CURAHAN HATI DI AKHIR BULAN MARET
Assalamualaikum sabahat fii
sabilillah...
Semoga Allah memberikan kita semua Rahmat-Nya.
Cerita kali ini akan sedikit bernuansa mellow.
Entah lah... ini memang mengganggu sekali.
Mungkin bisa dibilang ber-genre GALAU.
Sebenarnya rasa ini sudah lama ingin saya tulis. Ini adalah curahan special dari dalam hati saya, yang saya pikir, ini adalah perasaan
yang akan hilang begitu saja, seperti yang sudah-sudah.
Mungkin ini akan sama dengan perasaan yang sebelumnya, lama kelamaan
akan hilang dengan seiring berjalannya waktu. Namun sebelum hilang, saya ingin
mengabadikan dalam bentuk yang haqiqi di sini.
Ini masalah jodoh.
Iya, jodoh.
Mama sudah begitu risau dengan nasib anak nomor duanya ini yang sudah
mencapai umur kepala tiga, namun belum dipinang oleh siapa pun.
Kemarin, Mama sempat menangis karena memikirkan jodoh saya, beliau
bilang kepada adik saya, lalu adik saya menyampaikannya melalui phone, “Mamak sedih
mikirkan jodoh kamu, Kak. Sampe gak umur Mamak nanti nengok Kakak bersanding.”
Ya Allah, berdosa kah saya telah membuat hati Mama saya sedih dan
membebani pikirannya??
Awalnya, sebelum beliau membahas itu, saya ada bercerita kepada adik
by chat, “Kakak ada terucap di hati loh, Dek. Kalau nanti Mamak sembuh, Kakak mau
pake cadar. Coba bilang ma Mamak.” Lalu balasan di atas itu yang saya dapatkan.
Dan ditambah, “Mamak diam aja kak. Habis tu dia nangis, karena mikirin
jodohmu.”
Ya Allah... salah kah saya untuk berusaha lebih taat? Dan sampai
sekarang pun saya belum bisa meyakinkan Mama untuk membolehkan saya menggunakan
cadar. Jika saya tetap ngotot pakai
cadar, mungkin kah saya berdosa ya Allah, menambah beban pikiran Mama dengan
masalah pakain saya dan jodoh yang mungkin semakin jauh jika saya menggunakan
cadar itu (anggapan Mama, mungkin).
Kenapa ya Allah, saya tidak bisa mengambil keputusan untuk diri
sendiri dalam hidup? Padahalkan keputusan itu tidak merugikan siapa-siapa.
Kenapa saya tidak bisa menjalani keputusan yang saya inginkan. Mereka
selalu melarang apa yang menurut saya baik untuk saya jalani. Bahkan mereka tidak mengerti apa yang
ingin saya cari dalam masa depan saya.
Saya tahu, saya masih seorang anak. Saya tahu mereka adalah kunci
syurga dan kebahagian dunia akhirat saya. Tetapi, bolehkah mereka sedikit saja
mendukung keinginan saya selama itu berada dalam lingkaran kebaikan.
Dan sekarang yang menjadi beban pikiran saya adalah menikah. Bukan
masalah siapa orang yang mendampingi saya kelak. Tetapi saya lebih kepada
resepsi dan proses pernikakhan itu nantinya. Seperti gaun yang ingi saya
kenakan (saya ingin yang syar’i, tidak menjuntai terlalu panjang ke
lantai, tidak memakai makeup yang tebal,
tidak cukur alis, tidak sambung bulu mata, dll) yang dilarang dalam syariat
islam. Saat akad nikah berlangsung, saya ingin akad nikah di masjid (syukuran
kecil-kecilan). Dan tidak ingin pesta resepsi (kalau boleh). Dan yang saya
cemaskan adalah bisakah saya menikah nanti memakai cadar, hanya memakai musik
nasyid, di acara itu saya ingin membagikan 100 nasi bungkus untuk anak yatim
dan orang miskin disekitar kota saya.
Tetapi rasanya mustahil. Saya sudah sempat mengutarakan, kalau saya
tidak ingin dipestakan. Tapi Mamak malah tidak suka. Mama bilang, “Janda aja
mau buat pesta dan duduk di pelaminan, masa’
kamu kalah sama janda.”
Ya Allah...
Mereka menginginkan saya menikah, tetapi tidak memikirkan keinginan
dan tujuan saya saat menikah mau seperti apa. Mereka tidak tahu saya sedang
belajar memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan ketika mendidik
saya. Saya hanya tidak ingin, apa yang
saya rasakan selama hidup menjadi seorang anak, tidak akan berlanjut kepada
anak-anak saya kelak. Saya hanya ingin belajar memutus mata rantai
pendidikan orang tua yang salah pada masa saya dulu, agar tidak berlanjut pada
anak-anak saya.
Cukup hanya saya yang merasakan apa yang sepatutnya tidak saya rasakan
pada masa kecil. Bukan berarti orang tua saya tidak memberikan kebahagiaan,
justru saya akan menerapkan kebaikan didikan yang orang tua saya ajarkan. Namun
berhenti meneruskan paham-paham yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman
sekarang.
Jadi, sebenarnya bukan saya tidak ingin menikah. Tetapi, mungkin ini
cara Allah untuk mendidik saya sebagai calon ibu yang akan melahirkan dan
mendidik anak-anak saya sebagai pejuang Agama Islam di kemudian hari. Mempersiapkan anak-anak saya kelak sebagai
khalifah di muka bumi Allah ini.
Jadi, sekarang saya hanya belajar menjadi apa yang saya inginkan untuk
kemudian hari, serta proses menemukan dia yang mampu membawa dan membimbing
serta mewujudkan mimpi-mimpi saya menjadi visi misi kita bersama.
Aamiinnnn.............. ya Rabb.
Curahan hati di Bandar Cassia, Penang. Last on March
31 Mar., 19
Malaysia.
0 Response to "CURAHAN HATI DI AKHIR BULAN MARET"
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys