TRAVELLING BARENG ANAK. HEALTHY FOOD TETAP PENTING.TAPI ANTI PUSING
Travelling bawa anak? Itu sudah biasa ya. Semua orang juga melakukannya, namanya juga sudah ada anak.
Tetapi bagi kami, ini hal baru. Tentu saja, travelling berdua dengan pasangan akan sangat berbeda, cara dan cita rasanya pada saat membawa si kecil bersama.
Pasalnya, anak kami memiliki pencernaan yang sensitif. Jadi, kami selalu konsen dalam memilih dan memilah pangan si kecil.
Dari mana sih, tahunya kalau si kecil punya sensitivitas pada makanan? Ya, kita cobain semua jenis makanan yang ada, baik yang UPF, ORGANIK, maupun konvensional. Lalu lihat reaksinya pada BAB anak atau dari reaksi kulit. Pembahasan ini, nanti saya ceritakan khusus ya. Hehehe...
Nah, setelah tahu makanan apa saja yang membuat anak kami diare, gatal-gatal, dan tekstur PUP-nya ambyar, maka kami hindari. Sungguh, urusan pangan anak itu benar-benar syuuuuliiittt. Namun tak lantas membuat kami merasa terbebani. Justru kami bersyukur, bahwa tubuh anak kami sangat peka' dengan apa yang masuk ke tubuhnya, sehingga insya Alloh tidak menumpuk toxic.
Maka dari itu, membawa anak saat travelling dengan jarak jauh atau menginap di luar, kami butuh mature pland jauh-jauh hari.
Mau tahu cara kami berliburan bersama anak yang tipe makannya harus clean food??? Yuk....! Simak sampai tuntas ya!
Ketika kami sudah memutuskan mengenalkan clean food pada anak, maka kami harus siap menerima segala drama dan effort yang terkuras. Karena itulah pilihan.
Jadi, hal pertama yang harus saya hindari adalah mindset ribet, rempong, capek, dll, dibuang jauh-jauh. Agar menjalaninya lebih tenang.
Dulu, saat usia Babang Z -1 tahun, kami hanya bisa nge-trip di dalam kota saja. Pergi setelah sarapan, pulang menjelang ashar. Atau hanya duduk di taman sembari suapin anak makan. Jadi, kemana-mana ya, bawa bekal.
Zaman sekarang alat-alat rumah tangga sudah banyak modern. Rantang, misalnya. Tak hanya berbentuk mangkuk bergagang, tetapi sudah dilengkapi dengan listrik sehingga bisa memanaskan atau bisa memasak di dalamnya.
Selain rantang listrik, ada juga bowl kedap udara, bowl kaca anti tumpah, dan lunch box atau icebox juga bisa. Nah, barang-barang tersebut bisa membantu kita untuk bepergian jauh meski harus membawa bekal MPASI anak. Insya Alloh jadi lebih steril.
Misalnya, pergi jam 10.00 pagi, dengan catatan si kecil sudah makan. Dan berencana pulang pukul 16.00. Artinya, pukul 12.00 siang nanti adalah jam makan utama (nasi, gitu lah ya), lalu jam 14.00 jadwal si kecil ngemil.
Nah, kami hanya membawa bekal untuk di jam 12.00 dan di jam 14.00 saja. Jadi lebih efektif, kan?
Seperti yang sudah saya ceritakan tadi, saat usia Babang Z -1 tahun, kami hanya nge-trip dalam kota. Dan kami sepakat, di usia 1 tahun pertamanya, kami tidak akan pergi jauh-jauh terlebih dahulu, pun tidak pulang kampung.
Hal itu, karena kami ingin mengokohkan fondasi makannya. Terutama memantapkan diri sendiri dalam mengolah MPASI dengan baik.
Qadarullah... Setahun ke atas, Babang Z sudah aman pola makannya, dan sudah bebas GTM. Maka tepat 1 tahun lebih usianya, kami pun pulkam.
Saya jadi ingat, pertama kali mudik. Sungguh, seperti orang mau pindah rumah. Harus bawa panci, bowl anti panas. Tak hanya itu, food prepare yang sudah ada, tetap kami bawa. Masya Alloh. Itu benar-benar repot sih, tapi puas dan lega. Sebab, sesampainya di rumah, saya tinggal masak cemplang-cemplung, dech. Hemat waktu dan tenaga.
Nah, sebelum itu, ada rute yang perlu dipersiapkan juga, yakni proses keberangkatan. karena perjalanan kami di malam hari pukul 8, dan akan tiba di kampung halaman pukul 8 pagi atau lebih (tergantung kecepatan bus), maka yang perlu saya persiapkan hanya untuk makan paginya saja. Biasanya cuma bawa kurma, alpukat, pisang, kacang mede + selai kacang. Itu biasa menu sarapan simple Babang Z. Alias menu kepepet-nya saya. Hahaha. Ini juga menu sarapan di rumah. Lalu jam 10.00 sudah makan berat.
Oke, lanjut lagi. Sebelum berangkat pukul 8 malam, Babang Z sudah makan di jam 7. Jadi di dalam bus kami hanya beri susu kambing murni jika belum tidur.
Sesampainya di kampung halaman saya, tidak lantas kami hanya di rumah saja. Sudah pasti Babang Z juga harus berkunjung ke rumah Atok Abah (ayah dari suami) yang tinggal di Bahorok. Perjalanan ke sana bisa menghabiskan waktu 2-3 jam perjalanan. Ditambah lagi dengan cuaca panas yang sangat terik, bisa-bisa makanan yang kami bawa pun cepat basi atau terkontaminasi.
Maka, kami siasati dengan menaruh semua makanannya di dalam steriofoam, agar lebih muat banyak. Hehehe...
Emang apa aja? Ada minyak ayam, beberapa protein beku, dan kue pisang, serta bone broth atau liverpate. Tapi tidak melulu itu sih! Tujuan menaruh dalam steriofoam itu bisa awet, karena di tindih dengan es batu atau ice gel. Semacam kontainer ASIP lah, gitu. Atau seperti uwak-uwak jualan ikan. Hihihii....
Kebayang dong, gimana printilan kami kalo pulkam???
Tak jauh beda dengan cara kami mudik dengan jalan-jalan kami ke Sabang bersama si kecil waktu itu. Tetap membawa bekal untuk Babang Z.
Pergi ke Sabang, sebenarnya sudah sering merengek minta diajak. Sebab, suami sebulan sekali selalu dinas ke sana. Pergi pagi pulang sore. Namun, suami selalu nolak, karena nantinya terburu-buru. Cuma dapat capeknya saja.
Qadarullah, impian saya terealisasikan. Pak Mam minta cuti satu hari demi mewujudkan keinginan saya. Hihiii
Untuk persiapan, saya cuma membuat puding 3 porsi –dalam 3 wadah yang berbeda. Ini cemilan Babang Z. Sudah, itu saja. Sementara makan utamanya, beli makan seperti biasa. Contohnya, telur ceplok, sup/soto udang, dan sebagainya.
Loh, itu kan gak clean food? Bagi kami, clean food itu tidak harus 100%, seperti instagramable banget gitu, hihiii....yang paling utama bagi kami adalah menghindari gula pasir, susu sapi dan turunannya serta tepung gluten.
Bila di luar (jalan-jalan) Babang Z makan seperti biasa kok, tapi dengan catatan menu rumahan. Artinya bukan olahan cepat saji seperti; nugget, KFC, kentang goreng, sosis dan sebagainya. Dan kami selalu pesan, gak pake mincin ya bang. Hihihi...
Yang perlu diperhatikan setelah jajan itu adalah tekstur PUP-nya. Dan alhamdulillah, waktu itu masih aman.
Mungkin sebagian orang melihat cara hidup kami seperti ini terlalu lebay. Berlebihan dalam menjaga pola makan anak. Toh, nanti kalau sudah sekolah, makannya juga sembarangan. Begitulah komentar yang mendarat di telinga kami. Tapi, it's okay. Disenyumin saja.
Padahal, anak yang suka jajan itu kan, berawal dari didikan orang tuanya. Kalau umur satu tahun saja, anak sudah bebas makan cikki, cittos, bakso, sosis, cilok, dll, maka sampai dewasa pun itu juga yang ia kejar. Namun, insya Alloh ikhtiar kami yang tidak mengenalkan anak pada jajan kemasan komersil sejak dini, akan membiasakannya memakan real food hingga dewasa.
Oleh sebab itu, dari sekarang saya harus banyak belajar kreasi makanan yang enak dengan olahan dan bahan pangan sehat. Dan buat Moms yang samaan dengan saya, yang anaknya sudah sekolah, Moms bisa buat bekal sehat ala bento dari rumah. Intinya, merawat anak itu tidak ada kata repot dan ribet. Enjoy the process.
Semoga dengan tujuan kami membiasakan anak makan makanan olahan rumahan, makan sayur dan buah, membuat ia terbiasa hingga dewasa.
Percayalah, akan sangat sulit merubah kebiasaan pola makan yang salah, karena sudah mendarah daging menjadi kebiasaan seumur hidup.
Banda Aceh
Selasa, 11 April 2023
0 Response to "TRAVELLING BARENG ANAK. HEALTHY FOOD TETAP PENTING.TAPI ANTI PUSING"
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys