[BOOK REVIEW] MAHAR UNTUK MAHARANI
google.com |
By; Azhar Nurun Ala
Masya Allah... Tabarakallah...
Beberapa buku karya beliau yang telah saya khatamkan dalam beberapa hari. Auto penasaran dengan kisah selanjutnya dengan kehidupan tokoh-tokoh didalamnya. Menunggu buku berikutnya.
Buku cetakan pertama pada tahun 2017, MAHAR UNTUK MAHARANI ini menceritakan kisah seorang pemuda bernama Salman yang mencintai seorang gadis bernama Rani, lengkapnya Maharani –teman masa kecil- yang juga teman Dimas. Mereka bertiga begitu akrab, sampai tiba kejadian Dimas membunuh Budi.
Buku ini tidak terlalu tebal, juga tidak begitu besar. Dan saya suka dengan ukuran buku-buku beliau yang memudahkan saya untuk membawanya kemana-mana dan ringan untuk dibaca (gaya bahasa) dimana pun berada.
Selain itu, cover yang selalu sederhana dan simple memberikan kesan jika buku ini cocok untuk dibaca oleh semua kalangan; tidak hanya diperuntukkan untuk kaum hawa saja, melainkan bagi kaum adam juga, baik remaja, dewasa atau pun sudah ibu-ibu/ bapak-bapak. Tetap boleh kok jika emak-emak mau baca. Hehehe....
Di novel MAHAR UNTUK MAHARANI juga menceritakan seorang Salman dengan jurusan Biologi yang pada akhirnya menjadi petani.
Awal mulanya saya penasaran ingin membaca buku ini, karena sedikit membaca ulasan beliau di IG, mencertiakan seorang Salman yang pada akhirnya memilih memutuskan menjadi seorang petani, bertolak belakang dengan jurusan yang ia jalani selama perkuliahan. Dan itu membuat saya penasaran, juga bercermin pada diri sendiri –bukan berarti saya petani ya, hehehe.... setidaknya hampir sama, menjalani perkuliahan dengan jurusan apa, eh larinya ke mana setelah lulus. ups..curhat.!
Buku ke-7 beliau ini menceritakan kisah perjuangan cinta seorang lelaki sederhana. Yang belum memiliki pekerjaan tetap (kecukupan uang) lalu mengharuskan dia untuk menghalalkan gadis impiannya, daripada ditikung temannya sendiri, Dimas, yang telah mapan dan siap dalam segala hal untuk merebut gadis yang sedang Salman taksir, Rani.
Salman begitu sungguh-sungguh berjuang untuk menghalalkan Rani, meski nasibnya yang belum jelas; skripsi yang masih terbengkalai, pekerjaan yang belum ada, dan uang untuk mahar Rani pun juga belum ada. Ditambah dengan desakan orang tua Rani kepada Salman, juga memberikan waktu satu tahun untuk menunjukkan keseriusannya terhadap Rani, membuat Salman memutar otak bagaimana mendapatkan uang dengan waktu singkat.
Kisah novel ini sedikit banyaknya seperti kisah hidup saya sendiri. Salman yang sedang dibelit dengan masalah, lalu dia berusaha memperbaiki diri dengan masuk ke pondok untuk menghafal al-qur’an, disebabkan juga untuk menghemat biaya pengeluaran.
Ya, kurang lebih saya pun begitu. Makanya saat membaca buku ini, seperti flashback ke masa kuliah saya dulu yang harus berhemat. Jadi berhematnya seperti ini; sebagai anak kos, saya harus bayar sewa kamar dan makan serta perlengkapan hari-hari. Nah, kalau tinggal di asrama pondok, hanya memikirkan pengeluaran pribadi saja. Karena pihak pondok memberikan fasilitas asrama dan makan gratis, dari donatur. Begitu pun dengan kisah perjalanan seorang Salman di novel ini.
Dan itulah yang membuat hidup penuh warna. Begitu juga kisah Salman, begitu banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita ini.
Kemudian setelah keluar dari pondok, dia memutuskan untuk tinggal bersama ibunya di desa. Lalu meneruskan amanah bapaknya untuk mengelola tanah seluas 1 hektar. Awalnya Salman ragu dengan keputusannya untuk mengelola tanah itu, secara dia bukan seorang lulusan pertanian. Namun ibunya juga tidak keberatan jika tanah itu dijual, lalu uangnya digunakan untuk modal pernikahan dirinya dan Rani.
Saya pikir, Salman akan melakukan jalan pintas itu (menjual tanah). Ternyata ada kejadian yang begitu luar biasa, yang tidak terdeteksi oleh imajinasi saya.
Bukan se-simple itu ternyata novel Mahar Untuk Maharani ini, di dalamnya terdapat ilmu yang bisa diambil dan dikembangkan jika berminat. Dan saya pun merasa mendapat ilmu baru dari buku ini. Yaitu, ketika Salman bertemu dengan teman lamanya, Ajran. Seorang lulusan pertanian yang memburu professor pencipta pupuk ajaib.
Ajran juga seorang anak petani sederhana, yang bercita-cita ingin membantu para petani menjadi lebih maju. Ajran seorang mahasiswa IPB yang mengadopsi quotes Soekarno “Soal Pangan Adalah Soal Hidup Matinya Bangsa.” Dan Ajran membuktikan, menjadi seorang petani juga dapat sukses.
Dan Ajran telah membuktikan dirinya lebih sukses menjadi seorang petani, lalu menularkan kesuksesannya kepada Salman. Lantas membuat Salman yakin, dengan menjadi petani ia dapat menghasilkan uang dengan waktu 6 bulan (sisa waktu yang ditetapkan oleh ayah Rani) untuk datang melamar putrinya.
Salman memutuskan menjadi seorang petani kangkung. Justru dengan keputusannya menjadi petani, ayah Rani tidak yakin anaknya akan bisa bahagia dengan Salman yang hanya seorang petani. Kemudian ayah Rani memutuskan menjodohkannya dengan Dimas.
Sakit....! Namun Salman mencoba mengikhlaskan Rani jatuh kepelukan orang lain. Dan dia mulai fokus dengan belajar menjadi petani sukses dari Ajran.
Ah, lagi-lagi saya disuguhkan dengan kejutan-kejutan yang tak tertangkap oleh imajinasi saya. Novel karya Azhar Nurun Ala ini menyuguhkan kejadian diluar perkiraan saya.
Rani yang telah dijodohkan dengan Dimas dan sudah menentukan tanggal lamarannya, tiba-tiba dilamar oleh orang lain. Justru bukan Salman yang merebut Rani dari Dimas. Tetapi Rani telah dilamar oleh Ajran.
Ya, pada akhirnya Ajran lah yang datang melamar Rani.
Dan sepertinya buku ini akan berlajut, sebab masih menggantung. Belum ada akhir kisah yang jelas. Semoga cepat terbit buku selanjutnya.
Bingungkan gimana bisa berakhir seperti itu?
Yang suka baca novel, buku ini rekomen buat kalian. Dijamin nggak nyesel, dech...!!!
Bye....
Langkat, 25 July 2019
Masya Allah... Tabarakallah...
Beberapa buku karya beliau yang telah saya khatamkan dalam beberapa hari. Auto penasaran dengan kisah selanjutnya dengan kehidupan tokoh-tokoh didalamnya. Menunggu buku berikutnya.
Buku cetakan pertama pada tahun 2017, MAHAR UNTUK MAHARANI ini menceritakan kisah seorang pemuda bernama Salman yang mencintai seorang gadis bernama Rani, lengkapnya Maharani –teman masa kecil- yang juga teman Dimas. Mereka bertiga begitu akrab, sampai tiba kejadian Dimas membunuh Budi.
Buku ini tidak terlalu tebal, juga tidak begitu besar. Dan saya suka dengan ukuran buku-buku beliau yang memudahkan saya untuk membawanya kemana-mana dan ringan untuk dibaca (gaya bahasa) dimana pun berada.
Selain itu, cover yang selalu sederhana dan simple memberikan kesan jika buku ini cocok untuk dibaca oleh semua kalangan; tidak hanya diperuntukkan untuk kaum hawa saja, melainkan bagi kaum adam juga, baik remaja, dewasa atau pun sudah ibu-ibu/ bapak-bapak. Tetap boleh kok jika emak-emak mau baca. Hehehe....
Di novel MAHAR UNTUK MAHARANI juga menceritakan seorang Salman dengan jurusan Biologi yang pada akhirnya menjadi petani.
Awal mulanya saya penasaran ingin membaca buku ini, karena sedikit membaca ulasan beliau di IG, mencertiakan seorang Salman yang pada akhirnya memilih memutuskan menjadi seorang petani, bertolak belakang dengan jurusan yang ia jalani selama perkuliahan. Dan itu membuat saya penasaran, juga bercermin pada diri sendiri –bukan berarti saya petani ya, hehehe.... setidaknya hampir sama, menjalani perkuliahan dengan jurusan apa, eh larinya ke mana setelah lulus. ups..curhat.!
Buku ke-7 beliau ini menceritakan kisah perjuangan cinta seorang lelaki sederhana. Yang belum memiliki pekerjaan tetap (kecukupan uang) lalu mengharuskan dia untuk menghalalkan gadis impiannya, daripada ditikung temannya sendiri, Dimas, yang telah mapan dan siap dalam segala hal untuk merebut gadis yang sedang Salman taksir, Rani.
Salman begitu sungguh-sungguh berjuang untuk menghalalkan Rani, meski nasibnya yang belum jelas; skripsi yang masih terbengkalai, pekerjaan yang belum ada, dan uang untuk mahar Rani pun juga belum ada. Ditambah dengan desakan orang tua Rani kepada Salman, juga memberikan waktu satu tahun untuk menunjukkan keseriusannya terhadap Rani, membuat Salman memutar otak bagaimana mendapatkan uang dengan waktu singkat.
Kisah novel ini sedikit banyaknya seperti kisah hidup saya sendiri. Salman yang sedang dibelit dengan masalah, lalu dia berusaha memperbaiki diri dengan masuk ke pondok untuk menghafal al-qur’an, disebabkan juga untuk menghemat biaya pengeluaran.
Ya, kurang lebih saya pun begitu. Makanya saat membaca buku ini, seperti flashback ke masa kuliah saya dulu yang harus berhemat. Jadi berhematnya seperti ini; sebagai anak kos, saya harus bayar sewa kamar dan makan serta perlengkapan hari-hari. Nah, kalau tinggal di asrama pondok, hanya memikirkan pengeluaran pribadi saja. Karena pihak pondok memberikan fasilitas asrama dan makan gratis, dari donatur. Begitu pun dengan kisah perjalanan seorang Salman di novel ini.
Dan itulah yang membuat hidup penuh warna. Begitu juga kisah Salman, begitu banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita ini.
Kemudian setelah keluar dari pondok, dia memutuskan untuk tinggal bersama ibunya di desa. Lalu meneruskan amanah bapaknya untuk mengelola tanah seluas 1 hektar. Awalnya Salman ragu dengan keputusannya untuk mengelola tanah itu, secara dia bukan seorang lulusan pertanian. Namun ibunya juga tidak keberatan jika tanah itu dijual, lalu uangnya digunakan untuk modal pernikahan dirinya dan Rani.
Saya pikir, Salman akan melakukan jalan pintas itu (menjual tanah). Ternyata ada kejadian yang begitu luar biasa, yang tidak terdeteksi oleh imajinasi saya.
Bukan se-simple itu ternyata novel Mahar Untuk Maharani ini, di dalamnya terdapat ilmu yang bisa diambil dan dikembangkan jika berminat. Dan saya pun merasa mendapat ilmu baru dari buku ini. Yaitu, ketika Salman bertemu dengan teman lamanya, Ajran. Seorang lulusan pertanian yang memburu professor pencipta pupuk ajaib.
Ajran juga seorang anak petani sederhana, yang bercita-cita ingin membantu para petani menjadi lebih maju. Ajran seorang mahasiswa IPB yang mengadopsi quotes Soekarno “Soal Pangan Adalah Soal Hidup Matinya Bangsa.” Dan Ajran membuktikan, menjadi seorang petani juga dapat sukses.
Dan Ajran telah membuktikan dirinya lebih sukses menjadi seorang petani, lalu menularkan kesuksesannya kepada Salman. Lantas membuat Salman yakin, dengan menjadi petani ia dapat menghasilkan uang dengan waktu 6 bulan (sisa waktu yang ditetapkan oleh ayah Rani) untuk datang melamar putrinya.
Salman memutuskan menjadi seorang petani kangkung. Justru dengan keputusannya menjadi petani, ayah Rani tidak yakin anaknya akan bisa bahagia dengan Salman yang hanya seorang petani. Kemudian ayah Rani memutuskan menjodohkannya dengan Dimas.
Sakit....! Namun Salman mencoba mengikhlaskan Rani jatuh kepelukan orang lain. Dan dia mulai fokus dengan belajar menjadi petani sukses dari Ajran.
Ah, lagi-lagi saya disuguhkan dengan kejutan-kejutan yang tak tertangkap oleh imajinasi saya. Novel karya Azhar Nurun Ala ini menyuguhkan kejadian diluar perkiraan saya.
Rani yang telah dijodohkan dengan Dimas dan sudah menentukan tanggal lamarannya, tiba-tiba dilamar oleh orang lain. Justru bukan Salman yang merebut Rani dari Dimas. Tetapi Rani telah dilamar oleh Ajran.
Ya, pada akhirnya Ajran lah yang datang melamar Rani.
Dan sepertinya buku ini akan berlajut, sebab masih menggantung. Belum ada akhir kisah yang jelas. Semoga cepat terbit buku selanjutnya.
Bingungkan gimana bisa berakhir seperti itu?
Ternyata saingan Salman memperebutkan Rani, bukan hanya Dimas seorang. Tetapi Ajran yang telah dianggapnya sebagai dewa penolongnya, ternyata menusuk Salman diam-diam.Yuk, baca buku Mahar Untuk Maharani ini. Buku yang cocok untuk kalian yang ingin mendapatkan ilmu baru tentang bercocok tanam. Di buku ini juga memberikan strategi bagaimana menjadi petani yang baik. Dan mungkin saya akan mencobanya suatu saat nanti, kalau ada tanah. Hehehee....
Yang suka baca novel, buku ini rekomen buat kalian. Dijamin nggak nyesel, dech...!!!
Bye....
Langkat, 25 July 2019
0 Response to "[BOOK REVIEW] MAHAR UNTUK MAHARANI "
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys