PERJALANAN BATIN #1


Bismillah.... tepat pada tanggal 07 April 2019, saya melaksanakan nazar/ niat untuk memakai cadar.

Awalnya saya tidak tahu, entah emosi jiwa sesaat yang disebabkan karena mendengar Mama sakit ―ditabrak orang, saat naik motor, dan pada waktu itu saya benar-benar takut sekali kehilangan Mama.

Adik terus mengirimkan gambar kondisi Mama, dan pada saat itu beliau tengah dirawat dengan menggunakan alat-alat rumah sakit yang entah apa namanya. Tetapi saya melihat begitu mengerikan, badan mama saya penuh dengan selang-selang kecil yang terhubung pada monitor.

Pikiran saya semakin tidak karuan dengan melihat kondisi beliau seperti itu. ditambah lagi saya tidak bisa pulang ―karena sebulan lalu saya sudah pulang, dan kehabisan uang. Ya Allah, ketika itu benar-benar saya hanya bergantung padaMu. Do’a, do’a dan do’a yang bisa saya lakukan. Dalam selesai sholat wajib dan sunnah hanya meminta kesembuhan beliau.

Kemudian, rasanya do’a saya itu seperti tidak berkesan sama sekali, belum ada perubahan pada beliau. Sehingga hati dan pikiran berputar memikirkan cara agar do’a-do’a saya segera Allah ijabah. Saya terus mendengar nasehat-nasehat para ustadz bagaimana cara mempercepat proses do’a itu agar diterima.

Beberapa ayat-ayat Al-qur’an yang saya hafal, terus saya lantunkan ketika saya tidak dapat memegang mushaf (baca; saat bekerja). Tapi, entah kenapa semua surah-surah Al-qur’an itu juga belum bereaksi untuk kesembuhan mama.

Mulailah saya berdumel dalam hati, mulai berceloteh dalam diam dan membuat perjanjian pada Allah, tapi saya tidak tahu, apakah berkata dalam hati itu sudah termasuk dalam mengikrarkan ‘NAZAR’.

Saya berkata, “Ya Allah, hamba akan hafal kembali surat Al-Mulk sampai hafal, dan yang lainnya”. Tetapi di sisi lain berkata, “Kan memang selama ini lagi proses, ini kan memang niat dari dulu.” Kemudian rasanya kurang menantang.

Ada lagi, “Ya Allah, hamba akan puasa kalau mama sembuh dari sakitnya.” Hati lain berkata, “Puasa kan udah biasa. Gimana Allah kabulkan kalau nazarnya gampang gitu.”

Lanjut lagi, “Ya Allah, apakah perlu hamba memakai cadar, agar ibu hamba bisa semubuh.” Lagi ada bantahan, “Tapikan, mama gak ngizini pakai cadar. Tapi semoga dengan kejadian ini Allah buka kan pintu hati mama untuk mengizinkan hamba menggunakannya.”

Lalu berubah lagi, “Ya Allah, kalau mama sembuh, InsyaAllah saya mau membawa mama ke Malaysia, sebab mama belum pernah naik pesawat, kemana pun yang penting mama bisa merasakan naik pesawat.” Nah, yang ini sedikit mantap, tapi tidak tahu apakah Allah setuju atau tidak. Yang jelaskan sudah buat perjanjian.
Mama saya yang pakai baju putih

Begitulah hati saya yang terus berubah-ubah. Hingga sampai pada akhirnya Allah takdirkan mama saya sembuh perlahan-lahan. Perubahan yang sangat menakjubkan. Allah beri kemudahan dalam penyembuhan mama karena dipertemukan dengan temannya yang bisa mengobati patah tulang, dan terlebih beruntungnya lagi biaya yang tidak terlalu mahal untuk upah pengobatan mama (harga sesama teman).
“Ya Allah, saya tahu ini pasti rencanaMu yang terindah. Pasti ada hikmah besar dari kejadian ini. Setiap kesulitan pasti ada kemudahan.” Itu janji pasti Allah.

Lalu setelah berangsur-angsur pulih, saya dan adik bercerita pasal nazar kami masing-masing, lalu saya menyuruh adik menanyakan pendapat mama tentang niat saya yang ingin pakai cadar. Lalu adik saya mengatakan, “mama diam aja, trus nangis kak.” Klik disini untuk tahu kisah sebelumnya. (sudah pernah saya paparkan).

Karena tanggapan dari mama seperti itu, dan saya berpikir akan membuat mama banyak pikiran. Jadi saya pun berdiskusi dengan teman-teman yang saya rasa bisa membantu masalah ini. Mereka memberikan penilaian yang sama, “cadarkan gak wajib.”

TO BE CONTINUED.....

Terima kasih sudah membaca....
Jazakillah khari shahabati fillah....

Simpang Ampat, 11/ 04/ 2019.

0 Response to "PERJALANAN BATIN #1"

Post a Comment

silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel