PULAU BATAM VS PULAU PENANG
Assalamualaikum....
Yap...saya setuju.
Perjalanan adalah bagian dari belajar. Mengajarkan tentang hal-hal baru. Ilmu yang tak akan kau temui di bangku sekolah dan madrasah. Berjalanlah ke mana pun yang kau inginkan, tak ada larangan untuk memijak bumi yang kau sukai.
Menjadi anak perantau bukanlah cita-cita. Namun bagian dari meraih impian, menjalani keinginan, dan bagian dari kehidupan.
Bukankah para Nabi-Nabi terdahulu suka melakukan perjalanan?
Destinasi pertama dan paling berkesan ialah kota Batam. Saya tidak tahu Batam itu Kota atau pulau. Sebagian mengatakan Pulau Batam, dan sebagian lagi menyebutnya Kota batam. Entah lah.
Kota Teh Obeng katanya. Banyak yang mengingat kata itu meskipun mereka telah bertahun-tahun meninggalkannya. Termasuk saya. Selain itu, ia juga dijuluki kota BM (Black Market). Kota yang menjelma menjadi syurga belanja Handphone dan barang-barang elektronik lainnya. Saya pun tidak begitu paham jalan cerita kota itu, yang saya tahu ia benar adanya.
Saya bersyukur sekali, Allah takdirkan saya mengembara di sana. Alhamdulillah, begitu banyak cerita indah mewarnai hari-hari saya. Meskipun bercucuran peluh, Alhamdulillah sebanding dengan kenikmatan yang saya dapatkan.
Begitulah saya, selalu pergi dari rumitnya jalan cerita hidup saya sendiri. Awalnya saya begitu bersemangat bersosialisasi dan bercengkrama dengan suasana kota Teh Obeng. Namun lama kelamaan, kota itu merajut benang kusut yang susah untuk terurai.
Saya melampiaskannya dengan pergi. Dan terdamparlah saya di kota Penang, Malaysia. Sama dengan Batam. Entah pulau atau kota. Keduanya memiliki nama ambigu.
Perbedaan ini hanya berdasarkan pandangan subjektif saya;
Pertama; kalau di Batam, langkah saya bebas. Mau pergi kajian, kuliah, kerja dan mengunjungi wisata tak ada halangan. Sebab saya punya kendaraan pribadi, motor. Sedangkan di Penang, kemana-mana mesti naik taksi online, juga ongkos yang cukup mahal ke satu destinasi saja. Jika ingin murah, alternatifnya adalah naik bus (dari pihak kerajaan) gratis, tapi hanya sampai ke destinasi yang tertentu. Lalu kita harus menyambung bus berikutnya di halte selanjutnya. Yang membuat saya kagum adalah jika penumpang lansia (memiliki kartu), maka ia dibebaskan dari biaya, kemana pun tujuannya.
Kedua; makanan. Saya lebih suka makanan Indonesia. Kalau di Penang, meskipun yang masak melayu, atau orang Indonesia yang nikah dengan warga lokal. Tetap saja masakannya tidak seenak bumbu masakan Indonesia. Di Penang (tempat saya tinggal, Batu Kawan) sangat susah mencari cemilan; siomay, batagor (memang tidak ada), mi ayam dan bakso, ada tapi rasa dan bentuknya aneh. Sebagian jajanan ada tapi rasanya tidak pas di lidah saya. Seperti sate, kwitiau, mi sup, rasanya tidak pas. Tetapi ada makanan yang saya suka, sup tulang dan nasi goreng di kedai melayu sana.
Ketiga; di Batam, saya lebih sering masak. Tetapi kalau di Penang saya malas masak, karena bahan-bahan yang disimpan di kulkas (milik bersama untuk 7 orang) sering raib. Dan kalau masak, bumbu dan rempahnya juga terasa beda, jadi masakan saya tidak enak, hhehehe....padahal masakan saya memang tidak enak. Tapi serius, bahan-bahan yang digunakan di Penang tidak sama dengan bahan di Indonesia, jadi masakannya terasa beda.
Keempat; di Penang saya tipe orang yang malas bepergian, kecuali lepas gajian atau belanja bulanan. Kalau untuk jalan-jalan saya tidak tertarik, mungkin karena jauh dan butuh dana besar. Sedangkan di Batam, saya jadi orang yang tidak betah seharian di rumah. Jika ingin cari bahan tulisan dan inspirasi, saya bisa pergi sendiri naik motor ke pantai atau duduk di taman kota sambil dikelilingi tukang jualan. Batam lebih asik karena tempat wisata berjarak dekat dan tidak perlu mengeluarkan uang banyak.
Terlepas dari itu semua. Perjalanan apa pun yang dijalani, akan memberikan efek kenangan dan hikmah dalam kehidupan. Kau akan merasakan Kasih Sayang Allah yang begitu indah. Kau akan bertemu dengan para malaikat tanpa sayap, juga setan berkepala hitam. Maka pintar dan bijaksanalah mengukir kenangan perjalananmu sendiri.
Langkat, 28-7-2019
Pepatah mengatakan, banyak berjalan maka banyak juga yang dilihat.Setuju?
Yap...saya setuju.
Perjalanan adalah bagian dari belajar. Mengajarkan tentang hal-hal baru. Ilmu yang tak akan kau temui di bangku sekolah dan madrasah. Berjalanlah ke mana pun yang kau inginkan, tak ada larangan untuk memijak bumi yang kau sukai.
Menjadi anak perantau bukanlah cita-cita. Namun bagian dari meraih impian, menjalani keinginan, dan bagian dari kehidupan.
Bukankah para Nabi-Nabi terdahulu suka melakukan perjalanan?
Dulu, yang saya inginkan hanyalah pergi mencari dunia baru. Saya merasa bosan dengan apa yang ada. Ditambah dengan segala tekanan dan ujian pada waktu itu.
- PERGI.
- TEH OBENG.
Destinasi pertama dan paling berkesan ialah kota Batam. Saya tidak tahu Batam itu Kota atau pulau. Sebagian mengatakan Pulau Batam, dan sebagian lagi menyebutnya Kota batam. Entah lah.
Kota Teh Obeng katanya. Banyak yang mengingat kata itu meskipun mereka telah bertahun-tahun meninggalkannya. Termasuk saya. Selain itu, ia juga dijuluki kota BM (Black Market). Kota yang menjelma menjadi syurga belanja Handphone dan barang-barang elektronik lainnya. Saya pun tidak begitu paham jalan cerita kota itu, yang saya tahu ia benar adanya.
Saya bersyukur sekali, Allah takdirkan saya mengembara di sana. Alhamdulillah, begitu banyak cerita indah mewarnai hari-hari saya. Meskipun bercucuran peluh, Alhamdulillah sebanding dengan kenikmatan yang saya dapatkan.
- PERJALANAN KEDUA
Begitulah saya, selalu pergi dari rumitnya jalan cerita hidup saya sendiri. Awalnya saya begitu bersemangat bersosialisasi dan bercengkrama dengan suasana kota Teh Obeng. Namun lama kelamaan, kota itu merajut benang kusut yang susah untuk terurai.
Saya melampiaskannya dengan pergi. Dan terdamparlah saya di kota Penang, Malaysia. Sama dengan Batam. Entah pulau atau kota. Keduanya memiliki nama ambigu.
- PULAU BATAM VS PULAU PENANG.
Perbedaan ini hanya berdasarkan pandangan subjektif saya;
Pertama; kalau di Batam, langkah saya bebas. Mau pergi kajian, kuliah, kerja dan mengunjungi wisata tak ada halangan. Sebab saya punya kendaraan pribadi, motor. Sedangkan di Penang, kemana-mana mesti naik taksi online, juga ongkos yang cukup mahal ke satu destinasi saja. Jika ingin murah, alternatifnya adalah naik bus (dari pihak kerajaan) gratis, tapi hanya sampai ke destinasi yang tertentu. Lalu kita harus menyambung bus berikutnya di halte selanjutnya. Yang membuat saya kagum adalah jika penumpang lansia (memiliki kartu), maka ia dibebaskan dari biaya, kemana pun tujuannya.
Kedua; makanan. Saya lebih suka makanan Indonesia. Kalau di Penang, meskipun yang masak melayu, atau orang Indonesia yang nikah dengan warga lokal. Tetap saja masakannya tidak seenak bumbu masakan Indonesia. Di Penang (tempat saya tinggal, Batu Kawan) sangat susah mencari cemilan; siomay, batagor (memang tidak ada), mi ayam dan bakso, ada tapi rasa dan bentuknya aneh. Sebagian jajanan ada tapi rasanya tidak pas di lidah saya. Seperti sate, kwitiau, mi sup, rasanya tidak pas. Tetapi ada makanan yang saya suka, sup tulang dan nasi goreng di kedai melayu sana.
Ketiga; di Batam, saya lebih sering masak. Tetapi kalau di Penang saya malas masak, karena bahan-bahan yang disimpan di kulkas (milik bersama untuk 7 orang) sering raib. Dan kalau masak, bumbu dan rempahnya juga terasa beda, jadi masakan saya tidak enak, hhehehe....padahal masakan saya memang tidak enak. Tapi serius, bahan-bahan yang digunakan di Penang tidak sama dengan bahan di Indonesia, jadi masakannya terasa beda.
Keempat; di Penang saya tipe orang yang malas bepergian, kecuali lepas gajian atau belanja bulanan. Kalau untuk jalan-jalan saya tidak tertarik, mungkin karena jauh dan butuh dana besar. Sedangkan di Batam, saya jadi orang yang tidak betah seharian di rumah. Jika ingin cari bahan tulisan dan inspirasi, saya bisa pergi sendiri naik motor ke pantai atau duduk di taman kota sambil dikelilingi tukang jualan. Batam lebih asik karena tempat wisata berjarak dekat dan tidak perlu mengeluarkan uang banyak.
Terlepas dari itu semua. Perjalanan apa pun yang dijalani, akan memberikan efek kenangan dan hikmah dalam kehidupan. Kau akan merasakan Kasih Sayang Allah yang begitu indah. Kau akan bertemu dengan para malaikat tanpa sayap, juga setan berkepala hitam. Maka pintar dan bijaksanalah mengukir kenangan perjalananmu sendiri.
Langkat, 28-7-2019
0 Response to "PULAU BATAM VS PULAU PENANG"
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys