PERISTIWA SEBELUM POSITIF HAMIL (ke-2) YANG TAK TERDUGA.
Assalamu'alaikum Dears.... Semoga di awal tahun 2024 ini kita semua diberi kesempatan dan kesehatan agar dapat menyambut Ramadhan yang tidak terasa waktunya semakin dekat. Untuk itu, mari kita sambut dengan cerita saya yang mungkin teman-teman bisa mengambil hikmah untuk kehidupan di tahun 2024 ini. JANGAN SKIP YA!!!
Sebelum memulai, silahkan baca cerita yang sudah saya tulis beberapa bulan lalu. Biar nyambung. Hehehe.. Klik di sini. Eh, udah setahun juga kisah ini, ternyata. Hahaha..
Tulisan ini hanya untuk merekam jejak kenangan saya di tahun 2022-2023 kemarin dan semoga ada pelajaran yang bisa teman-teman ambil.
PERISTIWA SEBELUM POSITIF HAMIL YANG TAK TERDUGA.
Mungkin teman-teman di IG saya @caca.nice pasti sudah tahu kalau saya pernah hamil anak ke-2.
Iya, betul! Hamil tanpa persiapan dan perencanaan. Padahal kami sepakat menunggu Babang Z 2 tahun lebih. Dan selama itu, saya juga harus menyelesaikan PR yang ada di dalam diri saya. Menyembuhkan "inner child" yang beberapa tahun belakangan saya menyadari kalau saya sedang sakit batin dari peristiwa buruk di masa kecil.
Jadi, jauh sebelum saya positif hamil ke-2 (di tahun 2022), saya pernah bilang ke Pak Mam, "Kita nanti aja punya adek Zaid ya. Awak mau belajar tazkyatun nafs dulu. Awak gak mau jadi monster ke anak-anak karena beban masa lalu belum selesai." Iya, saya menyadari ada yang aneh pada sikap saya setelah 2 tahun perjalanan pernikahan kami dan juga seiring pertumbuhan Babang Z yang sangat aktif—lagi di fase belajar jalan—waktu itu.
Qadarullah...Allah Al-'Alim menuntun saya pada sebuah tulisan-tulisan yang bertema "luka pengasuhan" dan parenting. Dduuaarrrr!!! Ternyata saya menemukan benang kusut yang ada dalam diri saya. Yaitu inner child yang terluka.
Walaupun ikhtiar saya hanya belajar otodidak dari buku-buku yang bertema "luka pengasuhan" setidaknya saya paham, bahwa saya memang memiliki luka yang benar-benar nyambung ke kehidupan masa sekarang.
TERNYATA PR SAYA YANG BERTUMPUK
Belum lagi masalah Babang Z yang makin hari makin aktif dan juga lagi ngejar kenaikan berat badannya. Iya, kami sedang konsen dengan pertumbuhannya saat itu: menghindari makanan luar, harus realfood dan padat nutrisi, serta harus dari dapur sendiri.
Setelah itu, entah mengapa sakit yang saya anggap tak mengganggu. Namun, ternyata saat Babang Z di usia 1tahun beberapa bulan, sinusitis saya kambuh dan lebih parah dari sebelumnya. Sampai-sampai untuk ibadah (sujud saat sholat) kepala saya benar-benar seperti mau pecah, berdenyut seperti diremas. Entahlah, benar-benar sakit parah yang saya rasakan.
Karena sangat sakit dan mengganggu performa saya sebagai IRT, akhirnya Pak Mam menyarankan saya untuk ke THT. Awalnya hanya diberi obat radang dan segala macam, lalu di saranin untuk rontgen. Karena mikir pengeluaran—non BPJS — jadi saya tunda dulu, dan hanya bergantung pada obat-obatan saja. Namun tak lupa juga Pak Mam tetap ikhtiar mencari jalur BPJS.
Alhamdulillah setelah beberapa hari, ternyata ada RS yang menyediakan jasa dokter THT yang bisa pakai BPJS dan saat itu kami pun gercep menuntaskan permasalahan ini, saking tidak maunya punya banyak PR.
Oh ya, sebenarnya dokter THT jalur BPJS banyak, namun laki-laki. Hanya sedikit sekali yang perempuan. Dan saya maunya dokter perempuan.
Ringkas cerita, saya pun bisa rontgen di area wajah. Setelah hasil keluar, dokter nanya, "Ibu tidak lagi hamil, kan?" Saya hanya menggeleng, lalu balik bertanya, "Tapi saya lagi nyusui." Dokternya melirik Babang Z waktu itu yang sedang bereksplorasi di ruangan bersama Abahnya. "Gak pa-pa, kan gak eksklusif lagi, kan." Saya pun meng-iya-kan.
Tak ada yang aneh dari sini. Dan setelah beberapa hari konsumsi obat, sakit saya mulai reda perlahan. Maka, setelah selesai masalah ini, saya lanjut menyelesaikan PR selanjutnya.
PERIKSA GIGI.
Sebagai calon bumil (mau program/ merencanakan hamil) saya sadar, kesehatan diri adalah utama, agar saat hamil tak ada keluhan berat. Maka saya ingin periksa gigi dan memperbaiki yang sakit.
Langkah pertama, saya periksa ke puskesmas dahulu, lanjut minta rujukan ke dokter, lalu dari dokter meminta saya untuk rontgen gigi. Nah, artinya dalam sebulan saya masuk ruang x-ray 2 kali. Tak ada yang aneh, karena memang saya ingin menambal ketidaknyamanan yang ada ditubuh saya sebelum program hamil.
Setelah rontgen, saya dianjurkan untuk cabut gigi geraham dan sisa-sisa akar yang tertinggal, namun nyali saya justru menciut. Saya takut. Akhirnya saya menunda beberapa hari, untuk menyiapkan mental.
Qadarullah, sebelum kegiatan saya bersih-bersih tubuh selesai (cerita di atas) ada kejadian yang tak terduga terjadi. PR belum tuntas, eh malah nambah tugas baru.
TERJATUH di ATAS KURSI KAYU.
Di rumah kontrakan kami ada kursi kayu yang sengaja ditinggalkan oleh tuannya. Bersyukur juga, rumah kami ada tempat duduk di ruang tamu bagi tetamu yang bertandang.
Singkat cerita, waktu itu kami bertiga—saya, Pak Mam, dan Babang Z (yang baru aktif berjalan)—bermain bola voli (yang sebenarnya saya dan suami) dengan posisi saya di dekat kursi dan Pak Mam dan Babang Z di dekat pintu dapur. Kebayang ya, bentuk rumah kami itu memanjang, jadi di ruang tamu (yang ada kursi kayunya) bergabung dengan 2 kamar, dan sekat di belakang Pak Mam berdiri, pintu ke dapur.
Nah, jadi posisinya, Pak Mam berdiri didekat sekatan pintu dapur, dan saya berdiri di pintu depan ruang tamu. Tak disangka, posisi saya yang berdiri di depan kursi kayu ternyata menyebabkan kemalangan.
Saking serunya bermain bola voli layaknya pemain profesional, dengan posisi tubuh membentuk kuda-kuda yang bersiap menyambut kedatangan bola dari lawan. Tiba-tiba, saat bola dari Pak Mam menuju ke arah saya (lebih rendah) dari posisi kuda-kuda yang saya siapkan, maka spontan saya berjongkok dengan cepat agar saya dapat memukul bola sebelum jatuh ke lantai. Namun tak terduga, justru bokong saya terhempas ke atas sandaran tangan pada kursi kayu (yang tepat di belakang saya).
Rasanya seperti tersambar petir. Bokong saya terhempas dengan cukup kuat ke atas sandaran tangan pada kursi kayu itu yang juga sontak mengenai tulang sulbi saya. Karena teramat sakit, saya pun menjatuhkan badan ke kasur. Merintih. Keesokannya, ntah beberapa hari kemudian saya tidak bisa bangun. Bukan pinggang yang sakit, tapi saya seperti tidak bisa duduk atau bangun (menegakkan tubuh).
Melihat kondisi tubuh saya seperti orang lumpuh, Pak Mam pun langsung menelpon keluarga saya, dan menyuruh adik saya untuk datang menjemput. Rencana berobat (urut) ke tukang urut tulang. Karena semua panik, Mamak pun langsung mengizinkan adik berangkat malam itu juga, dan pagi sudah tiba di rumah kontrakan kami. Tapi saya justru berubah pikiran, karena pasti sakit sekali diurut.
Maka Pak Mam memberi solusi lain: mengajak saya berobat ke dokter ortopedi (dengan dokter kenalannya). Dengan tertatih mencoba mengangkat tubuh yang seperti huruf C, saya di topang ke atas kereta (sepeda motor). Sesampainya di sana, saya pikir akan ditindak dengan alat-alat yang mengerikan, ternyata cuma jelaskan kronologi lalu dokter kasi resep, dan pulang. Alhamdulillah, gratis uang konsultasi. Hehehe.
Rentetan peristiwa yang mungkin saling berkaitan satu sama lain. kemungkinan semua berawal dari peristiwa jatuh ini, semuanya terungkap.
Setelah kejadian itu, ada flek kecoklatan di CD saya, yang saya pikir mungkin akan haid. Saya pun tak pasti, karena memang saat menyusui, haid saya tidak teratur. Awalnya saya pikir, flek itu pertanda tamu bulanan akan datang, karena biasanya seperti itu. Eh, malah besoknya bersih, dan ditunggu-tunggu sampai beberapa hari tamu bulanan juga tidak mampir. Maka mulailah saya curiga, kok udah dua bulan gak haid ya!
ISENG IKUTI FILLING TAPI MALAH KAGET
Setelah konsumsi obat pereda nyeri tulang, alhamdulillah saya kembali normal. Lalu lanjut mengerjakan PR yang tertunda, bersih-bersih badan dulu dengan cara minum rimpangan. Namun saat ingin buat rimpangan detox rahim, ada rasa berat dalam hati. Entah kenapa, pun selalu gagal dengan Alloh beri lupa setiap hari ketika niat saya ingin buat detox rahim tersebut.
Akhirnya, saya meminta Pak Mam untuk beli testpack. Sekadar iseng namun ternyata kaget. Loh, kok positif! Lekas saya beri tahu Pak Mam saat itu juga (subuh). Tapi karena baru bangun, ya. Jadi nyawa Pak Mam belum full. Maka dia pun menanggapi dengan slow. "Salah kali. Testpack murah, apa akurat?" katanya. Sepele dengan testpac lidi, tapi saat saya suruh beli yang bagusan lagi, eh, malah beli model yang sama. Plaaakkkk! (nepok jidat). Ya sudah lah ya, terima saja apa yang dibelikan. Hahaaa!
Qadarullah...saya justru selalu lupa untuk menggunakannya hingga 3 hari kemudian, Allah takdiran saya kembali positif garis dua.
Tapi justru saya tidak menginginkannya!
BERSAMBUNG......
Lhokseumawe, 2 Februari 2024
0 Response to "PERISTIWA SEBELUM POSITIF HAMIL (ke-2) YANG TAK TERDUGA."
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys