KISAH BAHAGIA DIACARA ENGAGEMENT #BAGIAN1


Welcome to September, My Engagement. 
MasyaAllah Tabarakalla.... 


Bagaimana bisa, saya ingkar dengan perintah dan larangan-Nya. Padahal setiap detiknya, saya mendapat cucuran kasih sayang dariNya. 
Alhamdulillah... 
Masya Allah... 
Tabarakallah... 

Hari spesial itu tiba. Hari yang telah Allah janjikan pada setiap hambaNya, khususnya saya. Yang saya yakin akan janji-Nya, kini terwujud. Bagaimana saya bisa berkhianat dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala anugrah yang Ia berikan pada saya. 

Rasanya, kalimat-kalimat syukur tak mampu membalas rasa terimakasih saya padaNya. Kata Hamdalah, pun rasanya tak cukup, atas limpahan KuasaNya pada saya. Pun dengan sujud saya yang masih sedikit, rasanya tak layak untuk menerima curahan kebahagian yang Ia berikan kepada saya. Allah telah melebihkan segala ekspektasi skenario perjalanan saya, dengan begitu manis. 

Tepat pada tanggal 1 September 2019 Masehi. Adalah bertepatan pula pada tahun baru islam, 1 Muharram 1441H. Allah berikan pembaharuan pada jalan cerita saya. Hanya dalam hitungan bulan. Waktu yang begitu terasa sekejab mata berkedip. 

Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segalanya. Sejauh mana saya pergi menghindar, sekuat apa saya berusaha mencari, dan sekeras apa pun alasan saya menolak dengan kata ‘belum’. Tanpa saya sadari, Allah telah membalikkan hati saya. 

Merubah alasan saya ―untuk menghindar― Lalu Allah hadirkan alasan untuk membawa saya kembali. Dan akhirnya, saya mencoba berdamai dengan jalan Allah. 

Hari itu, sebelum tanggal 1 September. Lebih tepatnya, Syawal ke 4. Seseorang datang menjumpai orang tua saya. Yang kebetulan, saya masih di Negara jiran, Penang. 

Sebenarnya, nih orang lucu. Dan saya benar-benar kagum atas kepribadiannya, setelah mengingat-ingat bagaimana dia dulu, hingga kini. Dia teman saya saat kuliah di STAI JM-Tanjung Pura (dari semester 1-5) yang pada akhirnya saya pindah kuliah ke Batam. Dia teman sekelas saya, sebut saja namanya Pak Imam Masjid, hehehe. 

Saya lupa, kronologinya bagaimana kami bisa saling menyimpan nomor kontak WA (WhatsApp), yang saya ingat adalah saya tidak terlalu dekat denganya, hanya teman biasa (sebatas teman sekelas dan kuliah). Layaknya teman, saling ngobrol, saling bercanda dsb ―saat di lingkungan kampus. Saat itu tidak ada pikiran kearah cinta-cintaan, suka pun tidak sama dia (belum). Sebab, saat itu saya juga lagi “dijodohkan” oleh keluarga dan berusaha untuk membatalkannya. Karena saya tidak mau “dijodohkan” akhirnya saya diam-diam kabur dari dunia perkuliahan (ambil cuti) selama 2 tahun (padahal beberapa hari lagi, UAS semester 5). Orang tua dan siapa pun tidak tahu hal itu. Dan saat itu lah, saya dan dia tidak ada komunikasi lagi. Juga pada akhirnya saya terdampar di Batam selama 5 tahun. 

Selama saya di tanah rantau, bukan berarti saya tidak pernah kembali ke kampung halaman. Tepat dua tahun saya pergi, saya kembali ke kampus lama, dan kebetulan mereka (teman seangkatan dulu) sedang pesta pora kelulusan. Iya, mereka sudah wisuda (kalau tidak salah 2013/’14), sedangkan saya masih dalam dispensaisi kuliah. Sebenarnya saya ke kampus hanya ingin main, liat Nisa yang sedang berbahagia dengan baju kebesarannya. Meskipun saya kembali ke kampus itu, saya tidak bertemu dengan dia (eh, mungkin ada sepintas lalu lihatnya). Tapi niat saya kesana emang bukan untuk dia, tapi untuk Nisa. Dan untuk ngucapin ‘selamat atas wisudanya’, saya rasa tidak ada niat sama sekali. 

Oh ya, saat itu juga, saya mengurus surat pindah kampus. Selain lihat teman-teman wisuda, saya juga sedang mengurus surat pindah kuliah, ke Batam. Sampai di sini, tak ada yang spesial dari dia untuk diceritakan. Karena memang tidak ada komunikasi lagi. 

Akhirnya, dia sibuk dengan aktivitasnya, yang saya tidak tahu kegiatan dia apa setelah tamat kuliah itu. sedangkan saya, kuliah lagi (STAI IBNU SINA) dan sambil bekerja di Batam. Oh ya, sesekali saya juga tahu informasi tentang dia dari Nisa, yang saya ingat, “Ca, kalau nanti dia datang melamar ko, kau terima? Dia lagi berjuang untuk meng-halalkan ko.” kata Nisa via WA. Saya hanya tertawa, yang diwakili oleh emoticon dan berkata, “Insya Allah”, namun tidak percaya. Hanya sampai di situ (sejauh yang saya ingat). Tidak ada rasa apa-apa. 









Bersambung ke....... #BAGIAN_2 




0 Response to "KISAH BAHAGIA DIACARA ENGAGEMENT #BAGIAN1"

Post a Comment

silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel