JANJI ABSTRAK


Jodoh memang tidak ada yang tahu, bagaimana bertemu, bagaimana perjalanannya, dan siapa yang akan membersamai.

Untuk beberapa hal, memang ada yang perlu kita ikhtiarkan dan ada juga yang perlu kita pasrahkan. Setelah ikhtiar berjalan, maka bertawakal adalah kunci ketenangan dan keikhlasan.

Beberapa kisah akan menemukan jalannya masing-masing, begitupun dengan saya. Namun tidak ada satu pun yang tahu, entah jodoh atau kah maut yang terlebih dahulu menyapa. Tak ada kata menyesal saat langkah yang telah terpilih  itu terjadi.


Kata orang-orang, bila seseorang itu pergi meninggalkan kita, maka dia bukanlah yang terbaik untuk kehidupan kita. Apa pun alasan dan seperti apa caranya pergi, dia yang memutuskan untuk tidak ingin bersama, maka relakanlah.

Bagi saya, ditinggal pergi oleh seseorang bukanlah hal yang menyakitkan, tetapi mengecewakan. Untuk beberapa rasa, hati adalah bagian tubuh yang harus menerima konsekuensi dalam sebuah keputusan.

Kecewa itu wajar.
Mungkin sedikit. Karena saya tidak menempatkan rasa suka/ cinta itu pada porsi yang berlebihan. Rasa itu saya tempatkan pada keputusan Allah, jadi ketika dia pergi, hati tidak akan terlalu berlarut dalam kesedihan. Tidak akan meneteskan air mata.

Yang membuat kecewa itu adalah ketika saya sudah berusaha belajar untuk menerima ‘ke-serius-an’ disaat hati saya masih dalam keraguan. Hingga saya berusaha meyakinkan hati dan pikiran bahwa pertanda yang Allah kirimkan itu keliru.

Maha Suci Allah dengan segala KekuasaanNya.
Sebenarnya, Allah telah  memberikan tanda-tanda kepada saya, namun saya masih bersikeras untuk belajar menerima dia atas dasar ibadah, padahal jauh dari dalam hati saya, bukan dia yang saya harapkan.

Atas kebimbangan itu, saya mencoba beristikhoroh kepada Allah. Hati yang tak menerima, namun terus berusaha dipaksakan karena dasar niat ‘ingin ibadah’ menyempurnakan separuh agama. Hingga pada akhirnya Allah memberi takdir yang tak dapat saya elakkan lagi.

  • Hal pertama; Mimpi.

Dalam mimpi tersebut saya telah menikah dengannya, namun tiba-tiba saya menangis dan berkata dalam hati, “Ya Allah, saya menyesal menikah dengannya.” Sontak hati semakin ragu untuk bersama. Kemudian saya mencari celah untuk menetralisir makna mimpi tersebut.  Mereka bilang, “Nggak selamanya hasil istikhoroh itu lewat mimpi, bisa jadi permainan syetan.” Yah, mungkin saja.

Lalu saya terus belajar untuk berdamai.

  • Hal kedua; Pesan Ibunya.

Dia menyampaikan pesan ibunya kepada saya yang intinya, kelularganya belum bisa bersilaturrahmi dalam waktu dekat. Lalu saya menangkap, “Mungkin ibunya kurang setuju.” Saya juga tidak bisa memaksa untuk meminta kepastian. Yang pada saat itu saya juga belum pasti dengan pilihan saya.

  • Hal ketiga; Dekat Dengan Teman Lawan Jenis.

Kebetulan teman saya (perempuan) ini juga temannya (dari SD-SMA) rapat sekali. Dan ada beberapa moment dimana teman saya memposting perjalanannya bersama dia ke story. Tak ada curiga awalnya, karena memang mereka teman dekat. Namun, entah kenapa teman saya tiba-tiba chatting saya dan membahas dia. Bla---bla----bla--- sampai hati saya berkata, “seperti ada yang aneh. Dan semoga kalian jodoh.” Ucap filling saya saat itu. Kemudian saya tidak pernah berhubungan dengan keduanya.

  • Hal keempat; Final.

12 April’19 dia memberi undangan. Tanda dari Allah yang tidak bisa dinegosiasi lagi. Dan calonnya adalah teman (SD-SMA)nya yang juga teman saya.

Skenario Allah sungguh menakjubkan, bukan?.

Saya saja masih tidak habis fikir, filling saya benar atas izinNya.

Semoga kalian bahagia....

Dan saya tidak pusing-pusing lagi harus mencari alasan untuk membatalkan percakapan kita waktu itu. atau bisa dibilang ‘janji abstrak’.


Penang, 21 Apr., 19

0 Response to "JANJI ABSTRAK"

Post a Comment

silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel