Hati-Hati Berbelanja Online. Pertama Kali Tertipu Olshop (Online Shop). Hhiiikkzz

Oh sakitnya hati....! Ini serasa mimpi. Kehilangan uang sebesar Rp.400.000 serasa kehilangan puluhan juta.

Mungkin bagi sebagian orang, akan mudah sekali mengikhlaskan uang tersebut. Bagi saya, ingin sekali memperjuangkan dengan segala cara untuk mendapatkan uang itu kembali. Akan tetapi, apalah daya dengan segala keterbatasan kami. Rasanya mustahil.

Gara-Gara Ingin Hidup Idealisme
    Sebagai ibu baru, masih banyak sekali PR yang harus kami selesaikan. Setiap hari belajar memahami dan mengenali serta menyesuaikan kebiasaan-kebiasaan baru.

Ternyata, merawat bayi tak semudah yang saya bayangkan —nyusu, tidur, main, bersihkan eek dan pipisnya, tidur, dst— ritme yang semudah dan segampang itu dalam pikiran saya.

Oh ternyata....! Bayi pun memiliki keinginan tersendiri. Iya, maunya digendong. Dan saya mulai belajar, mencari alasan kenapa bayi ingin digendong terus, manfaat digendong, dan cara menggendong yang nyaman, serta belajar tipe-tipe gendongan.

Ah, luar biasa ya. Banyak sekali yang harus saya ketahui dan pelajari lagi. Itu hanya seputar gendongan, belum hal-hal yang lainnya. Jadi, karena sudah tahu sepenting itu menggendong bayi, maka muncullah pikiran idealisme saya, "Nak, Umma akan gendong kamu sampai kapan pun dan sebesar apa pun kamu. Umma gak perlu stroller yang akan mengalihkan kenyamananmu pada benda itu, bukan pada Umma lagi nanti."

Takut donk, kalau bayi saya nanti senangnya sama stroller saja, sedangkan kedekatan ibu dan anak akan berkurang. Nah, maka dari itu, hingga usia baby Z 5,5 bulan saya masih tak menginginkan stroller tersebut.

Akhirnya Ingin Memilikimu (Stroller)
    Semakin bertambah usia, semakin bertambah pula kemampuan-kemampuan baby Z. Ia semakin handal dalam membolak-balikan badannya. Awalnya di usia 3-4 bulan ia hanya bisa balik (tengkurap) dari sebelah kiri dan terlentang dari sebelah kanan. Jadi pergerakan baby Z hanya satu arah. Singkat cerita, baby Z jatuh dari tempat tidur dan buat kami trauma untuk meninggalkannya lagi.

Kini, usianya bertambah lagi, ia bisa memanjat pembatas-pembatas yang kami buat (bantal penghalang). Jadi saya agak khawatir kejadian serupa akan terulang kembali. Nah, alasan berikutnya, baby Z sudah sangat susah tidurnya. Jam tidur yang sedikit (saat pagi dan siang) dan durasi mainnya semakin panjang, membuat saya kewalahan menyelesaikan beberapa pekerjaan —terutama memasak— yang selalu selesai pada pukul 2 siang.

Alasan kesekian —yang utama— mengapa inginkan stroller. Pak Mam bertugas keluar kota selama 5 hari. Hampir seminggu juga sih rasanya.Jadi hanya saya dan baby Z di rumah. Rasanya belum siap mengurus baby Z selama sepekan. Yang terbiasa selalu ada suami bergantian mengurus baby Z. Ah, ini akan terasa berat dan sulit,dalam pikiran saya.

Lalu, karena Pak Mam tahu saya galau. Ia selalu menyemangati saya, dan selalu memberikan contoh dari teman-temannya yang sama seperti kami (meninggalkan anak istri berdua di rumah) karena tuntutan pekerjaan sang suami. "Mereka aja bisa," kata Pak Mam.

Baiklah. Saya pun mulai memberanikan diri dan me-legowo-kan keadaan. Tapi dengan catatan ya...! Hehe. Saya selalu gitu, setiap aturan pasti minta dispensasi sedikit. "Gimana kalau kita belikan baby Z stroller. Jadi kalo ada stroller, dia bisa duduk sambil lihatin Ummanya masak, dan kalau awak tiba-tiba ingin BAB/ pipis bisa tinggal dudukkan dia depan kamar mandi. Gak khawatir ninggalin dia main sendiri. Dan Baby Z ni lain sikit, kalau tengoknya gak ada orang, nangis dia." Penjelasan saya pada Pak Mam. Oke, Pak Mam setuju dan masuk logika juga.

H-7 kepergian Pak Mam. Kami mulai mencari stroller. Awalnya di marketplace shopee. Tapi Pak Mam tidak setuju karena biaya ongkir (padahal ada voucher gratis ongkir). "Cari yang seken aja di Banda Aceh." Katanya. Baiklah, saya cari di marketplace FB area Banda Aceh. Singkat cerita, saya menemukan stroller dengan harga lumayan tinggi dari budget kami. Second like new, selogan penjual. Eh ternyata si Seller orang Melaboh (luar kota Banda Aceh). Kami batalkan, karena tidak bisa lihat barang langsung dan sedikit mahal.

Lalu pencarian berikutnya kami tidak menemukan harga yang pas dengan kantong kami untuk daerah Banda Aceh —kota ini emang terbilang cukup mahal— dibandingkan harga Sumut. Di Banda Aceh harga stroller bekas sama dengan harga stroller baru di shopee. Namun, hal itu tak membuat Pak Mam beralih pendiriannya, dia tetap keukeuh untuk membeli sekitar sini saja.
Tak berhenti disitu, saya terus mencari di marketplace fb. Hingga pada akhirnya bertemu dengan salah satu penampakan stroller dengan harga Rp. 350.000. Lagi-lagi si penjual berselogan, second like new.Lalu menarik minat saya lebih dalam lagi. Setelah melihat-lihat foto-fotonya tampak meyakinkan. Dan harga yang penjual tawarkan cukup memikat kami, barangnya bagus (dari foto) dengan harga sesuai budget.

Saya bertemu dengan olshop ini dari daerah Medan —bukan Banda Aceh lagi. Singkat cerita, kami pun sudah sepakat untuk ambil satu. Lalu saya tes penjualnya untuk menunjukkan cara melipat stroller tersebut —niatnya benar gak tuh barang ada sama dia— dan benar. Semua terlihat sempurna, lalu ia foto kan stroller yang saya pilih tadi dalam kondisi terbungkus plastik. "Ini ya kak." Katanya memperlihatkan barang tersebut siap dikirim —padahal kami belum transaksi.

Dengan cara si penjual, menambah rasa ketertarikan kami untuk membeli produknya. Pak Mam pun percaya. Percakapan berlanjut dari via messenger beralih ke WA. Kelihatannya olshop ini pintar sekali berkamuflase. Tampilan profil WA-nya cukup meyakinkan.

Dan pada akhirnya kami mantapkan untuk bertransaksi. Dengan semangat Pak Mam rela saat itu juga (Ahad malam) ia transfer uang ke rekening penjual. Niatnya agar besok langsung ia kirim dan cepat tiba di rumah dengan selamat pula. Agar sebelum Pak Mam berangkat keluar kota, ia dapat melihat barangnya.

Kecurigaan Mulai Terasa
    Hari berikutnya, si penjual mengabarkan barang sudah dikirim. Lalu Pak Mam minta resinya. Alasannya nanti. Beberapa jam berikutnya kami tanya lagi. Jawaban yang sama. Hingga kami lupa.

Setelah tiga hari berlalu, saya ingatkan suami untuk kembali bertanya. Dan terkejutnya kami setelah kami dapati WA si penjual tidak aktif, foto profil hilang. Suami bilang, "Kok nomor awak di blokir kayak gini."

Lalu saya pun coba meng-chat via messenger. Sama. Pesan saya reject. Saya lihat seluruh fotonya, sudah tak ada lagi. Tokonya di marketplace fb pun tak ada.

Allahu Akbar...!

Fix kita udah kena tipu. Kata suami.

Berdoa aja semoga masih ada rezeki kita di situ. Jawab saya sok idealis disaat tidak tepat. Hahaa.

Tak ingin berdiam diri, Pak Mam mencoba menghubungi si penipu lewat nomor WA saya. Alhamdulillah ada respon, tapi hanya tanda emoticon dua jari. Kurang ajar!

Akhirnya pasrah. Langsung kami introspeksi diri, mungkin Allah sedang menegur kami yang sudah banyak lalai dalam ibadah.

Dapat Ganti Lebih Baik
    Siapa sangka, kata optimis yang saya ucapkan tadi Allah kabulkan. Semoga masih ada rezeki kita di situ.

Subhanallah...! Kami dapat stroller dari saudara saya. Yang awalnya nanya ke Mamanya Ling-ling untuk kami bayari —beliau emang gak pakai lagi— pasalnya anaknya sudah besar. Tapi malah beliau kasi. Tapi ada rasa segan menerima barang bagus seperti itu, akhirnya deal-lah dengan kesepakatan antar kami. Semoga tawaran kami sebanding ya Buk.

Selanjutnya, baby Z dapat rezeki tak terduga lagi. Uwak baby Z (abang ipar), abang dari suami saya, sedang ada kerjaan di Banda Aceh. Lalu menginap di rumah kami untuk beberapa hari. Setelah selesai dengan keperluannya, beliau pulang dan memberi baby Z sejumlah uang. Dan jumlah uang itu persis dengan uang kami yang tertipu tersebut.

Masya Allah...! Jika Allah sudah menetapkan rezeki hambanya, pasti tak akan tertukar ataupun berkurang.

Alhamdulillah ya, Nak. Rezeki dari Allah untuk anak sholih.! Aamiin.

Hati-Hati Dengan Olshop Ini 

    Jika kalian berbelanja dan melakukan transaksi ke nomor rekening ini, jangan ya dears.... 

INI PENIPU. 


BOLEH BANTU DI SHARE YA... AGAR TEMAN-TEMAN BISA BERHATI-HATI
DAN SEMOGA NOMOR REKENING INI SEGERA DI BLOKIR. 


2 Responses to "Hati-Hati Berbelanja Online. Pertama Kali Tertipu Olshop (Online Shop). Hhiiikkzz"

  1. Wah jelas penipuan kalo sistemnya gitu dah kelihatan, bahwa kalo olsop di shope tak ada tf langsung ke rekening pribadi dia hanya rekening sopenya lngsung, dan kalo mau belanja jangan mau lanjut chat pribadi via wa atau sms . Kecualu langsung chat di app sopenya langsung .

    ReplyDelete
  2. iya mas, kalau di shopee udah jelas aman dan ngerti mekanisme nya.
    ini di market place facebook. biasanya nemu yang jujur, kali ini apes aja.
    trus kmren liat di fb lagi pake akun suami. eh dia nongol lagi dengan modus yg sama.
    tapi gak tau mau digimana in. ya udh lah

    ReplyDelete

silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel