipat dari sebelumnya. Sudah tentu akan berbeda dari kehidupannya dahulu. Di sinilah, semua akan berubah.
Seperti anak ayam kehilangan induknya. Seperti prajurit yang kehilangan komandannya. Kocar-kacir tak tentu arah. Begiutlah introvert sepertiku berkelana di tanah rantau. Awalnya memang saya masih sedikit takut jika pergi ke mana-mana, namun, setelah beberapa bulan berikutnya, kaki kecil ini telah lincah dan nyali melebihi dari yang saya perkirakan.
Kemudian, saya mendapatkan pekerjaan di sini. Lingkungan pekerjaan yang tak pernah saya alami seumur hidup. Lalu saya mendapatkan banyak teman. Entah bagaimana cara saya bisa berkenalan dengan mereka, saya pun tidak tahu. Semua mengalir begitu saja. Saya berteman dengan siapa saja, dari berbagai suku dan asal kota seluruh Indonesia. Ternyata, punya banyak teman dari Sabang sampai Marauke adalah euforia yang tak pernah saya rasakan seumur hidup kala saya menjadi seorang introvert.
Perlahan demi perlahan, sifat introvert saya menghilang. Seperti uap nasi dalam rice cooker, kala terbuka penutupnya, maka berhamburanlah uap itu dan menghilang berbaur bersama angin. Kini saya bukan lagi gadis introvert.
Pergaulan tanpa kontrol membuatku terjerumus pada gaya hidup hedonisme. Saya mencoba-coba semua yang belum pernah saya lakukan; karaoke hingga larut malam, nongkrong, jalan bareng dengan lelaki yang bukan mahram hingga berpacaran. Tetapi saya masih bisa mengontrol untuk tidak akan pernah mencoba yang namanya barang-barang haram, sex bebas dan ciuman —saat berpacaran. Alhamdulillah, ajaran-ajaran agama yang dahulu diajarakan orangtua pada saya sedikit melekat dan manjadi pengerem.
Dahulu, saya tidak pernah mengenal yang namanya ‘pacaran’. Namun, kini gonta-ganti pacar adalah tren dalam pergaulan. tetapi, gaya berpacaranku hanya sebatas mendapatkan tumpangan gratis, makan dan minum gratis, jalan-jalan dan kesenangan lainnya.
Hari berlalu menjadi minggu, berganti menjadi bulan, berubah menjadi tahun. Tahun demi tahun berlalu begitu saja. Kehampaan mulai menghantui jiwa yang kian hari menjadi kosong. Selama tiga tahun saya bergelut dibidang yang sama. pergaulan yang tak pernah memberikan kebahagiaan dan manfaat. Saya mulai bosan dengan gaya hedonisme yang tak pernah memberikan kenyamanan. Saya memang bahagia saat melakukan hobi-hobi itu, tetapi kebahagiaan itu layaknya angin yang memenuhi ruang hampa. Tak terasa. Tak bermakna.
Lalu, saya mencari apa yang membuat jiwa dan hati kecil ini kosong. Introspeksi diri, menghindari keramaian dan teman-teman untuk beberapa hari. Adalah cara saya menemukan masalah kehampaan jiwa. Hingga pada titik kejenuhan hidup yang mulai membosankan. Saya mencoba pindah dan tinggal sendiri di sebuah kos-kosan. Saya belajar hidup mandiri dan belajar apa yang tidak saya ketahui.
Qadarullah. Allah memberikan skenario terindah-Nya yang tak pernah saya bayangkan. Teman-teman penganut gaya hedonis, Allah ganti dengan teman-teman penganut gaya agamis. Saya mencoba kembali ke dunia ternyaman seperti kala itu, yaitu gaya introvert yang membuat hidup saya penuh dengan ketenangan. Semua pergaulan salah dan kurang bermanfaat, kini saya tinggalkan. Tidak peduli sepi atau dijauhi teman, yang terlintas dipikiran saya hanya memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah menjauhkan diri pada hakikat hidup yang sebenarnya.
Subhanallah. Bukannya saya kehilangan kebahagian, tetapi Allah malah melipat gandakan kebagiaan yang dulu saya tinggalkan menjadi kenyamanan dan keberkahan. Langkah kaki yang selalu diringankan untuk menuju majelis-majelis ilmu, memperdalam ilmu agama, belajar mengaji, dan berorganisasi dalam komunitas-komunitas yang menurut saya dapat memberikan manfaat.
Setelah pergulatan hati yang tak menentu. Kini, saya merasakan aroma udara pagi yang lebih segar dari sebelumnya. Cahaya mentari yang bersinar lebih terang dari kemarin. Dan hati yang terasa lebih damai dan tenang dari kala itu. inilah saya, sifat introvert yang seharusnya tidak saya ganti menjadi ekstorvert.
Seharusnya, saya lebih bersyukur dengan sifat introvert ini. Seharusnya, saya tahu bahwa Allah sedang menjaga saya dengan sifat itu. Masya Allah, kini saya sadar, dibalik aturan dan rencana Allah, ada kebaikan yang tak pernah kita duga-duga.
NB: Tulisan ini pernah diikut sertakan lomba menulis pada 2017 dan masuk nominasi. Tetapi prosesnya tidak ada kabar, sehingga saya re-post di sini.
Di batam memang bisa merubah karakter seseorang. Introvert memang pribadi ku, dan lebih parah lagi untuk bergaul sama teman di batam, butuh 3 tahun ntuk bisa bergaul dan suka keluyuran. Hhhhh parah
ReplyDeleteHahahaha... sama juga toh. Emang batam bisa merubah segalanya, ya kan.
ReplyDelete