TRAVELLING KE SABANG: BAWA ANAK LIBURAN DAPAT MENINGKATKAN KECERDASAN KOGNITIF LOH!


Sebelum cerita petualangan saya ke Sabang –yang sudah sebulan lalu, hihihii.... baru sekarang nulisnya–teman-teman bisa baca keseruan persiapan saya saat bepergian, selengkapnya di sini, ya

Berada di alam terbuka, ternyata memiliki manfaat luar biasa, yaitu bisa meningkatkan kecerdasaan anak, loh! Hal ini berdasarkan penelitian pada tahun 1990 oleh Rachel dan Stephen Kaplan yang menemukan hubungan antara lingkungan alam dengan kecerdasan anak. Studi ini yang bernama ART (Attention Restoration Theory), baik anak maupun orang dewasa yang selalu terkoneksi dengan lingkungan alam akan memiliki kecerdasan  lebih baik. 

Untuk itu, di masa golden age, anak-anak sangat perlu meng-eksplorasi lingkungannya daripada terpaku duduk manis di depan TV. Bagi anak, belajar bisa di mana dan kapan saja. Seperti yang kami lakukan, travelling sembari mengenal transportasi laut. Walaupun bisa melalui media buku, melihat langsung tentu terasa berbeda dalam memori anak, bukan? 

Maka dari itu, membawa anak usia dini jalan-jalan itu bukan sekadar bahan healing emaknya, tapi juga bisa jadi sarana pengembangan kecerdasan otak bagi mereka. 

Namun, perlu diingat bahwa ada poin-poin yang harus orang tua lakukan saat bepergian bareng anak agar menjadi ilmu bermanfaat bagi si kecil. Apa saja itu? Yuk simak selengkapnya dalam tulisan ini ya. 

Eh, sebelum masuk ke poin tadi, saya spill liburan ke Sabangnya, ya! Siapa tahu ada yang mau berkunjung ke Sabang. Lucunya, saat berada di kapal, Babang Z tidak tahu bahwa dia sedang naik kapal. "Ayok lah naik kapang (kapal) Bah," pintanya. Padahal sudah di atas kapal. Hahaha... 
Kami berencana akan berangkat dari rumah pukul 06.45. Namun, entah kenapa, pagi itu terasa terburu-buru sekali merapaikan dan memeriksa kembali printilan yang akan dibawa. Padahal prepare-nya sudah dari kemarin-kemarin. Tak terasa jam pun sudah menunjukkan pukul 7 lewat. 

Sontak kami semakin ngebut bersiap, karena kami harus dapat tiket kapal pagi, pukul 8. Walaupun jarak rumah ke pelabuhan hanya sekitar 30 menit, tetap saja was-was kehabisan tiket, sebab hari itu bertepatan dengan hari libur, yang tentunya sangat ramai. Dan tak lupa, harus singgah ke warung untuk beli sarapan. 

Tips; Jangan jajan di kapal atau daerah sekitar pelabuhan. Mahal. 

Akhirnya, kami tiba di loket tiket pukul 07.35, dan antrin sudah mengular. 
"Takutnya tiket pagi sudah habis. Nunggu keberangkatan kedua lah, jam 12," ucap Pak Mam sembari memarkirkan sepeda motor di jalur pintu masuk kapal. Iya, soalnya kami menyeberang membawa motor. 

Tips; bagi warga Banda Aceh, lebih baik bawa sepeda motor sendiri. Lebih hemat. 

Sementara Pak Mam mengantri beli tiket, saya dan Babang Z menunggu di antrian kendaraan yang hendak masuk ke kapal bersama kendaraan lain. Selang beberapa menit, puluhan mobil pun sudah berderet panjang. Lalu saya mendengar percakapan salah satu petugas pelabuhan dengan seorang pemilik mobil, "Ini masuk keberangkatan siang ya, Pak. Sudah penuh."

Sontak membuat hati saya potek. Namun tetap yakin dalam do'a, bahwa kami bisa berangkat pagi. Tak lama setelah itu, Pak Mam kembali, "Dah, yuk! Cepat naik...naik!" Dengan bergegas ia menunggangi kendaraannya disusul oleh saya dan Babang Z yang tergopoh-gopoh. 

Masih dalam rasa penasaran, saya hanya diam dan menikmati laju roda motor kami menuju portal masuk bagasi kapal. 
"Emang dapat tiketnya?" akhirnya suara di kepala saya mulai tercetus sambil melewati beberapa antrian motor yang tidak dapat masuk. 

"Tadi, pas lagi ngantri, ada kawan yang nawarin, 'udah samaku aja tiketnya, 100k. Nanti bilang aja tiketnya sama Amir,' katanya gitu. Ya udah, awak kasi aja. Lumayan murah jadinya. Hahaha." jelasnya padat dan lengkap. 

"Alhamdulillah... Rezeki. Trus kok gak ngantri kayak orang-orang ini?" tanya saya lagi. 
"Orang ini naruh keretanya aja di sini, tapi belum ada tiket. Makanya gak bisa masuk." jelasnya sembari meneruskan perjalanan. 

Sebelum masuk ke dalam kapal, kita harus melewati 2 kali pemeriksaan. Saat tiba di portal pertama, petugasnya nanya, "Ada tiket?" Kami jawab, "Iya!" tanpa perlu memperlihatkannya. Lalu ada pemeriksaan tiket kapal sebelum motor masuk ke perut kapal. "Mana tiketnya, Pak?" 
"Tiketnya udah sama Amir tadi." jawab Pak Mam dengan mengarahkan jari telunjuk ke seseorang lelaki tua yang berpenampilan seperti kiai. Kebetulan sekali, beliau berdiri di belakang petugas. Lalu petugas itu seolah tak percaya pada kami, dan meminta kebenaran pada lelaki tua tersebut. 

"Tadi katanya udah habis, ini ada lagi, mana yang benar, Pak?" ucap petugas itu dengan nada jengkel. 

Untungnya, lelaki tua tersebut meng-iya-kan perkataan Pak Mam. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi pada kami saat itu. Alhamdulillah, Allah bantu kami. 

Setelah motor terparkir cantik di dalam perut kapal, saya pun terus bertanya pada Pak Mam, "Emang kenal sama Amir itu (pria yang berpenampilan seperti Kiai tadi)?"

"Gak. Alhamdulillah Bapak itu percaya sama awak, mungkin karena penampilan ayank. Kalo yang ambil tiket tadi, emang kenal." jawab Pak Mam. 

"Loh, jadi kok tau Bapak itu Amir namanya?" rasa penasaran saya mulai berkepanjangan. 

"Hahaha... Amir itu kan artinya pemimpin." tawa Pak Mam sambil menjelaskan. 

"Oh..." balas saya singkat. 

Setelah sampai di lantai ke-2 kapal, ternyata banyak sekali orang-orang Jama'ah Tabligh yang akan Masturoh ke Sabang. Termasuk teman-teman Pak Mam. Bisa jadi, kami dianggap bagian dari mereka oleh Bapak tua tersebut. Hehehe... 
Seperti cerita di atas, kami mendapatkan tiket dengan harga Rp. 100.000 untuk 3 orang dengan kendaraan roda dua. Yang sebenarnya kalau membeli tiket jalur resmi, untuk satu orang dewasa: Rp. 35.000. Jika membawa motor + orangnya; Rp. 68.000. Dan tiket bayi sebesar Rp. 4.200. Lain lagi kalau bawa mobil, sekitar 3 atau 4 ratus ribu. 

Tips; Jika hendak ke Sabang (warga lokal) bisa bawa motor agar lebih hemat. Tidak disarankan untuk membawa mobil karena biaya tiket lebih mahal dibandingkan sewa mobil saat di Sabang. 

Tak perlu khawatir bagi wisatawan mancanegara yang tidak punya kendaraan. Karena di sekitar pelabuhan Sabang, ada jasa rental mobil dan motor. Untuk harga motor dalam sehari, Rp. 100.000. Sedangkan mobil, Rp. 250.000-300.000. 

Selain itu, sistem tempat duduk di dalam kapal "siapa cepat, dia dapat" Jadi tidak ada kata serobot menyerobot. Apabila ingin dapat tempat duduk yang strategis, ya harus buru-buru naik kapal. Hehehe... Sistem ini berlaku untu kapal yang membawa kendaraan saja, namanya kapal lambat dengan tiket kelas ekonomi. Sementara kelas eksekutif dengan kapal lambat juga sangat nyaman dengan harga tiket Rp. 60.000, sudah termasuk nomor kursi juga. Sangat rekomendasi. 

Ada pula kapal cepat, dengan harga tiket Rp. 100.000/ orang dengan nomor kursi yang sudah ditentukan. Kelebihannya adalah lebih cepat sampai, hanya perlu 1 jam saat menyeberang. Sedangkan kapal lambat, butuh 2 jam perjalanan. Namun, kapal cepat tidak bisa bawa kendaraan. Dan kabarnya, kapal cepat lebih goyang ketika terkena ombak. 
Katanya di Sabang itu mahal. Ya, wajar, namanya juga destinasi liburan. Lagipula Sabang itu pulau paling ujung dari Indonesia, yang mana proses pengiriman bahan pangan,  dan segala logistik manusia di sana perlu effort yang tinggi dibandingkan dengan ekspor barang ke kota-kota. Betul, tidak? 

Memang, jika dibandingkan harga kota di luar Sumatra, harga pasaran Aceh lebih mahal, dan Sabang lebih mahal lagi dibandingkan Banda Aceh. 

Ya, balik lagi, karena proses pengiriman barang-barang yang juga butuh dana; biaya SDM (Kang Supir) dan SDA (BBM) yang terpakai selama masa pengiriman. Untuk itu, kitalah yang perlu mengkondisikan budget sesuai realita. 

Tips: untuk mencari penginapan, teman-teman bisa cari yang dekat kota atau di tengah-tengah kota, karena biasanya mereka nge-bandrol sebesar Rp. 150.000. Sementara penginapan di tepi pantai bisa mencapai Rp. 300k-500k. Ya, sebanding lah ya, ada harga ada rupa. 

Untuk penginapan di tengah kota, teman-teman bisa coba ke sini, ya. Penginapannya bagus dan nyaman dengan model rumahan. Di sini juga disediakan alat makan dan air minum isi ulang. 
Jadi, ketika kami beli makanan dari luar, bisa pinjam piring dan sendok dari penginapan ini. Kata Pak Mam, penginapan ini sangat bagus dibandingkan penginapan lain yang pernah ia dan bosnya kunjungi. Bahkan mereka pernah dapat penginapan seharga 200k, tapi kasurnya bau dan keras serta udara AC-nya tidak segar. 

Oh ya, penginapan ini sangat strategis, dekat dengan wisata kuliner dan di depannya masjid Raya Agung Sabang. Juga di depannya ada penjual sarapan pagi yang enak banget. 
Berikut penginapan yang sangat rekomendasi buat para highclass travelling. Hihihii... Siapa tahu ada anggota Sultan yang mau mampir. Penginapan Freddies, Sumur Tiga. Di sini mereka menjual keeksotisan view. Ya, itu juga yang membuat penginapan ini mahal. Namun, penginapan ini letaknya jauh dari kota. 
Lantas, bagaimana kami menjadikan moment travelling ini sebagai sarana belajar anak? Nah, berikut penjelasannya menurut versi kami, ya! 

Perlu kita ketahui bersama, bahwa metode ini dari Rasulullah langsung yang mengajarkan. Hal ini untuk para orang tua agar selalu memberikan pengarahan atau nasehat pada anak di waktu berikut; Waktu perjalanan, waktu sakit dan waktu makan. Yang mana 3 waktu ini selalu beliau terapkan. 

Nah, kali ini kami menanamkan nilai tauhid saat diperjalanan, yakni dengan cara;

1. Banyak Berdialog Tauhid
Dari penjelasan di atas, maka saat travelling jangan sampai Ayah Bunda menyia-nyiakan kesempatan emas ini, ya. Bisa bercerita banyak hal tentang alam semesta yang Allah ciptakan. 

2. Ajarkan Sunnah-Sunnah di Perjalanan
Ajarkan juga adab saat di perjalanan sesuai Sunnah. Sebagaimana hadits berikut ini; Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan, "Nabi dan pasukannya apabila melewati jalanan perbukitan yang naik, mereka bertakbir, dan apabila mereka turun, mereka bertasbih." (HR. Abu Daud 2601 dan dishahihkan al-Albani)

Alhamdulillah, Babang Z justru selalu mengingatkan kami ketika jalanan menanjak, "titing Bah, titing Mah," ucapnya sambil berkata 'Allahu Akbar'. Dan begitu seterusnya. 

3. Ajarkan Anak Mencintai Lingkungan. 
Seperti tidak membuang sampah sembarangan. Meski terlihat sepele, namun hal ini perlu di latih. Kebiasaan anak-anak itu selalu asal lempar jika sudah selesai makan jajanan (bungkus makanan). Betul? 

Nah, terkadang orangtua yang tidak merasa risih akan sikap anaknya, maka hal itu terlihat lumrah. Tapi bagi kami, tidak. Pak Mam pernah menasehati Babang Z yang waktu itu melempar kulit semangka seusai makan. 

Alhamdulillah, Babang Z juga mulai terbiasa untuk hal ini. Apabila dia tidak menemukan tong sampah, ia berusaha untuk menyimpannya di kantong. 

Masya Alloh..... Ta barakallah.... 

Semoga bermanfaat ya Dears..... Boleh banget kasi saran dan pesan untuk saya. Tulis di kolom komentar ya... 
Sabang, 19 Februari 2023


Didokumentasikan pada tanggal 17 April 2023.

Banda Aceh, 26 Ramadhan 1444H

0 Response to "TRAVELLING KE SABANG: BAWA ANAK LIBURAN DAPAT MENINGKATKAN KECERDASAN KOGNITIF LOH! "

Post a Comment

silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel