TANDA-TANDA ALLAH MENYAYANGIMU


TITIK TERSULIT; 3

  • UJIAN BELUM BERAKHIR

Hari berganti dengan pasti. Kembali dengan rutinitas di pondok seperti biasa. Ada beberapa santri yang terlambat pulang ke pondok dari jadwal yang telah diberi oleh pengurus. Sedangkan saya memang terlambat sekali, karena memang saya ditugaskan untuk pergi pelatihan di Bukittinggi itu. jadi saya terbebas dari hukuman. Hehehe...

Alhamdulillah ‘ala kullihal... setelah berakhirnya masa liburan, saya kembali ke pekerjaan baru, yaitu mengajar di sekolah baru; Rumah Tahfidz Cahaya Diatas Cahaya, yang sebelumnya saya mengajar di PAUD Tunas Harapan Tiban. Dan pada saat itu saya sudah mengajar di dua tempat dalam hari yang sama. Pagi saya mengajar di sekolah, dan pukul 3 saya mengaja mengaji, baca tulis untuk usia PAUD di rumah Dosen saya. Alhamdulillah, lagi-lagi saya selalu dapat tambahan rezeki yang tak terduga.

Memang capek dan berat, menjalani banyak aktivitas dalam satu hari. Mulai dari bangun pukul 3 pagi saya harus bersiap-siap sholat sunnah dan dilanjutkan dengan menghafal hingga sholat subuh. Lalu setelah sholat subuh, bersiap-siap menyetorkan hafalan yang sudah dibaca (oh ya, menghafalnya sudah dari sesudah isya ya, jadi pukul 3 itu hanya memperlancarnya saja). Kemudian karena saya bekerja diluar, saya keluar kelas lebih dulu dibandingkan dengan santri sekolah (kami para santri mandiri/ pekerja boleh keluar kelas saat jam kerja). Jadi bagi mereka yang santri yang sekolah, akan ada lagi setoran hafalan di waktu dhuha dan ashar.

Sedangkan kami yang bekerja hanya diwajibkan setoran hafalan ba’da subuh, ba’da isya (jika mampu hafalan baru/ muroja’ah) dan qiyamullail. Sehingga hafalan kami memang lebih sedikit dibandingkan dengan adik-adik yang fokus di pondok saja.

Berikutnya saya kembali mengajar pukul 12 siang, istirahat sebentar, ikut sholat zuhur jamaah (kadang sempat, kadang tidak) karena macat. Dan lanjut lagi pergi mengajar di tempat les mengaji dan baca tulis di rumah dosen saya.

Rasanya sungguh luar biasa. Saya jalani demi mewujudkan cita-cita dan keinginan alm. Kakek yang menginginkan saya menjadi sarjana agama. Rutinitas yang berlangsung cukup lama dan selalu sampai di pondok ba’da maghrib. Dan berlanjut dengan sholat isya berjama’ah, jika ada materi, maka akan berlanjut belajar hingga pukul 10 malam. Selanjutnya berlanjut untuk menghafal untuk setoran di ba’da isya. Biasanya kami (santri pekerja) tidur hingga larut malam, rata-rata pukul 12 malam dan bangun pukul 3 pagi. Dan seperti itu lah setiap hari berkerja, kecuali sabtu dan ahad.

Kalau dibayangkan sekarang, memang capek- capek banget. Bisa tidur hanya 3 jam dalam sehari. Dan belum lagi jika ada tugas kuliah dan kegiatan diluar. Ya Allah, memang rasanya badan saya mau remuk dan ingin menyerah. Namun, Allah memberikan kemudahan terus menerus. Di setiap rasa letih, selalu ada teman yang menghibur. Ketika dalam kesulitan selalu ada teman yang membantu. Dan itulah yang membuat saya bertahan. Karena teman-teman saya yang luar biasa.

  •  MASALAH BARU MUNCUL

Masih ingatkan cerita tentang kampus saya yang sedang gonjang-ganjing. Nah, berikutnya datang dari kampus saya. Teman-teman yang berada pada garis ketidaksetujuan atas kebijakan ketua kampus, mengancam akan keluar dari kampus STAI-Ibnu Sina, dan kebetulan mereka yang tidak suka lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang bertahan.

Jadi karena saya berada pada barisan ketidaksetujuan atas wewenang ketua STAI-Ibnu Sina mengeluarkan dosen-dosen pembimbing skripsi saya, maka saya ikut menandatangani bahwa saya akan pindah kampus jika dosen-dosen yang dikeluarkan tidak dikembalikan pada jabatannya yang semula. Singkat cerita hampir 75% semua mahasiswa pindah, dan ketua STAI-Ibnu Sina tidak bergeming dengan ancaman kami. Oleh karenanya, saya dan teman-teman pindah kampus lagi, dengan rekomendasi dan pengurusan dari dosen kami (pembimbing skripsi saya juga) serta asistennya Dhoni.

Kebayang kan gimana ribetnya pindah kampus untuk yang kedua kalinya. Saya mengurus perpindahan data-data yang dipersulit oleh staf STAI-Ibnu Sina, dan sebagian meminta uang untuk melunasi perkuliahan yang sudah dijalani beberapa bulan. Alaahmakkk... jadi saya bilang, “saya sudah berpengalaman ya pak soal pindah-pindah kampus gini. Dimana-mana nggak ada yang minta bayaran sebelum ujian semester dan apalagi ini mau pindah. Kampus saya yang dulu nggak ada minta seperti ini saat saya pindah kampus dari Medan ke Batam ini.” Dan dia hanya diam. Tapi tetap saja data-data nilai saya tidak dikeluarkan mereka.

Akhirnya saya meminta bantuan orang lain (Asdos) yang bisa menghendle semua itu. alhamullillah, lagi-lagi Allah beri kemudahan, meskipun saya harus berkorban lebih banyak mengeluarkan uang. Dan lagi-lagi saya harus berhutang.

Singkat cerita saya dan teman-teman yang 75% itu keluar dari kampus dan mencari masing-masing kampus yang selanjutnya cocok dengan jurusan kami. Saya dan kelima teman saya serta beberapa teman baru (jadi jumlah kami kurang lebih 10) masuk ke kampus STIT Ar-Risalah Guntung. Dan kampusnya memang harus sedikit menguras kantong dan kesabaran.

STIT Ar-Risalah Guntung adalah kampus yang dibangung oleh Pak Said dan letaknya memang bukan di Batam, dan harus menyeberang menggunakan kapal jika ingin ke sana. Dan tahu donk ya, kendala saya dimana? Yah, pastinya uang. Untuk pergi ke sana butuh uang dan harus nginap beberapa hari. Untungnya pihak pondok memberi izin dan sekolah pun memberi kemudahan. Dan semua itu atas KuasaNya.

Berbulan-bulan menjalani aktivitas bertumpuk-tumpuk dan hanya dapat beristirahan 3-4 jam tidur. Adalah suatu pengalaman yang sangat luar biasa. Dan menjadikan diri saya pribadi yang kuat serta tangguh menghadapi berberapa kesulitan. Saya hanya butuh Allah dalam setiap langkah dan rencana saya. Hingga akhirnya saya dan teman-teman dapat menyelesaikan siding skripsi dengan lancer dan mudah. Lalu berlanjut hingga acara wisuda.

Namun tidak dengan perjalanan saya menuju wisuda itu. saya masih menunggah uang kuliah dan ditambah dengan uang wisuda, totalnya menjadi 4juta. Ya Allah, disitulah saya benar-benar menangis meminta pertolonganNya. Saya berusaha mencari jalan keluar bersama teman-teman. Namun teman-teman yang lain juga mengalami hal yang sama. Mungkin jumlah uangnya tidak sebanyak saya, tapi mereka juga butuh modal untuk keperluan wisuda mereka. Seperti; beli baju dan segala macamnya, booking tiket kapal PP untuk keluarga mereka, booking hotel untuk masing-masing keluarga. Sedangkan saya, hanya untuk diri sendiri saja sudah cukup pusing. Saya tidak memikirkan bagaimana keluarga yang dari Medan bisa hadir di acara wisuda itu. uang 4 juta itu hanya cukup untuk keperluan saya; seperti, tiket kapal, hotel dan makan untuk 3 hari di guntung, selebihnya untuk bayar uang kuliah.

 Bersambung ya..... ke story di sini part 4



Penang, 16 Jun 2019.

0 Response to "TANDA-TANDA ALLAH MENYAYANGIMU"

Post a Comment

silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel