PERNAH TINGGAL DI RUMAH ANGKER. TERNYATA SERU JUGA.


Percayalah, alur cerita yang kita lewati akan mengindahkan alur cerita di masa akan datang. Itulah kenapa, hal sederhana yang menurut kita indah namun receh di mata orang lain. Karena alur cerita yang kita lewati tidak sama. 

Semakin sering kita mendapatkan pengalaman baru. Maka semakin kita dapat berdamai dengan hal baru pula.
 ---------------------------
RUMAH TERINDAH
Seperti rumah ini. Mungkin di mata orang lain, rumah ini jauh dari kata sederhana atau tidak estetik. Tapi ini adalah hal ternyaman yang pernah saya temui. 

Jauh sebelum ini, saya pernah tinggal di rumah "angker" yang sebelumnya tidak ada isu akan hal demikian dari pemiliknya. 

Singkat cerita, rumah yang dulu (di Banda Aceh) adalah bekas daerah bencana dahsyat Tsunami waktu itu. 

Setiap pindah rumah, yang selalu mencari lokasinya, packing, dan sebagainya adalah Pak Mam. Sementara kami, selalu mengungsi (pulkam). Ketika semua sudah beres di hunian baru, kami dijemput. Makanya saya tidak pernah tahu bagaimana kondisi rumah tersebut. 

Awalnya tak ada yang aneh. Setiap rumah baru, kami tak lupa membaca Alquran sebelum masuk. 5 ayat pertama surat Al-Baqarah. 

Beberapa bulan berlalu. Ada kejadian yang semakin aneh; 

Pertama, ketika saya sholat maghrib (kalau tidak salah) Babang Z (usia belum genap 2thn) main seperti biasa di ruang tamu (depan kamar), lalu tiba-tiba dia masuk sambil berlari dan berkata, "Ada uwak-uwak, mah." Seketika bulu kuduk merinding. Tapi saya tak hiraukan itu. 

Kedua, saat bulan Ramadhan. Pastinya bangun jam 2 atau 3 dini hari untuk mempersiapkan makanan. Biasanya setiap jam segitu selalu ramai dengan nasyid, tadarus atau syair² khas Aceh. Tapi malam itu sangat sepi, ntah saya yang kecepatan bangun atau gimana, saya juga lupa lihat jam. Meski terasa sepi, saya tetap lanjut beraktivitas seperti sebelum-sebelumnya di dapur. 

FYI, rumah Aceh itu selalu (pasti) ada sumur di dalam kamar mandi atau dapurnya. Jadi, di rumah waktu itu ada 2 kamar mandi, satu bilik yang ada sumur itu tidak ada pintunya dan posisinya disamping meja kompor. Jadi, dapurnya sangat tidak nyaman buat saya. 

Lalu, posisi dapur dengan ruangan depan ada pintu. Kata pemiliknya, "dapur ini kami tambahin, karena kalau bentuk rumah bantuan dari pemerintah memang tidak ada dapur."

Nah, terbayang kan, seperti apa dapurnya yang ditempel sama pemiliknya begitu saja. Alakadarnya. Meski ditambah dengan 2 kamar mandi. 

Namun tetap harus disyukuri meski setiap ke dapur saya seperti masuk ke dunia lain🤣 itu sebabnya kalau saya mau memulai aktivitas di dapur saya tunggu matahari naik, atau kalau sudah malam saya tidak mau berlama-lama di sana. Alhasil, tumpukan piring kotor dan peralatan masak selalu berantakan. 

Ringkas cerita, saya masak di dapur itu dalam keadaan yang memang kurang enak. Tapi saya tetap melanjutkan kerjaan karena hendak sahur. 

Namun, sungguh tak terduga, rasanya jantung saya mau lepas dan tubuh mau tersungkur lemas karena terkejut dengan suara lemparan benda keras yang jatuh tepat di atas seng dapur saya. Seperti orang yang sengaja membuang batu besar di atas seng rumah. Bayangkan, suara besar itu tiba-tiba pecah di tengah sepinya subuh waktu itu. 

Bulu kuduk pun bergidik. Tapi kaki enggan melangkah. Meski takut, saya masih bertahan dengan aktivitas memasak. 

Kejadian ketiga, yaitu dari kisah suami. Pak Mam ternyata sudah merasa aneh dengan dapur itu sejak lama. Namun ia tak pernah bercerita setelah kami benar-benar memutuskan untuk pindah. Ternyata saya cukup sabar dengan ketidaknyamanan dapur itu selama 1,5 tahun. Yang membuat saya bertahan adalah biaya listrik rumah sangat murah karena subsidi dari pemerintah (rumah bantuan Tsunami) sehingga saya dan Babang Z sangat puas dan betah di rumah seharian karena AC menyala 24 jam. Dan biaya listrik yang dikeluarkan hanya 60rb sampai 100rb perbulan. 

Nah, pengalaman Pak Mam itu ketika kami sudah mengungsi ke rumah Mamak (karena Pak Mam yang packing semua barang). Jadi hanya ada kasur yang terpasang karena Pak Mam masih tinggal di sana sambil menunggu surat mutasi juga mencari mobil angkutan barang antar kota. 

Katanya, saat sedang sholat bulu kuduknya selalu berdiri. Terkadang ia bisa sholat sampai selesai. Namun tak jarang sholatnya buyar karena tak tahan dengan gangguan. Dan kejadian itu pun sering terjadi ketika kami masih tinggal bersama. Tapi Pak Mam sengaja menutupi ceritanya. 

Yahhh... Saya tahu maksudnya. 

Kejadian berikutnya, sebelum kami pindah. Mamak saya pun pernah datang ke rumah kami dan nginap beberapa hari. 

Saya tahu, Mamak itu sedikit banyaknya bisa merasakan hal aneh. Namun saya tidak mau membahas hal itu dengan beliau. Akan tetapi Mamak sepertinya tidak tahan untuk bertanya, "Itu yang di belakang dapur kalian kuburan ya?"

Sebenarnya selama tinggal di rumah itu, saya sering melihat gundukan batu yang dibuat persegi panjang dari samping pintu dapur saya. Tapi ketika saya tanya Pak Mam, selalu bilang, tidak tahu. 

Ah, saya pun tak memperdulikannya. Anggap saja batu pembatas parit selokan pembuangan air kamar mandi kami. 

Tapi setelah kata-kata Mamak waktu itu, saya semakin penasaran. Dan sampailah saya menemukan momen tepat untuk bertanya langsung pada nenek yang punya pekarangan belakang. 
"Nek, itu kuburan ya?"
"Iya, kuburan orang zaman dulu, atok-atok kami dulu." ucap nenek itu. 

Deg! 

Sontak ingatan saya menyambungkan kejadian beberapa waktu lalu, mulai dari Babang Z yang selalu main tidak nyaman, dan bilang ada " Uwak-uwak", seng dapur di lempar cukup keras, dan lain sebagainya. 

Dan sampailah kami di titik ini. Titik dimana kami menemukan rumah semi permanen yang sangat nyaman dan tenang. 

Meski sederhana, tapi kami sangat bersyukur mendapatkan apa yang kami butuhkan menurut Alloh. 

Kami hanya butuh rumah dengan esensinya; luas, cahaya masuk ke rumah, sirkulasi udara baik, jendela banyak, halaman luas dan berpagar, di dapur ada jendela dan pintu agar asap dan bau masakan tak terperangkap dalam ruangan, serta jarak antara tetangga cukup jauh–tidak dempetan. 

Maka, itulah kenapa kebahagiaan orang memang terlihat receh di mata kita, karena kita tidak pernah tahu cerita apa yang sudah ia lewati sebelumnya. 

Seperti ada istri yang kegirangan dapat uang 20rb di kantong celana suaminya. Karena sebelumnya ia cuma menemukan uang 5rb atau 2rb.

Begitu pun kami, mendapatkan rumah semi permanen yang sederhana ini sudah kenikmatan yang luar biasa, karena sebelumnya kami pernah tinggal di rumah yang sangat tidak nyaman. 

Sekian☺

Bagaimana pengalaman kalian yang membuat kegirangan luar biasa?? 

Lhokseumawe, 27 Juni 2024


0 Response to "PERNAH TINGGAL DI RUMAH ANGKER. TERNYATA SERU JUGA. "

Post a Comment

silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel