TIPS LANCAR REZEKI DAN CARA AMPUH ANTI STRES HADAPI PANDEMI

Tidak semua orang memiliki gaji. Akan tetapi, semua orang sudah pasti memiliki rezeki. (Anonim)
Pernah terpikir takut melangkah kejenjang pernikahan, salah satunya karena takut calon suami tidak punya pekerjaan tetap. Artinya tidak ada gaji bulanan yang dapat selalu diandalkan untuk meng-cover semua kebutuhan. Yang saya tahu, kebutuhan setelah menikah akan meningkat. Juga setelah bertambahnya anggota keluarga (anak).

Qoute di atas mampu meyakinkan saya untuk melangkah mantap berkeluarga.

Lalu, seiring berjalannya waktu. Semakin paham dan mengerti jalan kehidupan.

Bukankah rezeki itu tak melulu tentang gaji? Bukankah setiap yang Allah ciptakan di bumi ini sudah terjamin rezekinya?

Sebagaimana firman Allah swt dalam Qs. Hūd: 6

وَمَامِنْدَابَّةٍفِيالْأَرْضِإِلَّاعَلَىاللَّهِرِزْقُهَاوَيَعْلَمُمُسْتَقَرَّهَاوَمُسْتَوْدَعَهَاۚكُلٌّفِيكِتَابٍمُبِينٍ

“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”

Jika rezeki sudah dijamin oleh Sang Maha Kuasa. Maka seharusnya saya tidak perlu khawatir lagi. Dan itulah yang saya tanamkan dalam diri.

Ah, ya. Tapi semuanya juga butuh usaha, kan? Tidak dibenarkan pula kita bersikap malas-malasan ya, dears...


Dibalik Kesulitan Ada Kemudahan

Hal kedua yang saya yakini dalam hidup ialah DIBALIK KESULITAN, PASTI ADA KEMUDAHAN. Allah berfirman dalam Qs. Asy- Syarh: 5-6; “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
Layaknya malam, tidak selamanya gelap.
Layaknya Siang, tidak selamanya terik.
Layaknya Mendung, tidak selamanya hujan.
Layaknya pelangi, tak selamanya menghiasi langit.
Kehidupan ini semuanya hanya menunggu antrian dan giliran. Waktu lah yang ikut mengambil peran. Jadi, persiapkan saja diri ketika akan dan sedang mengantri. Sebab, selama mengantri, tentu ada peristiwa yang tidak menyenangkan.

Bisa saja, sebelum giliran kita sampai pada antrian terdepan. Barisan kita bisa dipotong, tubuh didorong, dicopet dan sebagainya. Menyebalkan, bukan? Begitulah hidup.

Sama seperti saat ini, waktu juga lah yang kini mempertemukan kita dengan pandemi Covid-19. Bumi Indonesia sedang mendapat giliran. Siapa sangka, virus yang bermula dari Negara Wuhan, China. Perlahan-lahan ia pun bertandang dari satu Negara ke Negara lain. Hingga tibalah ia ke Indonesia.

Kedatangannya yang sungguh tidak diharapkan semua orang. Tetap saja, ia melenggang dan terbang menyebar keseluruh penjuru. Ia menjadi tamu yang benar-benar menakutkan dan mengkhawatirkan bagi semua orang.

Selain menjadi momok yang menakutkan. Dampak pandemi Covid-19 ini ternyata tidak main-main. Mungkin sebagian hanya berdampak kecil. Namun bagi sebagian yang lain, dampaknya begitu menyiksa.

Ya, dampak terburuknya ialah kematian. Kehilanngan nyawa dari anggota keluarga merupakan hal menyakitkan, bukan? Namun, terkadang sebagian lain hanya meresahkan efek dari adanya Prokes (Protokol Kesehatan), seperti:

  1. Dilarang ngumpul. Artinya tidak ada lagi hangout bareng teman di cafe dan sebagainya. Usaha jadi sepi pengunjung. Para pekerja dirumahkan.
  2. Jaga jarak. Artinya, tidak boleh berinteraksi layaknya bercengkrama antar teman maupun saudara.
  3. Dirumah aja. Artinya, kalau tidak ada yang penting. Ya, jangan keluar. Sehingga banyak yang di PHK. Mungkin yang WFH masih bisa bernafas lega, ya.
  4. Pakai masker. Artinya, tidak nyaman dan sesak nafas. Sirkulasi udara yang dihirup menjadi tidak sehat. Bisa mengganggu kesehatan.
  5. Lockdown. Artinya, tidak bisa pulang kampung. Ya, harus nahan rindu untuk bertemu keluarga, lebaran di tanah rantau, sendiri dan sepi. Dan itu rasanya berat, guys.
  6. PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Artinya, semua tidak sebebas dulu; berdagang di pasar, Mall ditutup, jumlah penumpang angkutan umum dibatasi, dan lain sebagainya. Semua yang memancing kerumunan, artinya dilarang.
Memang, aturan terkadang membuat pertentangan. Namun hal itu tidak pula sepenuhnya harus disalahkan. Seharusnya, kita bersyukur. Bukankah hal demikian membuktikan bahwa pemerintah sedang bekerja dan bertugas melindungi rakyat untuk mencegah penyebaran virus yang bisa saja semakin ganas?

Terlepas dari semua kontroversi dibalik ini semua. Baik dari kemunculannya ataupun aturan pemerintah yang tidak sejalan dengan rakyat, membuat sebagian dari mereka merasa terhimpit keadaan, juga dari isu-isu negative yang memperkeruh suasana. Marilah kita saling menjaga dan berempati pada orang lain. Saling membantu dan mendukung mereka yang sedang berjuang. Serta saling mendoakan untuk kebaikan kita semua.

Yakinlah, KESULITAN ini akan berakhir. Hanya saja kita perlu bersabar dan terus bersama gotong royong memberantas epidemi ini. Janji Allah itu tidak pernah ingkar. Suatu saat, keadaan sulit ini akan segera berakhir. Dan berganti dengan masa kemudahan dan kebahagiaan.

Cara Ampuh Anti Stres Hadapi Pandemi

Sudah hampir dua tahun kita hidup berdampingan dengan Virus Corona. Tentu suka duka kita tidak sedikit jika diceritakan. Namun, hal itu jangan menjadi alasan untuk kita berpangku tangan dan meminta-minta.
Setiap dari kita pasti merasakan kesulitan. Tetapi, mengeluh bukanlah jalan pilihan. Himpitan masalah tak kunjung usai. Bukan berarti stress menjalani hidup ini.

Berikut cara ampuh agar jiwa kita tetap stabil dalam hadapai pandemi:
  • Semakin kita terjepit dengan sulitnya kehidupan. Maka semakin dekat pula kita pada Pencipta. Perbanyaklah ibadah dan teruslah berdoa serta carilah waktu-waktu yang mustajab saat berdoa. Agar doa-doa kita mendobrak pintu Rahmat-Nya.
  • Carilah kegiatan yang bermanfaat. Misal, manfaatin teknologi yang kian hari semakin ramai. Kita bisa berjualan online atau ikuti event seperti #NgeblogDariRumah yang diselenggarakan oleh shopee ini.
  • Alih haluan. Meski usaha kita sedang sepi, omset menurun, ataupun hingga gulung tikar. Kita bisa memutar haluan . buatlah inovasi terbaru yang sesuai dengan kondisi saat ini.
  • Sebar kebaikan. Saya yakin, Indonesia tidak kekurangan orang-orang dermawan. Nyatanya, banyak sekali saya lihat konten-konten orang baik bersedekah kepada mereka-mereka yang kurang berkecukupan; pemulung, adik-adik yang putus sekolah karena kurang biaya, dan lainnya. Ingatlah kita tidak akan jatuh miskin hanya karena bersedekah.
Semoga orang baik tumbuh subur di Negara ini.

Jadilah Manusia

“Manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain.” Slogan itu saya baca di cafe dekat rumah. 
Ah, simple sekali ya.! terdengar sederhana. Tetapi apakah kita sudah melaksanakannya?

Terlebih lagi disaat masa sulit seperti sekarang. Buktikanlah kita sebagai manusia yang diberi akal sempurna. Mampu memanusiakan manusia lain. Artinya, sudahkah kita hidup memberikan mafaat untuk orang disekitar kita?

Hal berikutnya yang saya yakini ialah ketika kita berbuat baik pada orang. Otomatis kita akan merasakan kebahagian yang sama dengan mereka yang menerima kebaikan dari kita.

Contoh kecilnya saja, ketika kita melakukan apa yang orangtua kita perintahkan. Bukankah mereka tersenyum dan berterimakasih? Lalu kita pun ikut tersenyum.

Saya pribadi, mungkin belum bisa melakukan sedekah berjuta-juta rupiah seperti orang lain. Atau membagikan kebutuhan pokok kepada beberapa kepala keluarga disuatu daerah. Bahkan, untuk bersedekah rutin untuk kedua orang tua saya saja, belum bisa.

Akan tetapi, saya yakin, pasti ada kebaikan yang bisa saya dan kamu (yang memiliki keterbatasan) saat ini ―tidak bisa bersedekah dengan skala besar. Yuk, kita lakukan hal kecil ini;

Pertama: Beli atau berbelanjalah di warung-warung yang terlihat sepi dan kecil. 
    Pernah ketika saya dan suami sedang ingin berburu ayam penyet. 2 tahun berdomisili di sini, saya belum menemukan cita rasa yang mengoyang lidah. Jadi kami selalu berpindah-pindah saat berbelanja makanan. Nah, saat suami membawa saya ke warung yang sepi, saya protes, “Dari tampilan warungnya saja tidak meyakinkan kalau masakannya enak.” Lalu ia menjawab, “Biarlah. Anggap saja kita sedang membantu jualannya. Mungkin rezekinya Allah turunkan melalui perantara kita.” 
    Duh... serasa jadi orang yang paling pelit sedunia. Jadi sadar, ternyata bersedekah itu tidak hanya memasukkan uang ke kotak amal. Tetapi saat kita membeli pun, kita sudah membuka peluang rezeki untuk penjual.

Kedua: Jangan menawar. 
    Biasanya basic ibu-ibu kalau berbelanja, pasti jago nawar, dong. Hehe...tidak dengan saya. Justru yang lebih handal bernegosiasi itu adalah suami. Sebab dia memang jago ngomong. Dan suami juga yang sering berbelanja. Pernah suatu hari saya ikut berbelanja bersamanya. Lalu kami beli kerupuk ikan. Penjualnya juga sudah cukup tua dan dagangannya masih banyak di bawah terik matahari. Saya mendengar percakapan mereka. Ah, ternyata bapak itu dari kampung yang sama dari kami. Tapi hal itu membuat suami saya asik ngobrol. 
    Hingga tanpa sadar ia menawar dagangan bapak tersebut. Saya pun tak langsung membantah ataupun melarang, sebab jual beli mereka suka sama suka. Bapak itu juga ikhlas dengan harga yang ditawar oleh suami. Jadi saya diam. Setelah sampai di rumah. Saya menjelaskan dan mengingatkan pada suami, “Gak usah lah menawar kalau harganya wajar. Harga segitu kan standart. Lagian kan bahan bakunya aja mahal.” Akhirnya suami pun tercerahkan. Hehehe.

Ketiga: Belilah meski tidak butuh. 
    Ini cerita suami saya saat pulang kerja. Dilampu merah ada bebrapa pedagang kerupuk Palembang. Lalu, suami saya mencoba memanggil pemuda yang lebih dekat jaraknya dari posisi saat berhenti. Tidak diduga, satu yang dipanggil, lima pemuda yang datang menghampiri suami saya sambil membawa dagangan kerupuknya. 
    Awalnya suami mau beli kerupuk yang ada di pemuda A. Tetapi pemuda yang lain menawarkan kerupuknya yang berbeda. “Yah, mau gimana lagi bang. Sukanya yang ini.” Akhirnya suami beli kerupuk pada pemuda A. Artinya, rezeki pemuda A tadi sudah Allah tetapkan dapat dari suami saya. Meskipun dia pasrah tanpa banyak negosiasi dibandingkan temannya. 
    Intinya, belilah dagangan mereka meskipun hanya sedikit atau sedang tidak ingin. Begitupun seterusnya, suami saya selalu beli dagangan para pedagang yang ada di lampu merah. Katanya untuk membantu mereka.

Semoga kebaikan kecil seperti ini dapat memberikan dampak besar jika kita sama-sama bergotong royong melakukannya.


Sunnah Rasulullah saw Membawa Kemakmuran

“Dibalik. Sunnah itu, ada kejayaan.” (Anonim)
Sunnah ialah segala yang dinukilkan dari Rasulullah saw, baik perkataan, perbuatan, sikap maupun kebiasaan yang sering beliau kerjakan. Diantaranya ialah berdagang.

“Berdagang itu membuka 9 pintu rezeki, sedangkan jika kalian berprofesi sebagai guru, dokter, atau polisi. Kalian hanya mendapatkan satu pintu.” Kata dosen saya kala itu.

Saya percaya akan hal itu. Sebab, jika kita berdagang, pelanggan yang datang bisa dari segala penjuru/ arah. Sedangkan sebagai guru atau polisi, hanya terfokus dengan gaji saja.

Oleh sebab itu, berdagang adalah salah satu kunci sukses ala Rasulullah. Akan tetapi perlu diperhatikan beberapa adabnya agar tetap berkah dan melimpah. Yaitu;

  1. Bersikap jujur. Rasulullah adalah pribadi yang dapat dipercaya. Sebab, beliau terkenal dengan akhlak mulia dan kejujurannya. Yang dengan itu ia dijuluki Al-amin.
  2. Memberikan Kualitas Terbaik. Selain jujur, Rasulullah selalu menjual barang-barang berkualitas baik. Jika ada barangnya yang rusak, maka beliau akan mengatakannya pada calon pembeli. Dan itu yang menjadikan beliau disenangi oleh costumer.
  3. Rajin dan Gigih. Meski Rasulullah telah menjadi bos —karena menikah dengan Khadijah, pedagang wanita terkaya— belia tetap membawa dan menawarkan bahan dagangannya sendiri kepada costumer.
Itulah beberapa sikap yang perlu kita tanamkan jika ingin sukses seperti Rasulullah saw.

Cukup sekian pemaparan saya kali ini.

Mari kita sebarkan virus kebaikan di mana pun dan kapan pun. Meski hanya sebesar benih, namun ketika kita bersama-sama menyebarkannya. Insya Allah, akan tumbuh subur dan rindang.



Banda Aceh, 30 Agustus 2021

0 Response to "TIPS LANCAR REZEKI DAN CARA AMPUH ANTI STRES HADAPI PANDEMI"

Post a Comment

silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel