KISAH SEJARAH MUHAMMAD AL-FATIH
Allah Mempersiapkan Yang Lebih Indah
Seperti Muhammad Al-Fatih, sosok legendaris terkenal dalam sejarah pada masa imperium Romawi Timur (Byzantium), yang akan menaklukkan kota konstantinopel. Dimana kita tahu, konstantinopel adalah kota yang sangat berjaya, terbesar dan terkaya, dikarenakan posisi strategis yang berada di jalur perdagangan antara Laut Aegean dan Laut Hitam. Bagi siapapun melintasi daerah tersebut baik melalui perdagangan atau kunjungan, mereka akan terpesona oleh keindahan kota tersebut, biara-biara dan gereja, terutama Hagia Sophia yang menjadi landmark Konstantinopel. Dan juga memiliki pertahanan benteng yang sangat kuat serta tidak mudah ditembus oleh apapun dan siapapun. Benteng tersebut dibangun oleh Kaisar Byzantium , yaitu Constantine I. Konstantinopel adalah kota terbesar dan benteng terkuat pada saat itu, dikelilingi lautan dari 3 sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmara dan Teluk Tanduk Emas (Golden Horn Bay). Bahkan seorang Napoleon Bonaparte mengungkapkan " if the Earth were a single state, constantinopel would be its capital".
Hal itu menjadi semangat bagi para khalifah pada zaman itu. Seperti; Abu Ayyub Al-Anshari (44H/674) pada masa khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan. Lalu, khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (98H/717) pada masa Khalifah Umayyah. Kemudian Khalifah Harun Ar-Rasyid (190H/1395) dan Sultan Murad II (824H/1422) pada masa Kesultanan Utsmaniyah. Mereka semua adalah pejuang yang ingin menaklukkan Konstantinopel pada masa itu. Namun, Allah punya jalan certia tersendiri, sehingga kemenangan pun belum dapat diraih oleh mereka.
Dan itulah yang membuat Muhammad II sangat antusias dengan keinginannya dan sangat yakin, bahwa beliau bisa menguasai daerah tersebut. Namun, keinginan itu tidak lah semudah yang dibayangkannya, dengan segala cara beliau lakukan untuk bisa menembus tembok kota tersebut yang memiliki ketebalan 30m dan tinggi 30m. Dan menjadikannya sangat kokoh.
Sultan Muhammad II bin Murad II atau dikenal dengan Muhammad Al-Fatih adalah seorang murid dari ulama-ulama besar pada zamannya, salah satunya Syaikh Aaq Syamsuddin. Gurunya membekali dengan ilmu-ilmu agama dan membentuk mental pembebas serta menceritakan kisah-kisah para penakluk yang mencoba merebut konstantinopel. Sehingga menjadikannya bermental penakluk. Pada usia 17 tahun, beliau sudah menguasai 7 bahasa dan telah memimpin ibukota Kesultanan Utsmani di Adrianopel (Edirne). Lalu usia 19 tahun, beliau telah matang dalam berpolitik. Hidupnya sebagian besar berada diatas kuda, dan beliau tidak pernah meninggalkan sholat sunat rawatib dan tahajjud.
Semangatnya tak pernah luntur. Segala cara dilakukan. Menyusun strategi dan membentuk tentara-tentara elit sebanyak 40.000, dengan pembekalam ilmu agama, fisik dan taktik serta segala yang dibutuhkan untuk lebih baik. Lalu Al-Fatih membuat siasat, yaitu; memutuskan urat nadi utama perdagangan dan transportasi Konstantinopel, yaitu Selat Bosphorus. Membangun benteng Rumeli Hisari (1452) setinggi 82m dengan 7 menara citadel yang di bangun oleh 5.000 pekerja selama kurang 4 bulan, bertujuan untuk penaklukan kota tersebut. Lalu membangun benteng Anadolu Hisari (Benteng Anatoli) yang dibangun oleh Sultan Beyazid I pada 1394. Kedua benteng tersebut terletak berseberangan di selat Bosphorus yang berjarak 500m dan menjadi pos penjaga serta gerbang dalam mengendalikan keluar masuknya kapal menuju konstantinopel.
Akan tetapi, usaha itu saja tidak lah cukup untuk menghentikan kejayaan ibukota Byzantium tersebut. Konstantinopel memiliki sistem pertahanan terbaik. Tembok yang terdiri dari 3 bagian, yaitu tembok dalam (inner wall) setinggi 18-20 m, tembok luar (outer wall) setinggi 12-15 m dan parit bagian terluarnya sedalam 10 m dan lebar 20 m. Tentu saja ini bukan hal yang mudah untuk ditaklukkan dan menjadi tantangan terbesar dalam diri Muhammad Al-Fatih.
Tidak cukup sampai disitu, Al-Fatih terus berpikir dan menyusun siasat untuk dapat merebut kota tersebut. Ditengah penantiannya, datanglah seorang pembuat senjata dari Hungaria yang bernama Orban. Awalnya Orban telah menawarkan rancangan senjatanya pada Kaisar Byzantium. Namun, mereka menolak karena kurang dana, dan mereka merasa sudah aman dengan lindungan dari tembok-tembok yang belum pernah tertembus oleh apapun. Lalu Orban menawarkan pada Muhammad II, segera Al-Fatih bertanya "apakah engkau mampu membuat senjata yang dapat melontarkan batu yang cukup besar untuk menghancurkan tembok konstantinopel?" Lalu ia menjawab "Aku dapat membuat meriam tembaga dengan kapasitas seperti yang Anda inginkan. Aku telah mengamati secara detail tembok di Konstantinopel. Aku tidak hanya akan memporakporandakan tembok itu dengan senjataku. Bahkan tembok Babilonia akan hancur karenanya."
Tentu saja, perkataan itu menjadi angin segar di telinga beliau. Kemudian beliau segera memfasilitasi dan menyediakan segala yang dibutuhkan Orban dalam pembuatan senjata itu. Orban membuat senjata terbesar di dunia pada masa itu, sebuah meriam raksasa dengan 8,2 m, berdiameter sekitar 760 cm, berat 18,2 ton dapat melontarkan bola besi berdiameter 70 cm dengan berat 680 kg, dan sejauh 1,6 km.
Al-Fatih lalu mempersiapkan 250.000 pasukan yang di bagi menjadi 3 bagian. Yaitu pasukan laut dengan 400 kapal perang, menyerang bagian laut Marmara dengan Admiralnya Sulaiman Baltoghalu. Kapal-kapal kecil bertujuan menembus Teluk Tanduk Emas, dan sisanya melalui jalan darat menyerang bagian barat Konstantinopel. Tak ketinggalan meriam yang diberi nama "The Muhammed's Greats Gun" yang dikawal oleh 400 tentara dan ditarik 60 sapi jantan pada 6 April 1453.
Peperangan pun terjadi, pasukan di Teluk Tanduk Emas tidak bisa masuk karena tentara Konstantinopel memasang rantai raksasa sehingga kapal-kapal perang kaum Muslim tidak dapat masuk. Lalu 400 kapal di bagaian lautan Marmara tidak bisa berbuat banyak ketika berhadapan dengan kapal-kapal Konstantinopel yang memang lebih besar dan berpengalaman, serta lebih memahami medan perang. Banyak kapal Al-Fatih karam dan hancur dalam serangan tersebut. Sedangkan bagian Barat Konstantinopel dengan 68 meriam dan 1 meriam raksasa buatan Orban membombardir tombok itu. Namun, ternyata meriam raksasa tersebut memiliki keterbatasan, yaitu hanya bisa ditembakkan 3 jam sekali, dan itu memberikan kesempatan pada tentara konstantinopel untuk memperbaiki kerusakan tembok-tembok itu dengan segala cara. Kemudian tembok pun dipanjat oleh tentara Al-Fatih, tetapi anak-anak panah berterbangan menancap pada tubuh tentara-tentaranya. Kemenangan pun memudar dan pekan demi pekan berlalu tanpa secercah harapan kemenangan.
Kegagalan demi kegagalan yang ditemui menjadi peluntur semangat prajuritnya. Mereka merasa tidak akan pernah berhasil merebut Konstantinopel, dan mewujudkan hadist Rasulullah: "Abdullah bin Amru bun Al-Ash berkata, "ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah saw untuk menulis, tiba-tiba beliau saw ditanya tentang kota manakah yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma? Rasulullah saw menjawab, "kota Heraklius ditaklukkan terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel)." ( HR. Ahmad). Ada juga hadist berikutnya: "kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat amir (panglima perang) adalah amirnya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya." (HR. Ahmad). Akan tetapi, kegagalan yang terus menerus menjadikan para prajurit kehilangan semangat. Dan dalam situasi lemah seperti ini, Konstantinopel menawarkan kepada Al-Fatih untuk mengadakan perdamaian dan bersedia membayar upeti kepada Al-Fatih. Usulan ini didukung pula oleh Halil Pasha yang merupakan penasehat senior Al-Fatih. Tetapi dengan tegas beliau menolak, karena tujuan utamanya adalah menaklukkan konstantinopel.
Muhammad II yang masih tetap bertahan dan yakin dengan janji Allah dan Rasul saw terus menyusun siasat dan strategi untuk dapat mengalahkan pertahanan Konstantinopel.
Pada 20 April 1453, Al-Fatih dan para pasukannya melakukan suatu cara yang tidak terbayangkan. Saat rapat digelar, dan disepakati bahwa bagian terlemah konstantinopel adalah bagian utaranya yang berbatasan dengan Teluk Tanduk Emas, yang hanya dijaga oleh rantai raksasa. Al-Fatih menyampaikan keputusan dan ide fenomenalnya kepada para prajuritnya, yaitu mereka akan memasuki Teluk Tanduk Emas dengan cara apapun, bahkan bila perlu mengangkat kapal mereka melewati bukit Galata. Dan para prajurit pun bersepakat melaksanakan ide Al-Fatih tersebut walaupun harus memutar melewati rantai yang menghalangi mereka.
Gema takbir dan tahmid mengiringi proses pengangkatan kapal-kapal mereka ke jalur darat, bukit Galata. Mereka mengambil konsekuensi yang cukup berat demi sebuah perjuangan dan menggapai tujuan. Dan itu sebanding dengan hasil jerih payah mereka yang berjuang memindahkan 72 kapal perang dari selat Bosphorus menuju Teluk Tanduk Emas dalam waktu satu malam.
Pada 22 April 1453, pasukan konstantinopel dikejutkan dengan takbir dan tahmid pasukan Al-Fatih. Sebagian pasukan Konstantinopel menggosok-gosok mata mereka dan saling mencubit satu sama lain, memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. Sungguh tidak terbayangkan apa yang ada dihadapan mereka saat itu. Sesuatu yang mustahil bagi orang-orang tidak beriman. Dan pada akhirnya, kemenangan dapat diraih oleh pasukan Muhammad Al-Fatih saat itu.
Begitulah perjuangan panjang dan kegigihan dari seorang hamba yang taat pada Allah dan Rasul saw. Meski Al-Fatih tergolong hamba yang taat, tidak pernah meninggalkan sholat sunat rawatib dan tahajjudnya semalam pun. Beliau tidak serta-merta mendapat kemudahan dalam mewujudkan keinginannya tersebut. Bayangkan saja, sholat sunatnya saja dijaga, sudah pasti sholat wajibnya tidak pernah tinggal apalagi masbuq.
Masya Allah, sudah tentu beliau pantas mendapatkan kemenangan dan kejayaan dalam penaklukkan Konstantinopel tersebut, karena memang kegigihan, kerja keras, keyakinan, tanpa mengeluh dan ketaatan adalah proses yang tidak mudah dan ringan. Proses tidak pernah mengkhianati hasil. Begitulah Al-Fatih dengan pasukannya mewujudkan bisyarahRasulullah saw.
Lantas, bagaimana dengan diri kita?
Sudahkah kita berjuang untuk mewujudkan keinginan kita?
Allah Mahatahu segalanya, Mahaindah skenario-Nya. Perjuangan Muhammad Al-Fatih tidak serta merta Allah mudahkan rencananya, tidak seindah yang beliau bayangkan, dan tidak segampang yang beliau harapkan. Allah menangguhkan segala do'a-do'a beliau, Allah kumpulkan harapan-harapan beliau. Dan pada saat waktu yang tepat, barulah Allah curahkan segala yang beliau inginkan. Adalah hadiah terindah dan harga yang sebanding dengan apa yang diperjuangkan.
Maka, ambillah pelajaran dari kisah beliau, semangatnya, kegigihannya, ketaatannya dan keyakinannya terhadap janji Allah dan RasulNya. Jangan hanya kegagalan sedikit, kita sudah mengeluh, putus asa, pesimis dan berhenti berjuang. Bersikaplah seperti Al-Fatih yang terus mencari ide-ide berlian demi tunjuannya. Sejarah hanya mencatat kisah-kisah luar biasa, sebab sejarah adalah harga termahal bagi seorang pejuang.
RQ BMC, 29 Oktober 2017
*referensi dari buku BEYOND THE INSPIRATION By Felix Y. Siauw
0 Response to "KISAH SEJARAH MUHAMMAD AL-FATIH"
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys