MENJADI ORANGTUA Part 1: BERMETAMORFOSIS MENJADI WANITA DINANTIKAN SYURGA

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَاتَتَمَنَّوْامَافَضَّلَاللّٰهُبِهٖبَعْضَكُمْعَلٰىبَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِنَصِيْبٌمِّمَّااكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَآءِنَصِيْبٌمِّمَّااكْتَسَبْنَ ۗ وَسْئَـلُوااللّٰهَمِنْفَضْلِهٖ ۗ اِنَّاللّٰهَكَانَبِكُلِّشَيْءٍعَلِيْمًا

Artinya:

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

(QS. An-Nisa' 4: Ayat 32)

Sebelum kita bahas lebih dalam lagi, yuk! Tanamkan dalam hati dan pikiran bahwa Allah Maha Adil dan Sutradara yang Handal.


Kaum Hawa Mendominasi

Pada mulanya, manusia diciptakan Allah dari kaum laki-laki saja —Adam. Lalu seiring berjalannya waktu, Allah beri Adam teman —Hawa—yang akhirnya Allah takdirkan mereka sebagai cikal bakal kehidupan manusia di bumi.

Penciptaan manusia yang Allah lakukan bukanlah hanya sekedar untuk meramaikan bumi atau menjadi pemanis cerita seperti di televisi. Bukan!

Ialah untuk beribadah kepada Sang Pemilik Alam Semesta. Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Aż-Żāriyāt : 56

وَمَاخَلَقْتُالْجِنَّوَالْإِنْسَإِلَّالِيَعْبُدُونِ
Artinya:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."

Kemudian sebagai Khalifah di muka bumi (pemimpin/ penjaga) alam dunia.

Firman Allah swt. dalam Qs. Al-Baqarah: 30. Lalu Allah memperkecil lagi tugas-tugasnya, seorang khalifah itu hanya diberikan kepada kaum Adam —laki-laki— lihat dalam Qs. An-Nisa: 34.

Meskipun perempuan tidak mendapatkan tugas memimpin, tetapi Allah juga beri kelebihan pada perempuan. Yaitu mengandung, melahirkan, menyusui dan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya serta pemimpin bagi dirinya dan keluarganya.

Kaum Hawa Meminta Kesetaraan

Sebuah kisah dari Asma’ binti Yazid Ibnus Sakan r.a.

Dia mendatangi Rasulullah untuk mewakili keluhan kaum wanita atas takdir mereka;

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah utusan kaum wanita. Sesungguhnya kami, kaum wanita, terkurung dan terkukung di dalam rumah-rumah kalian (kaum laki-laki), menjadi pemuas syahwat, dan mengandung anak-anak kalian. Sementara kalian diberi kelebihan atas kami dengan sholat Jum’at, shalat berjamaah ke masjid, mengantar jenazah, dan jihad di jalan Allah. Apabila kalian pergi, kami lah yang menjaga harta dan anak-anak serta mendidik mereka. Maka, amalan apa yang dapat kami lakukan sehingga kami juga mendapatkan pahala seperti kalian, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw bersabda, “Pergilah wahai Asma’ dan sampaikanlah kepada para wanita yang mengutusmu, bahwasanya pelayanan yang baik dari salah seorang di antara kalian kepada suaminya, mencari ridhanya, dan menyenangkannya, memiliki pahala yang sama dengan engkau sebutkan terhadap kami (kaum laki-laki).

Cemburu. Salah satu sifat wanita. Pada masa Rasulullah saja para wanitanya iri dengan pahala yang di dapat oleh kaum adam. Masya Allah ya..!

Bagaimana wanita masa kini? Cemburu sebab apa?

Kalau saya cemburunya saat masa-masa pasca melahirkan —awal jadi ibu baru— sungguh perjuangan, pengalaman berharga dan pengorbanan yang nggak bisa ternilai.

Pada saat itu saya merasa cemburu sama kaum adam, alias suami. Yang saya lihat enak banget tidurnya, masih bisa keluar jalan-jalan (yang saya pikirkan) padahal suami kerja. 24 jam harus standby di samping bayi, gendong, menyusui, bahkan kadang mandi pun nggak sempat.

Masya Allah... kenangan yang luar biasa di masa beby Z nol bulan. Jadi merasa takjub dan bangga sama Mamak saya. Dan pada orang tua lainnya.

Ke-hectic-an Jadi Seorang Emak

Memang penuh ujian banget saat jadi emak baru. Terutama ujian kesabaran menghadapi pola hidup yang sangat derastis berubah; malam jadi siang. Siang berubah malam. Dan tak kalah pusingnya memahami anak bayi. Tentu saja pusing, sebab bayi tahunya nangis, belum bisa bilang apa yang buat dia nggak nyaman. 

Bagi saya, nangisnya nggak masalah, tapi buat seantero tetangga panik. Yaitu ketika beby Z durasi tangisannya lumayan lama ditengah malam pula. Kami jadi merasa nggak enak karena ganggu tetangga. Karena saking rapatnya rumah-rumah kami (cetek-in kompor gas aja suaranya kedengaran) apalagi suara tangisan beby Z.

Dan kejadian itu terjadi pada pukul 3 pagi, beby Z nangis sekitar 5 menitan dengan lengkingan suara yang Masya Allah. Tiba-tiba keluarlah nenek yang rumahnya di depan kami —hanya terpisah jalan gang kecil—pastinya karena tangisan beby Z.

“Kenapa tuh? Mungkin gembung perutnya.”

Masya Allah. Tetangga di sini memang peduli sekali. Apalagi kondisi kami seorang perantau, baru punya bayi, dan tak punya siapa-siapa. Itulah yang menimbulkan empati tetangga sekeliling.

Segan, sih. Tapi ya, mau gimana lagi. Namanya juga punya bayi. Mana bisa diajak kompromi. Akhirnya kami anggap saja normal. Daripada bersikap nggak enakan terus. Ntar jadi beban buat kami, khususnya saya.

Terkadang jadi suka malas keluar, meski sekedar melewarti tetangga untuk bawa beby Z naik strollernya. Sebab komennya pasti, "kenapa tuh, tiap malam nangis terus." Padahal nggak tiap malam, lho!

Pumping ASI Jadi Frustasi

Ternyata menyusui tak semulus ekspektasi. 
Karena beby Z awalnya sudah dikenalkan dengan dot —ASIP— yang saya pumping disaat dia tertidur. Awalnya menyenangkan, untuk memperbanyak ASI juga. Namun timbul masalah baru. Mengapa kalau pakai dot dia bisa menghisap lama —volume ASIP 80ml— sedangkan jika dbf (secara langsung) beby Z hanya sebentar dan bahkan terkadang menolak.

Usut punya usut. Ternyata dia sudah nyaman dengan dotnya. Maka hal itu membuatnya bingung puting.

Beberapa hari sih, kesabaran masih bertahta dalam jiwa. Untuk pumping. Namun, perlahan-lahan saya mulai ogah-ogahan. Karena menyita waktu istirahat dan banyak mudharatnya. Selain takut mudah terpapar bakteri, pencucian dan sterilisasi botol juga ribet.

Fix, saya nyerah untuk terus-terusan memberikan beby Z ASIP. Sedikit pemaksaan dan drama tangisan cukup mewarnai hari-hari saya kala itu. Tapi Alhamdulillah berikutnya sudah aman sentosa.

Eh, lanjut dong, drama berikutnya yang menguras air mata saya. Berjalan dua bulan penyusuan beby Z. Saya mengalami lecet PD. (Lagi) pertarungan babak baru dimulai. Pak Mam pun sigap membelikan alat bantu dan obat-obatan untuk saya.

Tak hanya itu, derita saya pun bertambah dengan gejala mastitis. Badan terasa seperti demam. Namun, Alhamdulillah teratasi dengan bantuan Allah memberikan saya pemahaman tentang hal itu. Belajar di youtube. Hehe.

Usaha lainnya yang saya lakukan ialah menggunakan nipple —sambungan puting— namun masih tak cukup membantu. Selanjutnya menggunakan krim. Pun sama saja.

Pada akhirnya saya minta untuk berkonsultasi ke bidan laktasi. Alhamdulillah tak sulit bagi Pak Mam untuk mencari perangkat kesehatan. Sebab memang pekerjaannya dan banyak relasi tenaga medis yang ia kenal. Dan itu juga menguntungkan kami, hehehe...kontrol hamil, konsul, dan sebagainya selalu mendapat diskon bahkan gratis.


Lanjut ya... di part berikutnya.

Boleh komen dan tinggalkan jejak ya... mungkin bisa saling bertukar wawasan.


Banda Aceh, 21 April 2021
Ramadhan ke-9

0 Response to "MENJADI ORANGTUA Part 1: BERMETAMORFOSIS MENJADI WANITA DINANTIKAN SYURGA"

Post a Comment

silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel