PERJALANAN SEKOLAH RUMAH TANGGA
- SETAHUN CINTA KAMI
Usia setahun itu sungguh masih angka kecil, jika untuk bayi, masih masa perkembangan. Pun diusia pernikahan kami. Tetapi pada usia setahun ini ada banyak cerita dan pelajaran untuk kami saling berkembang memahami satu sama lain.
Hidup bersama dengan orang asing —dulunya— bukan hal mudah. Ternyata, ada banyak PR yang harus dikerjakan, jika ingin menuju tujuan bersama hingga akhir.
Kebayang tidak, jika kalian menikah dengan pasangan yang tidak se-jalan dengan rencana kalian, pasangan yang tidak mendukung satu sama lain? Berapa banyak PR yang harus kalian selesaikan dan berjuang sendiri?
Untuk itu, menikah adalah penentu masa depan kita. Sebab, hari-hari berikutnya setelah ijab qobul terucap, semua akan merubah hidupmu, dears....!
- MENGENANG SETAHUN LALU
Tentu niat utama menikah adalah untuk ibadah dan menyempurnakan separuh agama. Namun, bukan berarti kita menerima siapa saja yang mengajak ke pelaminan.
Memilih pasangan SANGAT PERLU dan HARUS. Sebab, hidup kita akan selamanya membersamai orang yang kita ajak sebagai partner hidup. Maka dari itu seawal mungkin, pikirkan apa yang menjadi tujuan kita, seperti apa yang kita mau, dan bagaimana keriteria yang kita pilih.
Saya pun tak begitu mengenalnya. Tetapi, entah bagaimana hati saya begitu mudah menerimanya. Padahal, kami tidak berkomunikasi hampir 6 tahun. Dan saya tidak pernah meminta ia di sepertiga malam saya. Mungkin ini yang dinamakan jodoh.
- MEMULAI DENGAN APA ADANYA
Awal memulai kehidupan bersama, semua terasa indah. Kami layaknya seorang teman dan bisa dikatakan pacaran setelah menikah.
Seminggu setelah akad, saya diboyong ke Bireun-Aceh. Disana kami memulai rumah tangga dengan seadanya. Ngekos dan perabotan hanya dari kado pernikahan kami. Selama belum ada kompor, kami makan selalu beli di luar.
Berhari-hari hidup dengannya. Setiap hari pergi jalan dengannya, kemana-mana bersama. Hingga ia bekerja pun, saya ikut menemani. Saya yakin 99% pasangan baru menikah selalu ingin bersama.
Lalu, di bulan Januari-2020, kami pulang kampung karena ada saudara sepupu suami menikah, di Rantau Perapat. Dan setelah itulah, pertama kalinya saya dan suami berpisah cukup lama.
Saya tinggal di rumah orangtua saya. Karena, satu diantara hal ialah suami dipindah tugaskan ke Banda Aceh, dan di sana kami belum punya tempat tinggal. Maka, demi kebaikan, sementara saya diungsikan. Sedangkan suami merapikan seluruh barang-barang yang ada di kosan untuk dibawa ke Banda Aceh.
Qadarullah, Allah memberikan amanah pada keluarga kecil kami. Saya dinyatakan positif hamil, tepat di pertengahan Januari. Lalu saya diboyong kembali pada bulan Februari ke Banda Aceh.
- RUMAH TANGGA=RUMAH SEKOLAH
Hal yang tersulit ketika telah berganti status menjadi istri, ialah patuh. Padahal saya tahu, salah satu sifat istri sholiha adalah patuh kepada suami.
Namun, praktek tak sejalan dengan teori yang saya dapatkan. Untuk melakun hal tersebut, begitu sulit meskipun terasa mudah. Mungkin karena saya masih terbawa karakter yang dulu. Merasa independen, dan tidak pernah di dikte oleh siapa pun.
Hal lainnya yang sulit adalah, kebiasaan saya mengutarakan pendapat. Atau selalu berkomentar apa yang orang lain katakan. Maka, itu juga yang terbawa ke dalam hubungan kami. Tak jarang, saya dianggap pembangkang. Padahal ingin mengutarakan unek-unek pikiran. Bukankah hak istri untuk didengarkan?
Namanya juga masa transisi, proses belajar, dan adaptasi. Butuh waktu, bukan sehari, dua hari dikasi tahu. Besoknya langsung bisa. Seperti halnya anak-anak, kan? Ya, meskipun kita bukan anak-anak lagi. Di masa belajar meraka, tak langsung pintar, bukan? Butuh waktu dan proses kesalahan pasti berulang-ulang.
Analoginya rumah tangga ini seperti rumah sekolah. Ada murid (istri) dan guru (suami). Bukan kah setiap soal/ latihan yang diberikan oleh guru, tak selalu benar semua dikerjakan oleh sang murid? Dan seorang guru, mesti belajar bersabar membimbing muridnya. Lalu, bukankah murid selalu buat kesalahan? Tetapi, dia tetap belajar berproses untuk bisa.
Dan semua orang tak sama. Ada yang proses pemahamannya cepat bisa dan ada pula yang butuh waktu lama.
Memang, seorang guru, kelak akan dimintai pertanggungjawabannya oleh kepala sekolah (Allah SWT). Namun, tak lantas membuat sang guru harus bersikap memaksa dan otoriter, kan?
Mungkin, jika tak dapat berubah seiringnya waktu. Biarkan saja ia tinggal kelas. Atau bisa jadi sang guru dan murid tak cocok dalam bermuamalah. Atau mungkin, sekolah yang dimasuki sang murid tidak sejalan dengan karakternya. Sang murid harus pindah sekolah, mungkin. Agar menemukan yang cocok. Dan sang guru akan mendapatkan murid baru kembali.
Namun, terkadang semua begitu sulit terasa. Menyatukan dua karakter yang berbeda dalam satu naungan lingkaran. Bukankah butuh waktu?
Maka dari itu, pilih lah Rumah Sekolahmu yang sesuai dengan apa yang kamu inginkan.
**untuk diri sendiri, dan bagi yang sedang diujung tanduk serta yang akan berumah tangga.
TANBER-15/12/2020
0 Response to "PERJALANAN SEKOLAH RUMAH TANGGA"
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys