Tantangan Hidup di Perantauan #1
Hidup di dunia itu memang tempatnya ujian.
Hidup di dunia itu memang tempatnya belajar.
Hidup di dunia itu memang tempatnya mengumpulkan bekal
untuk dibawa ke kampung halaman yang sesungguhnya.
Hidup di dunia itu memang penuh lika-liku
Ketika kamu merasakan ujian yang teramat berat di
hidupmu, yakinlah bahwa Allah sudah menakar kemampuanmu terlebih dahulu.
“QS. Albaqarah: 286”
Ketika kamu merasa lelah dalam belajar, maka kamu harus
siap menerima ketertinggalan dan kebodohan diri.
“Imam Syafi’I”
Ketika kamu lalai dalam mengumpulkan bekal untuk dibawa
ke kampung akhirat, niscaya kamu akan merasakan penyesalan yang teramat dan tak
berguna lagi.
“Seluruh Al-Qur’an menceritakan hal itu”.
Ketika kamu mengeluh dalam lika-liku kehidupan,
percayalah bahwa Allah selalu menolong hamba-hambaNya yang berusaha memohon
pertolongan-Nya, dan setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Itu sudah janji
pasti dari Alllah SWT.
“Qs. Asy-syarh: 5-6”.
Dalam hidup, semua hal bisa terjadi sesuai kehendakNya,
baik hal yang buruk ataupun yang menyenangkan. Pun setelah kita berpikir apa
yang kita jalani sudah benar dan sesuai dengan aturanNya, kita masih saja
mendapat tantangan.
Ya, hidup ini tidak akan berhenti saat kamu sudah berubah.
Atau ketika kamu sudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Ini lah yang namanya tantangan hidup, atau lebih sering
disebut cobaan dan ujian.
Namun, yakinlah bahwa apa yang kita kerjakan (hal yang
baik) tidak akan pernah sia-sia. Pun keburukan yang kita lakukan juga tentu
akan diminta pertanggung jawaban.
Nah, kali ini, saya akan sharing bagaimana
pengalaman saya di negara asing. Dan menjalani hidup yang tidak pernah saya
bayangkan sebelumnya.
Oke, lanjut baca ya….. dan jangan pernah bosan. Meskipun
tulisan saya cukup membosankan. Hehehe…. please…..
Baik lah, kita mulai ya…
Setelah lulus ujian proses seleksi calon TKW (baca blog
sebelumnya), kita akan dikumpulkan dan diberangkatkan secara serentak. Lalu
proses selanjutnya akan dibimbing oleh panitia yang telah ditugaskan oleh agent
untuk mengarahkan ke proses yang ada di airport. Terlebih dahulu
kita akan diabsen satu persatu di ruangan imigrasi. Lalu setelah itu, kita
mengikuti aturan yang ada di airport seperti biasa hingga keberangkatan
tiba.
Jangan lupa berdo’a ya… dan jika waktu sholat tidak tepat
waktu, kita boleh men-jama’ atau meng-qashar-nya.
Alhamdulillalh, setelah tiba di airport Pulau Penang, saya hanya mengikuti langkah teman-teman yang
ada di depan saya. Lalu berhenti saat mereka juga berhenti.
Masya Allah, mata saya takjub melihat orang-orang ‘bule’;
korea, jepang, china (eh, ini udah biasa kok), india, dll. Mata saya
berputar-putar melihat style-style mereka. Dan selalu ada rasa kagum di
hati saya saat melihat kehebatan Allah SWT. yang menciptakan beribu-ribu bahkan
bermiliyaran orang dengan bahan baku yang sama tapi menghasilkan bentuk yang
berbeda-beda.
Eh, kok jadi baper ya… lanjut lagi ya…
Setelah berkumpul di airport, kita akan menunggu agent
yang di Malaysia untuk proses selanjutnya. Kita tidak akan dibiarkan keluar
tanpa pengecekan ulang di bandara. Salut dech, peraturan Malaysia memang ketat
untuk orang asing yang berkunjung ke negaranya. Kita akan disuruh sidik jari,
foto serta passport dicop.
Kebetulan ada dua perusahaan yang merekrut pekerja
Indonesia, dan kebetulan agent perusahaan kami memang agak sedikit lama
dibandingkan perusahaan sebelah. Dan agent yang sebelah lebih
profesional (maksudnya lebih menguasai keadaan, jadi lebih kondusif
anak-anaknya), sedangkan kami, berantakan dan lama.
Ya, jadi tergantung pilihan masing-masing lah ya….
Oya, airport Kualanamu lebih keren loh
dibandingkan airport Pulau Penang, hehe...
Kemudian kita semua naik bus dan duduk manis mengikuti
arahan saja. Beberapa menit di dalam bus, kita turun disebuah restoran untuk
makan siang. Tapi itu sebenarnya sudah sore. Bahkan saya belum sempat untuk
sholat dzuhur. Sayangnya mereka tidak memberikan waktu untuk sekedar sholat 15
menit pun, kita semua lanjut dengan arahan pengisian perjanjian kontrak kerja.
Dan untuk pertama-tama, kita semua diberi pinjaman RM100 (dipotong gaji ya).
Proses selanjutnya ialah berakhir di sebuah perumahan
yang sudah disediakan untuk kita, yaitu Bandar Cassia, Batu Kawan. Dan
Alhamdulillahnya muslim dan non muslim tidak disatukan dalam satu rumah, dan
itu yang paling saya syukuri, tanpa saya pinta kepada panitia. Cukup pinta sama
Allah saja.
Alhamdulillah, semua perjalanan itu sudah kita jalani.
Berakhir pukul 6 sore (kalau tidak salah) yang jelas, saya menjama’ sholat
dzuhur dengan ashar. Perjalanan yang sangat melelahkan.
Namun, pengalaman ini sungguh menakjubkan. Kenapa? Karena
saat di perjalanan, Pulau Penang ini menyuguhkan pemandangan kota yang amat
bersih dan rapi. Ini pertama kali saya keluar dari Indonesia. Rasanya saya
ingin merubah Indoneisa saya menjadi negara sebersih dan seindah Malaysia. Dan
hebatnya, jalanan di Malaysia tidak ada macat seperti negara kita.
Semoga kelak, Indonesia bisa menjadi Negara terindah
nomor satu dan menjadi tempat destinasi turis-turis mancanegara.
Aamiin…!!!!
0 Response to "Tantangan Hidup di Perantauan #1"
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys