Apakah Hidupmu Terasa Ribet? Yuk, Meminimaliskan Kehidupan.
Pernah tidak kalian merasa ribet dengan segala rutinitas keseharian kalian?
Saya pernah. Dan itu bikin badmood dan malas mau beraktivitas. Misalnya urusan masak, dan saat mau bepergian.
Pernah dengar nggak pernyataan berikut;
Pertama; Katanya, semakin kita belajar. Maka semakin banyak nggak taunya.
Kedua; Katanya, semakin kita paham ilmunya, maka makin sederhana cara hidup kita.
Benar nggak sih?
Pernah nggak baca artikel atau apapun, yang pada akhirnya reflek berkata, “Oh...gitu.” Atau, “Iya, ya.”
Artinya kita sadar bahwa baru saja mendapatkan ilmu baru dari apa yang kita baca atau pelajari, yang awalnya kita nggak ‘ngeh’ kalau itu bagian ilmu juga.
Betul nggak? Pernah ngalami?
Contoh kecil yang saya alami, seperti memasak.
Awalnya saya memang tidak suka memasak. Melihat sayur dan segala macam bumbu di atas meja lalu meraciknya hingga menjadi satu atau dua jenis menu. Adalah pekerjaan yang paling ribet.
Nah, setelah memiliki anak dan memasuki masa MPASI. Hal itu menjadi menyenangkan bagi saya. Ternyata memasak pun ada ilmunya agar terasa simple dan mudah.
Alhasil, kini saya memasak hanya butuh waktu sebentar untuk beberapa menu saja.
Jadi merasa bodoh, dong. Selama ini masak dengan cara yang salah —eh, gak salah sih, tapi caranya rumit. Menghabiskan waktu dan tenaga cukup banyak, yang berakhir lelah, lalu memikirkan hari esok untuk ke dapur rasanya enggan.
Kalian gitu juga kah?
Lalu ke pernyataan ke-2. Hal ini juga saya alami. Yaitu cara berpenampilan.
Dulu masa ABG, paling nggak bisa lepas dari dandan —cream, bedak, lipglos— yang natural. Rambut harus dikepang, dan sebagainya. Lalu seiring bertambahnya ilmu, ganti gaya. Pakai hijab, tapi maunya senada, jadi tambah ribet, dong ya, pilih-pilih warna agar nyambung baju dan jilbabnya. Alhasil, untuk persiapan pergi saja memakan waktu sejam bahkan lebih.
Nah, setelah belajar lagi, bagaimana seharusnya wanita berpenampilan sesuai syari’at agama yang telah Allah jelaskan di Al-Qur’an Qs. Al-Ahzab:59. (Bisa buka Al-qur’annya kalau nggak tahu artinya ya.
Yaitu, cukup mengulurkan hijab ke seluruh tubuh. Dan nggak ada tuh Allah sarani kita harus lilit-lilit ke leher, ikat-ikat sana-sini, dan berbagai model lainnya. Allah mengajarkan kita untuk simple. Ulurkan hijab kita. Udah gitu doang.
Saya pun mulai nurut. Dan belajar bagaimana cara berpakaian simple. Akan tetapi masih ada yang ribet dalam diri saya.
Yaitu make up. Heheehe.... tidak munafik ya, sebagai wanita, rasa ingin dandan itu pasti ada. Meskipun hanya foundation (alas bedak), bedak, Lip cream/ gincu, maskara, dan celak. Wkwkw... masa single uey...!
Selanjutnya, dandan pun ada ilmunya, guys. Masya Allah ya, jika kita mau terus belajar. Maka akan terasa sekali diri kita itu bodoh. Dan betapa Bijaksana-Nya Allah telah mengatur segala urusan manusia di muka bumi ini.
Soal dandan pun, Allah atur kita yaitu tidak bertabaruj. Sebagaimana Firman Allah dalam Qs. Al-Ahzab: 33.
Simple! Akhirnya saya putuskan untuk menutup semua tubuh saya. Lebih simple lagi saat ini; setelah pakai cadar. Kemana-mana pun tanpa cuci muka, bangun tidur, muka bantal, gak ada yang tahu. Wkwkwkw.
Eh, tapi nggak nyarani kalian seperti itu ya. Yang namanya merawat diri itu tetap perlu. Meski kalian tidak bercadar, pastikan tampilan atau riasan tidak mengundang godaan.
Belajar Minimalis Dari Hal Terkecil
Balik lagi ke pernyataan ke-2; semakin tahu ilmunya, maka akan sederhana cara hidup kita.
Ialah setiap apa yang kita dapatkan dan apapun yang kita miliki, pasti nantinya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.
Nah, semakin banyak barang yang kita miliki. Tentu semakin banyak introgasi Allah ke kita. Jadi lebih lama dong, waktu kita untuk berjalan ke syurga.
Jadi, perlahan-lahan saya mulai mengurangi dan memilah mana yang prioritas dan mana yang hanya sekedar ingin.
Setelah berkeluarga dan memiliki anak, rasanya kesadaran akan pengeluaran itu muncul dan meningkat, ya. Hahaha... sebab buanyak banget pengeluaran rumah tangga, sedangkan perjalanan kami masih panjang jika dihabiskan untuk konsumsi barang-barang yang sepele di hari ini saja.
Misalnya, kebutuhan pendidikan anak nantinya, ingin membangun rumah impian yang nyaman dengan segala interiornya (udah mulai men-design di kepala sejak dini), dan memiliki kendaraan agar mobilitas pulang kampung lebih mudah.
Oleh karenanya, dimulai dari saat ini seperti, memilih mainan untuk baby Z. Jika dituruti keinginan, semua mainan rasanya ingin dibeli. Kan katanya sayang anak, haha... tapi balik lagi, mainan tersebut butuh gak? Mengedukasi gak? Bermanfaat gak?
Maka, untuk membeli mainan saya prioritaskan fungsi mainan itu; harus mengedukasi, memberi manfaat (stimulasi), dan sesuai gak di anaknya. Jika ada kategori itu, ya, boleh lah. Hihiii kalau lagi ada uangnya juga.
[Disclaimer] Ini bukan iklan promo jualan ya...
Makanya saya suka membelikan buku untuk baby Z. Kenapa? Sebab kategori yang saya cari ada di sana.
Sekarang banyak banget mainan edukasi untuk anak bermunculan, dari yang manual hingga elektrik. Mulai dari buku yang hanya terbuat dari kertas hingga buku yang bisa bersuara dan sebagainya.
Masya Allah ya, anak kita terlahir di zaman yang sangat modern. Nah, tinggal kita pilih saja mana yang tepat dan mau kita beri.
Kalau saya, balik ke buku klasik (tanpa suara), cukup suara emaknya aja yang bersenandung untuknya, Hehe. Tetapi bukunya bisa beraktivitas juga, bisa ditulis dan berbagai ilustrasi yang menarik.
Strong Why (Alasan kuat) Memberi Anak Buku
Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik. Dan masa balita adalah golden age yang tidak boleh terlewatkan dengan sia-sia.
Maka dari itu, alasan saya memberikannya buku ialah untuk mengedukasi s baby Z sejak dini, agar ia terbiasa. Dan bukan hanya sekedar ikut-ikutan tanpa tahu ilmunya ya. Sejak awal (sebelum menikah) saya sudah sadar akan hal ini.
Pernah saya perhatikan anak-anak yang cara bermainnya sangat kasar, ada tingkah yang tidak sesuai dengan usianya. Lalu setelah diamati lebih jauh, ternyata penyebabnya adalah si anak meniru apa yang ia lihat —menonton televisi— yah, memang film kartun, tetapi tidak semua film kartun itu mendidik.
Contohnya, pasti di film kartun itu ada adegan perkelahian (bagi anak) hal itu sangat menarik untuk ditiru bukan? Berikutnya ada adegan dancing (nari), anak juga akan meniru.
Bukankah anak itu peniru yang ulung. Jadi memberikan anak TV dan Gadget itu adalah kesalahan dan kesilapan yang fatal. Tapi balik lagi ke orang tuanya, kalau memang siap dengan perilaku anak dikemudian hari, it’s Ok.
Nah, bedanya dengan buku? Di buku, bahasa dan ilustrasi (gambar) tentu akan sesuai dengan anak. Saat kita menceritakan kisah yang di buku, imajinasi anak akan bermain sehingga otaknya bekerja untuk mengelola informasi yang dia dengar.
Sedangkan TV atau screen time? Anak dibentuk hanya sebagai konsumen, dan memori otaknya hanya dijejeli dengan adegan-adegan yang ia lihat. Tanpa harus berimajinasi sesuai usianya.
Maksudnya, jika ia membaca (sendiri ataupun dibacakan), imajinasinya akan berkhayal dengan proporsi otaknya sesuai usia saat ini. Lalu jika kita suguhkan tayangan TV yang sudah di-design adegan-adegan yang memang pembuat skenarionya adalah orang dewasa (meskipun orang dewasa itu berpikir seolah anak-anak) namun, ia tidak tahu proporsi perkembangan otak anak tiap usia tentu berbeda.
Makanya, menonton itu (meskipun kartun) tetap saja tidak baik. Sebab adegannya merupakan imajinasi orang dewasa yang dikonsumsi anak usia balita dan batita.
Sayang kan?????? Lebih baik, biarkan imajinasi anak berkembang dengan proporsi otaknya dan kita stimulus dengan buku atau bacaan-bacaan yang bisa kita kontrol juga.
Kalau TV atau suara yang sudah terekam, apakah bisa kita kontrol? Kalau bacaan, tentunya orangtuanya dulu kan, yang baca isi ceritanya. Baru disenandungkan ke anaknya. Jadi membacakan buku itu 100% kita yang kontrol nutrisi otak anak.
Huuufffh.... nulisnya sambil nahan nafas, loh.
Semoga tidak ada yang tersinggung. Ini hanya untuk sharing. Jika bermanfaat boleh di share ke teman-teman, jika dirasa tidak membantu. Ya sudah lah ya.
Tapi Terimakasi sudah mampir.
Banda Aceh, 8 Sept 2021
0 Response to "Apakah Hidupmu Terasa Ribet? Yuk, Meminimaliskan Kehidupan."
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys