MPASI; Trik hadapi anak GTM. Tumbuh Kembang Bukan Hanya Anak. Tetapi Juga Orangtua.
Hai moms....!!! Siapa yang sudah atau sedang dalam masa MPASI anaknya?
Gimana pengalamannya yang sudah lulus MPASI?
Panik gak kalau anaknya susah makan (GTM). Pusing gak kalau anaknya rewel atau suka main saat jam makan utama?
(((((Berbagi cerita yuk di kolom komentar))))
Baiklah... kita mulai aja sharing based on my impressions
A. Dilema BB (Berat Badan) Anak
Salah satu indikator pertumbuhan bayi adalah berat badan. Dan berat badan ini pula berkaitan erat dengan nutrisi apa yang ibu beri dan gizi yang bayi peroleh.
Dalam hal ini, fase MPASI ini merupakan pengalamam yang banyak menguras emosi, pikiran dan tenaga, jika dibandingkan dengan fase hamil, melahirkan dan menyusui.
Saya merasa gagal di bulan pertama MPASI. Padahal saya sudah follow jauh-jauh hari akun yang berhubungan dengan per-MPASI-an termasuk dr. Tan. Tapi saya belum mau praktek. Entah lah, mungkin bulan pertama Babang Z sangat bersahabat saat makan. Sehingga saya pun masih enjoy dengan menu-menu seadanya.
Namun, ketika jadwal Posyandu tiba, dan ternyata BB nya hanya naik sedikit —tidak sesuai di KMS— itu pun karena masa MPASI pertama Babang Z belum penuh sebulan. Kami memulai MPASI tanggal 16, dan jadwal timbang Posyandu tanggal 7. Jadi tidak sampai sebulan.
Lalu berikutnya Babang Z mulai berulah. Saya mulai mempraktikkan ilmu-ilmu dr. Tan. Alhamdulillah, bulan berikutnya BB nya naik 1kg.
Seneng donk!!! Etz.... tapi itu bukanlah akhir drama dalam pertumbuhan ini. Hari demi hari drama pun silih berganti.
Yang sangat sedih dalam hidup saya ketika Babang Z begitu lahap makan. Eh, hari berikutnya dia sakit. Setiap bulannya ada saja sakitnya. Entah itu diare, muntah, batuk maupun pilek.
Jadi di bulan 8, 9, 10 itu selalu ada saja sakitnya yang membuat selera makannya buruk.
Alhamdulillah nya, Babang Z tidak GTM langsung tanpa sedikitpun makanan. Hanya saja ia seperti enggan makan banyak. Dan sesulit apapun kondisi drama Babang Z, kami bersikeras untuk tidak memberikan sufor atau pun roti-roti bayi. Sebab, kami berpikir kedepannya mungkin saja lebih parah, jika ia sudah merasakan makanan buatan pabrikan. Dan kami tidak mau mempersulit dan perbanyak PR kami lagi.
Cukup target saya hanya fokus ke makanan yang tepat, agar perkara berat badan, tetap terkontrol. Dan memang PR banget buat saya.
"BB anak di garis hijau juga bisa ranjau. Lebih baik BBnya di garis kuning, asal naik tiap bulan. Daripada garis hijau, tapi stagnan." Ucap dr. Tan kala itu.
B. Perjuangan Demi Pertumbuhan Anak
Melihat kenaikan angka yang sedikit, alarm ke-ibu-an saya terpanggil. Akhirnya saya meminta pada Pak Mam untuk konsul ke DSA (Dokter Spesialis Anak) yang kebetulan relasi suami.
Qadarullah sebelum ke DSA saya memang belajar di IG dr. Tan Shot Yen. Hanya masih tahap membaca postingannya (scrol2 aja) belum berniat praktik. Itu pun gegara liat selebgram, Allah temukan saya pada akun beliau.
Saat ke DSA pada waktu itu, beliau bilang “BB nya kurang nih.” Lalu beliau menyarankan makan yang bersantan, bubur kacang ijo, dsb. Beliau juga tidak menyarankan saya untuk kasi makanan instan. Hal itu lantas mengingatkan saya pada akun dr.tan yang sebelumnya hanya saya baca-baca saja.
Akhirnya saya mantap untuk praktik. Sebab 3 dokter anak —satu frekuensi— sudah cukup meyakinkan saya. Alhamdulillah, usianya yang ke 8 bulan BB nya naik 1kg. Masya Allah.
Perjuangan memang Allah izinkan jika kita berniat sungguh-sungguh.
C. Jangan Pernah Lelah Belajar
“Jangan berburu resep. Pelajari konsep.” Begitulah qoute beliau, yang menyentil sekali bagi saya.
Iya, awalnya saya hanya berburu resep menu-menu MPASI. Namun setelah membaca tulisan beliau. Itu amazing sekali, alias membuka wawasan saya.
Sebelumnya dari kelas zoom MPASI, saya memahami komponen nutrisi apa saja yang harus ada pada makanan bayi. ((Baca di sini)). Sehingga penjelasan dr. Tan yang super ringkas tidak begitu sulit saya pahami.
Jadi mengolah makanan Babang Z itu bagi saya cukup; karbo, protein hewani, dan lemak. Dan itu sudah cukup memenuhi makronutrien tubuh si bayi. Selebihnya seperti; vitamin dan mineral (mikronutrien) bisa didapat dari cemilannya.
Sesimple itu padahal memberikan nutrisi pada anak. Lah, saya sibuk mencari menu-menu yang berlabel bintang empat , menu komplit lah, yang malah tambah pusing, kebanyakan emak-emak yang membuat tutorial menu MPASI tersebut menggunakan UB (unsalt batter) —yang awalnya saya tidak tahu apa itu— keju-kejuan, berbagai merek minyak, dsb. Dan untungnya saya tidak tergiur. Jadi tidak menguras kocek lah.
Oh ya, yang perlu digarisbawahi ialah lemak sperti; santan dan minyak lemak ayam, dll, bukan tujuannya hanya untuk BB booster. Sebetulnya 75% bayi membutuhkan lemak untuk nutrisi otaknya yang sebelumnya ia dapat dari ASI. Jadi lemak juga kebutuhan si otak, bukan mencari BB booster.
D. Drama Sakit Si Anak
Walaupun kita sudah mahir dalam konsep gizi dan nutrisi per-MPASI-an, tak cukup membuat kita lulus dari drama GTM (Gerakan Tutup Mulut) si anak. Ini saya, bagaimana Anda?
Hal ini juga saya rasakan —Alhamdulillah Babang Z tidak GTM total— yang benar-benar tanpa sesuap apapun. Ia hanya makan 5-7 suap saja. Hahaha. Terkadang satu hari, hanya satu sesi makan utama yang benar-benar habis licin. Maksudnya, jika menu sama; ia makan siang habis. Maka malam tidak, begitu sebaliknya. Jadi saya selalu buat dua menu, sarapan beda dengan makan siang dan malamnya.
Siapa sih yang tidak cenat cenut liat drama anak saat jadwal makan utama tiba. Udah capek-capek masak, eh, makanannya dicuekin. Begitulah Babang Z, dramanya saat jam makan itu luuaamaa banget. Emang dia mangap, tapi untuk suapan berikutnya itu lama minta ampun. Dan terkadang hanya dapat 3 suapan dalam sejam, lalu berakhir dengan tangisan.
Pernah saking kesalnya, saya lantas memukul meja hingga pecah. Ya, saya bukanlah manusia dengan kesabaran seperti Nabi. Dan saya akui, manajemen emosi dalam diri saya sangat buruk. Saya sangat mudah tersulut emosi ketika lelah. Meskipun alasan ini tidak dibenarkan. Maka dari itu, berikutnya jika kejadian itu berulang, saya hanya biarkan saja main sesukanya atau saat menangis saya biarkan tangisannya pecah. Begitulah healing saya mengontrol emosi, Ketika saya sadar, diri ini tidak boleh terulang. Cukup satu kali.
Singkat cerita, dengan semua drama Babang Z yang tidak tertahankan lagi. Akhirnya saya konsul melalui WA ke DSA; “Ganti tekstur. Biasanya anak yang sudah lihai merangkak, ia tidak suka makanan yang lembek.” Ini saat usia Babang Z 9 bulan.
Ah, lagi-lagi saya melupakan pesan dr. Tan; “Bayi itu hanya bermasalah dengan tekstur dan konsistensi.” Padahal saya sudah baca, tetapi saya lupa, malah mencari solusi ke dokter lain. Plakkk!!!(nepok jidat)
Berikutnya saya juga minta saran pada mbak penulis buku (yg sedang saya baca), kebetulan beliau juga ramah banget orangnya. Dan saya mendapatkan jawaban yang sama, tekstur.
Baiklah... saya coba. Alhamdulillah berhasil. Masya Allah.... senang donk, pastinya. BB pun mulai terasa bersemangat. Eh, ternyata drama lain pula menyusul.
Yaitu Babang Z kena diare 2x periode, serta muntah-muntah saat makan. Batuk dan pilek juga turut ia rasakan. Ya Allah, padahal mood makannya sudah membaik, tetapi karena sakit, BB nya naik sedikit. Sedih dan takut, itu yang saya rasakan.
Setelah ke DSA, hati saya tidak puas dan tenang. Pasalnya beliau hanya memberikan resep obat, namun tidak memberikan masukan apa yang harus saya perbuat.
Saya pun berusaha sebisa mungkin untuk memulihkan mood makan Babang Z. Seiring berjalannya waktu, Allah beri perubahan. Babang Z mulai makan, tetapi makanan yang masuk ia tahan di langit-langit mulutnya. Allahuakbar...! Yah, dia hanya mengemut makanannya. Ini saat ia mulai membaik kondisi badannya.
Awalnya suapan pertama dan ketiga sangat lahap. Lalu stop, dia gak mau mangap lagi. Ditunggu, dikasi air, hingga setengah jam, saat mau masukan makanan berikutnya (makanan lain sebagai pancingan agar buka mulut), eh, makanannya masih numpuk di mulut. Hahaha....
Akhirnya saya coba DM dr. Tan (yang sudah kesekian kalinya) tetapi beliau tidak pernah absen membalas chat saya di instagram. Masya Allah. Beliau bilang, “Badannya lagi pemulihan. Anak yang sering sakit, memang BB akan sulit. Fokus kemakanan. Dan PR anda banyak.”
Jlebbb...! Saya tersadarkan. Beliau benar. PR saya banyak, dan itu baru seputar makanan. Saya cuma balas emoticon nangis pada beliau.
Kejadian ini ketika Babang Z di usia 8-9 bulan yang benar-benar ia lagi menguji kesabaran saya, Dan masa itu rasanya ingin menyerah. Tapi saya tetap keukeh tak ingin beri sufor atau pun makanan instan lainnya.
Bersambung.....
Lamteumen Timur, 20 Okt 2021
0 Response to "MPASI; Trik hadapi anak GTM. Tumbuh Kembang Bukan Hanya Anak. Tetapi Juga Orangtua. "
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys