SAYA DAN MASA JAHILIYAH


Benarlah, Firman Allah yang terdapat pada Al-qur’an Surat Al-‘Ashr: 1-3, yang artinya:
“(1) Demi masa. (2)  Sungguh manusia berada dalam kerugian. (3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”. 
Rugi, jika kita tidak dapat memanfaatkan waktu yang kita miliki dengan sebaik-baiknya. Waktu tak akan pernah bisa kembali, walaupun kita nangis darah sekali pun. Berlutut hingga tanah cekung, pun tak akan menggoyahkan ketegarannya untuk terus berlalu. Ialah waktu yang akan kita pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT kelak.

Berbicara masalah waktu. Mungkin saya bukanlah orang yang handal dalam masalah manajemen waktu, walaupun saya  kuliah jurusan manajemen. Waktu saya saja tercecer kemana-mana. Sekarang saja saya  mengerti dan paham, waktu itu memang sangat berharga. Mungkin sekarang saya  sudah kembali, dari ruang dimensi cuek  dan masa bodo saya ke masa millennium realita kehidupan.

Dahulu, banyak yang mem-viral-kan kata-kata “time is money”, bahkan saya  juga punya pin yang bertuliskan kata tersebut. Tapi, itulah bodoh dan cueknya saya . Tidak terpikir apa maksud dari tulisan itu. kemudian, kalimat “janali aja hidup ini apa adanya”. Kalimat anak remaja yang meremehkan masa depan kala itu, termasuk saya  yang termakan oleh semboyan itu.

Kini, semua itu baru terasa. Kata “time is money”, memang benar adanya. Contoh, ketika saya  bekerja, jika terlambat fingerprint —absen kehadiran— akan dipotong gaji dengan ketentuan yang berlaku, dan bahkan jika kita tidak hadir satu hari, maka akan lebih banyak potongan yang akan didapat.

Kemudian, orangtu saya  selalu bilang “jangan bangun siang-siang, nanti rezekinya dipatok ayam”. Ya, itu perumpamaan yang benar. Ketika kita bangun kesiangan, maka semua akan terasa waktulah yang mengejar kita. Semua terasa terburu-buru. dan berangkat kerja pun, otomatis akan terlambat, dan berimbas pada attendance kerja kita. Itulah kenapa disebut “rezeki kita dipatok ayam” gara-gara bangun siang-siang.

Selanjutnya, semboyan “jalani aja hidup ini apa adanya”. Setuju. Tapi itu dulu. Kata-kata itu sering di-elu-elukan oleh teman saya. Dan saya  juga meng-iya-kan. Maka, jadilah saya  yang cuek, masa bodo dengan pelajaran, nilai, dan aturan. Saya  mengkonsumsi kalimat itu sejak SMP hingga SMA, mungkin hingga kuliah semester 5 —kalau tidak salah.

Jika di telaah, bisa jadi itu benar, mengikuti arus kehidupan yang sudah Allah tentukan. Dan saya  berpikir, sesuatu itukan sudah Allah rancang untuk setiap hambanya, dan takdir-Nya tak akan bisa diubah. Ya, jalani saja apa yang sudah menjadi kegiatan saya setiap harinya. Pergi sekolah, lalu ikut privat, kemudian jika ada kegiatan remaja masjid, saya  bergabung. Cukup sederhana aktivitas saya kala itu. dan mungkin lebih banyak main ketimbang belajarnya. Seperti di sekolah, saya  lebih sering main, izin ke UKS jika pelajaran yang tidak saya  sukai, atau saya  ke kantin. Intinya, saya  dan dunia jahiliyah kala itu memang mengkonsumsi semboyan “jalani aja hidup apa adanya”. 

Saya  tidak menyalahkan kalimat itu. tetapi saya  menyayangkan diri saya yang dulu, tidak bisa mencerna apa pun yang saya  dengar dan konsumsi. Mungkin kalimat itu mengajarkan kita untuk terus berjalan kedepan, seberat apa pun hambatan yang kita lalui. Mungkin kalimat itu mengajarkan kita untuk terus belajar dari pengalaman hidup yang telah lampau. Atau bisa jadi ada pesan yang tersirat selain yang saya  sebutkan tadi —silahkan tulis komentar jika berbeda pendapat.

Namun, saya  mencerna kalimat itu seperti, hidup seenaknya, melakukan semaunya, jalani apa saja untuk hari ini, hari esok adalah urusan Allah. Apa yang terjadi esok, jalani saja seperti apa yang kemarin. Itulah saya  dengan dunia suka-suka. Saya  belajar apa yang saya  suka, melakukan apa yang saya  mau, tetapi saya  tidak bisa menolak apa yang diperintahkan orangtua saya . Jadilah saya  anak yang tidak memiliki target yang ingin dicapai, tak ada cita-cita yang terlintas untuk diraih. Bahkan saya  tidak punya passion kala itu, ngerti juga kagak.

Dan kini, semua terasa berubah. Pola piker saya seperti terbentuk kembali. Dan saya  seperti tersedot ke arus dunia persaingan. Kini, saya  sadar, waktu itu benar-benar berharga, dan kebodohan saya yang telah menyia-nyiakannya. Tanpa terasa, waktu semakin mengejar. Seperti usia yang terus bertambah, dan kontrak di dunia semakin berkurang.

pixabay.com


Waktu yang terbuang memang tidak bisa kembali, tapi semoga saya  bisa memperbaiki di kemudian hari dengan lebih baik. Rasa penyesalan di masa jahiliyah saya tak akan berguna untuk di ratapi. Semoga saya  bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat untuk orang banyak. Aamiin…

FYI: ini tulisan saya yang sudah lama sekali, tiba-tiiba nemu dan ya, udah di posting dech. Tulisan jadul (08 – 10 – 2017)

0 Response to "SAYA DAN MASA JAHILIYAH"

Post a Comment

silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel