Perjalanan Batin #3 [Finish]

Bermula dari ketidak sengajaan hati mengucap janji kepada Allah, “ingin bercadar.” Semoga takdir yang telah Ia tetapkan pada saya adalah suatu anugrah dan pemberi jalan kebaikan untuk diri dan keluarga saya. Aamiin...

Baca juga kisah sebelumnya dari Perjalanan Batin #1 dan  Perjalanan Batin2 

Sebenarnya saya masih belum yakin dengan keputusan untuk memakai cadar, namun karena merasa dengan memakainya saya bisa lebih terjaga dan aman. Sehingga saya memutuskan untuk menggunakannya saat jalan-jalan ke Komtan, Penang.

Ya, satu minggu sebelumnya, kami sudah berencana bertemu sapa dengan teman sekolah (sesama MAN 2) yang tidak pernah ketemu lagi setelah kelulusan 2009 lalu.


Awalnya saya hanya mengenal Ietha (dia yang membawa saya ke Malaysia) tapi karena dia gagal tes di kilang yang sama, dia akhirnya pergi ke kilang lain. Jadi kami terpisah walaupun sama-sama di Malaysia. Kemudian ada Aisyah, saya tahu karena dia tiba-tiba menelpon dan bercerita kalau dia masuk kilang yang sama dengan saya. Alhasil, saya girang teramat sangat, saya mempunyai teman sesama sekolah, seangktan, dan se-se lah pokoknya. Setelah ketemu di kilang, rasanya saya menemukan saudara baru.

Setelah itu, beberapa bulan kemudian dia mengajak kumpul bersama dengan teman yang lain, Salbiah dan Milla. Saya kenal mereka tapi tidak ada komunikasi, sehingga perjanjian temu kangen itu atas rancangan Aisyah, dan Aisyah mengajak saya, lalu saya mengajak Ietha. Alhamdulillah... setelah ketemu dan tatap muka mereka saling takjub satu sama lain. Ada yang berubah; makin cantik, ada yang makin kurus, ada yang gemuk, dan ada yang biasa-biasa aja (gak banyak berubah setelah 10 tahun gak ketemu). Sedangkan saya, mereka tidak tahu, karena saya menggunakan cadar.

Yah, pada pertemuan (baca; reunian) tak sengaja itu, mereka tidak sepenuhnya mengingat saya pada masa dulu di sekolah, karena saya memang tidak popular dan sekarang mereka hanya melihat saya yang bercadar, Wajar lah lupa, asalkan saya masih tetap mengingat mereka.

Yang menjadi kenangan saat peristiwa itu adalah ketika saya membuka cadar di toilet (Malay; tandas), untuk membetulkan letak cadar saya dan mengelap minyak dimuka. Lalu tiba-tiba ada anti (tante) berwajah ke-arab-an dan usia sekitar 50 lebih yang sedang memperbaiki kerudungnya di sebelah saya. Kemudian beliau bertanya, “Adek, kamu masih sekolah ke?”

“Tak, Anti. Saya pekerja kat sini.”
“Kenapa kamu pakai tutup tu. Kalau kena polis kamu kena tangkap, tau. Dia bagi kat imigration. Bla---bla----blaa.”

Saya tidak paham dengan bahasanya yang terbali-balik dan saya juga tidak mengerti maksudnya apa. Lalu saya tinggalkan anti tersebut masuk ke dalam tandas. Setelah itu saya masih mendengar anti itu bercerita dengan Aisyah, tetapi saya masih tidak jelas dan mengerti maksudnya apa.

Setelah saya keluar dan bertatap dengan anti itu lagi, dia berkata, “Anti tak nak buat kamu takut, kalau kamu nak pakai itu hak kamu. Kalau kat Negara anti arab sana, perempuan mesti pakai, sebab dia orang cantik-cantik dan lelaki sana mudah suka. Tapi anti berpesan kamu kena hati-hati kat Malaysia semoga kerajaan suatu hari nanti bolehkan pakai macam kamu ni.” Lalu dia pergi.

Dengan rasa kebingungan, saya bertanya kepada Aisyah apa yang dimaksud beliau tadi.

“Maksudnya, kebanyakan orang yang menggunakan purdah kayak kau nih, orang-orang yang kosong (illegal, tidak punya paspor dan permit). Banyak imigran luar yang perempuannya pakai cadar, jadi kalau ada pengecekan besar-besaran, orang-orang yang kayak kau ditangkap semua. Dimasukkan ke lokap dulu baru ditanyak-tanyak. Orang Malaysia pun bakalan kena juga. Karena kebanyakan imigran  dari Rohingya, Miyanmar pakai gitu.”

“Aku ada permit dan paspor kok.”

“Iya, tapi kalau udah razia besar-besaran, mereka gak ada pake nanya-nanya dulu, dia langsung bawa ke imigrasi dan masukkan ke lokap.”

Nyesss..... sempat merasa takut. Ternyata berat yah, ucap dalam hati saya.

Sempat berfikir untuk membukanya pada saat itu juga, namun saya berpikir, “Kan ada Allah, pasti Allah tolong saya.” Memang pengalaman itu membuat nyali saya ciut. Apalagi tempat yang saya datangi memang kota besarnya, semua turis di area itu. kalau bisa dibilang pusat kota Penang.

Hanya kalimat ini dari anti itu yang melekat di otak saya, “pakai je yang biasa-biasa macam kawan kamu nih, itu sudah menutup aurat.”

Anti itu benar, sih. Tapi saya ingin lain daripada teman-teman saya. Terlebih lagi saya ingin menjalankan niat hati yang tak sengaja itu saat ibu saya sakit. Mungkin bisa dibilang nazar saya untuk kesembuhan ibu saya atas kecelakaan yang beliau alami.

Dan alasan lainnya adalah saya tidak ingin dikenali, saya semakin tidak suka dilihati orang. Bukan merasa sok cantik, tapi karena mungkin saya meresa jelek, makanya saya tutupi. Mungkin.

Selain itu, dengan bercadar saya jadi kurang ber-makeup kan? Mengurangi tabaruj juga. Dan juga saya ingin lebih baik lagi dari diri saya sebelumnya.

Semoga Allah kuatkan keinginan ini, hingga kelak berjumpa denganNya dan kelak Allah berikan saya lingkungan yang mau menerima keadaan saya. Dan semoga calon suami saya menerima ini.... #entah_siapa. 

Bandar Cassia,
25 April 2019


0 Response to "Perjalanan Batin #3 [Finish]"

Post a Comment

silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel