Kisah-Kisah Wanita di Zaman Rasulullah SAW
Menurut pemahaman yang sudah menyebar di tengah-tengah kita bahwa wanita di era jahiliyah tidak mendapatkan tempat. Kondisi terbaik seorang wanita pada masa itu ialah hanya menjadi barang yang dinikmati seorang lelaki. Dan wanita saat itu mengalami berbagai bentuk perlakuan semena-mena dan sewenang-wenang.
Bahkan ketika masih menjadi bayi pun, mereka belum mendapatkan posisi yang nyaman untuk hidup pada masa itu. cerita-cerita itu tentu sudah sering kita dengar, tentang anak-anak perempuan yang dikubur hidup-hidup. Sampai akhirnya islam datang menyelamatkan kaum wanita dari situasi itu.
Setelah masa-masa jahiliyah itu berakhir. Terdengarlah kehebatan wanita-wanita yang ikut berperang. Juga sejarah mencatat tentang wanita yang membanggakan dunia dengan melahirkan dan mendidik anak-anak hebat.
Ada tulisan para ahli sejarah kuno tentang semenanjung Arab, dan semangat bangsa Arab untuk menjaga kemuliaan nasab, kesucian keluarga, dan kejernihan asal-usul, meski mereka berada di era jahiliyah. Orang bijak Arab, Aktsam bin Shaifi, berkata;
“jangan sampai kecantikan wanita memperdaya kalian hingga mengabaikan kejelasan nasab, karena wanita-wanita mulia itu adalah tanggga menuju kemuliaan.”[1]
Penyair Arab berkata;
Buruknya air disebabkan karena buruknya tanah
Dan buruknya suatu kaum disebabkan karena buruknya wanita-wanita mereka
Abu Amr bin Al-Alla’, seorang perawi yang jujur, hujjahsalah satu dari tujuh qari’ yang imam, menukil dari seorang diantara mereka; ia berkata, “aku tidak akan menikahi seorang wanita sebalum aku melihat anakku darinya.” Dikatakan padanya, “bagaimana bisa seperti itu?” ia menjawab, “aku terlebih dahulu melihat ayah dan ibu wanita tersebut, karena ia pasti menurunkan sifat salah satu dari keduanya kepada anak-anaknya.”
Seseorang berkata kepada anak-anaknya, “aku telah memperlakukan kalian dengan baik saat kalian masih kecil maupun setelah kalian dewasa, dan juga sebelum kalian dilahirkan.” Anak-anaknya bertanya, “bagaimana ayah memeperlakukan kami dengan baik sebelum kami lahir?” ia menjawab, “aku memilihkan ibu untuk kalian yang tidak membuat kalian dicela karenanya.”[2]
Seperti yang mereka tuturkan dalam buku-buku syair terkait peran seorang ibu dalam memolehs anak-anaknya yang memasuki sejarah setelah mereka tumbuh besar, seraya mengekspresikan obsesi-obsesi jangka panjang seorang ibu yang mengharapkan anak-anak mereka menjadi orang mulia dan terhormat.
Abu Ja’far bin Habib dalam bukunya; Al-Muhabbar, menyebutkan salah satu bab dengan judul Al-munjibatyang berarti ibu-ibu yang melahirkan banyak anak. Ia menyatakan, “orang Arab belum menyebut seorang ibu dengan julukan Al-munjibahsebelum melahirkan anak minimal tiga anak-anak mulia.”
Para ahli sejarah tentu tidak lupa menyebutkan bahwa seorang wanita pasti punya andil dibalik peristiwa-peristiwa besar, seperti disebutkan dalam riwayat Ibnu Ishaq dalam As-Sirah tentang peran seorang wanita dalam perjanjian orang-orang Muthayyibketika Bani Manaf dan para sekutunya terlibat perselisihan dengan Bani Abdu Dar setelah wafatnya Qushai bin Kalib. Saat itu, para wanita Bani Abdi Manaf mengelurakan piring besar berisi minyak wangi, lalu Bani Abdi meletakkan minyak wangi itu unttuk sekutu-sekutu mereka di masjid tepatnya di ka’bah. Setelah mereka mencelupkan tangan kedalam minya wangi, lalu mmereka usapkan kedinding ka’bah, sebagai simbol bahwa mereka menegaskan untuk tidak saling membiarkan sesama sekutu, dan tidak saling menyerah satu sama lain.
As-Shuhaili menukilkan bahwa Az-Zubair bin Bukkarmenyebutkan di dua tempat di dalam bukunya, Ansab Quraisy bahwa wanita yang mengeluarkan minyk wangi di dekat ka’bah tersebt adalah Ummu Hakim Al-Baidha’ binti Abdul Mutthalib, bibi Rasulullah ﷺdan saudara kembar ayah beliau; Abdullah bin Abdul Mutthalib.
0 Response to "Kisah-Kisah Wanita di Zaman Rasulullah SAW"
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys