PENGALAMAN ADALAH KENANGAN
Assalmualikum sahabat fi sabilillah...
Semoga Allah memberikan nikmat iman kepada kita semua dan tetap istiqomah di jalanNya.
Aamiin...!
Apa kabar readers? Masih kuat baca kan... dan jangan pernah bosan dengan tulisan saya ini ya. hehee
Pengalaman selama menjadi TKW di Malaysia. Stay tune on my blog ya dears...
Pengalaman...!
Alasan pertama saya imgin ke Malaysia ialah mencari pengalaman baru.
Dimulai dari ingin tahu bagaimana proses dasarnya bisa menjadi calon TKW, ingin tahu cara keberangkatannya, dan kehidupan para TKW nantinya setelah berada di Negara orang, serta bagaimana destinasi yang ada di Negara Macan Asia itu sendiri.
Terlepas dari anggapan negative sebagian orang,yang men- judge setiap perempuan yang menjadi TKW itu pasti dianggap buruk setelah kembali dari sana. Saya memberanikan diri mengambil keputusan yang awalnya kedua orangtua saya tidak mengizinkan. Namun, pada akhirnya beliau member izin, sebab ada kakak sepupu yang tinggal dekat dengan perumahan pekerja nantinya setelah saya tiba di Malaysia . Dan juga saat saya meminta izin kepada Mama, saya sudah mendaftar terlebih dahulu, sehingga Mama tidak bisa berkata apapun untuk melarang.
Tentu semua orang punya pengalaman dalam hidupnya. Pun begitu juga dengan saya. Dan bukan hanya saya saja yang menjadi TKW di Malaysia ini, ada ratusan bahkan ribuan jumlahnya yang telah tersebar diberbagai sudut kota Malaysia ini.
Ini kali pertama saya dapat menginjakkan kaki ke tanah melayu ini. Rasanya luar biasa, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dan ceritanya ada di IG saya ya @yue.cha_hijabers.
Ketika saya sampai di airport, saya begitu excited, dan seperti orang yang “keppo”, mau tahu apa yang dibicarakan orang-orang asing itu dengan gaya, bahasa dan logat dari khas Negara mereka masing-masing.
Lain ladanag lain belalang, lain lubuk lain ikannya..
Pribahasa yang tak asing lagi, yang artinya; setiap Negara atau lingkungan, tidak akan pernah sama aturan dan budayanya. Sama halnya dengan Indonesia dan Malaysia, keduanya sangat jauh berbeda.
Jangankan antar Negara, antara Batam dan Medan saja sudah berbeda. Saya yang sudah terbiasa dengan pergaulan di Batam (5 tahun) kemudian kembali lagi ke Medan, terlihat sekali perbedaannya. Medan lebih sedikit keras dan harus tahan mental dech.
24 April’18, saya dan rombongan tiba di hostel (asrama pekerja) pada sore hari. Setelah prepare semua barang bawaan hingga maghrib menjelang, kami disibukkan lagi dengan pengarahan tentang aturan di rumah dari agent Malaysia.
Ketika semua sudah selesai, hal yang paling saya cemaskan adalah bagaimana saya bisa menghubungi keluarga di Indonesia dan untuk memberi kabar kepada kakak sepupu yang ada di sini bahwa saya sudah sampai di Penang.
Jadi, kamu siapkan sim card Malaysia jika sudah sampai di sana. Kamu bisa beli di bandara, meskipun sedikit mahal. Kalau saya karena kakak sudah mempersiapkan semuanya untuk saya, makanya saya santai saja. Namun tetap cemas juga sih.
Nggak enak menunggu.!
Alhamdulillah... karena sebagian teman sudah dapat kartu perdana dari agent, saya meminjam handphone teman untuk menghubungi kakak, dan mengabarkan bahwa saya sudah sampai serta memberikan alamat hostel saya.
Awalnya baik-baik saja, dan bahagianya lagi, kakak membawakan sedikit makanan (biscuit dan air mineral beberapa botol) untuk persedian saya. Setibanya di depan hostel, kakak dan suaminya serta kedua anaknya mengajak saya keluar mencari makan. Oke, dengan senang hati saya setuju ajakan itu. Kemudian saya pamit sama beberapa teman yang ada di ruang tamu.
Eh, terkejutnya saya ketika dia (salah satu dari mereka) membalas dengan nada suara yang ngotot.
“tolong lah hargai kami di sini, ini udah malam”. Katanya
“loh, aku ada kunci sendiri kok, dan tolonglah hargai saudara aku yang udah datang jauh-jauh”.
Dia diam.
Itu pertama kalinya saya berani melawan dan “menantang” balik orang semacam itu, setelah sekian lama. Kalau tidak salah, terakhir saya suka berantam itu ketika MTS (setara SMP).
“Yah, begitulah di sini, udah biasa berkelahi antar sesama teman se-asrama. Malah biasanya yang bikin bertengkar itu malah sesama orang Indonesia, karena kebanyakan mereka, kalau sudah sampai di sini, gayanya sok- sok kali”. Begitulah penjelasan kakak saat saya menceritakan semua kondisini yang saya alami dihari pertama di sini.
Mungkin ada benarnya juga, pun kakak juga mantan TKW yang sudah menjadi istri dari lelaki melayu di sini. Setidaknya dia punya pengalaman itu yang sekarang menjadi pengalaman saya.
Karena ke-khawatiran kakak saya akan prihal pertengkaran kemarin, dia melengkapi keperluan barang-barang yang saya perlukan di hostel. Seperti; piring,gelas, tempat masak, dll. Kecuali kulkas, rice cooker, setrikaan, kompor gas, dan kuali (semua disediakan oleh pihak perusahaan dan bahan makanan selama 1 minggu) serta alat-alat makan. Namun, karena kakak saya takut berkelahi lagi, maka saya mengasingkan diri untuk tidak menggunakan barang-barang itu. Kakak memberikan peralatan dapur untuk saya. Alhamdulillah... betapa beruntungnya saya waktu itu.
Batu Kawan, 23 Oct., 18
Penang, Malaysia.
0 Response to "PENGALAMAN ADALAH KENANGAN"
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys