AMINAH BINTI WAHAB, IBUNDA RASULULLAH ﷺ
NASAB SEORANG IBU MULIA SEPANJANG MASA DARI BANI ZUHRAH
Keluarga yang muncul dari kabilah yang memiliki kedudukan tinggi di tanah suci, yang memiliki seluruh tugas keagamaan besar yang diiringi oleh sederet keluhuran dan keistimewaan. Keluarga itu adalah Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr. Fihr adalah Quraisy “Tidak ada Quraisy selain mereka, tidak ada orang Quraisy selain yang berasal dari mereka".
Zuhrah bin Kilab adalah saudara kandung Qushai bin Kilab; pemimpin Mudhar, raja Mekah sepanjang hidupnya. Setelah itu meninggalkan warisan agung kepada Quraisy yang tidak disaingi oleh kabilah lainnya. Samapi akhirnya muncullah Muhammad, cucu Qushai dan Zuhrah, keduannya adalah anak kilab, dengan membawa keagungan dan kemuliaan sepanjang masa.
Ibu zuhrah dan Qushai adalah Fathimah binti Sa’ad bin Sayal, salah satu Bani Jadarah. Mereka dijuluki seperti itu karena dinisbatkan kepada kakek mereka, Amir bin Amr Al-Azdi. Ia mendirikan dinding Ka’bah saat banjir besar masuk ke dalam Ka’bah. Ketika Amir mendirikan dinding Ka’bah, Amir memberi nama Jadir. Lalu anak-anaknya dijuluki Bani Jadarah sepeninggalnya.
Bani Zuhrah dikenal sejak mereka menjalin tali kasih dengan Bani Abdi Manaf bin Qushai, bukan menjalin hubungan dengan saudara-saudaranya sendiri dari kalangan Bani Abdud Dar. Klik disini kisah sebelumnya.
Kemudian Bani Zuhrah menjalin persaudaraan dengan Bani Manaf. Mereka saling berdampingan dan rumah-rumah mereka berdekatan. Ketika kaum Quraisy membagi Ka’bah, yaitu bagian pintu Ka’bah untuk Bani Manaf dan Zuhrah, sementara bagian Rukun Hajar Aswad dan Rukun Yamani untuk Bani Makhzum beserta kabilah-kabilah lain yang turut bergabung dengan Bani Makhzum. Bagian atas Ka’bah untuk Bani Jumah dan Bani Saham, dan bagian Hijr untuk Bani Abdud Dar bin Qushai.
Bani Zuhrah juga tidak ketinggalan. Mereka adalah pihak yang paling mulia dan terhormat. Pasalnya, ada seseorang dari Zubaid datang ke Mekah dengan membawa barang dagangan, lalu barangnya dibeli Al-Ash bin Wa’il. Al-Ash memiliki kedudukan dan kemulian di Mekah. Namun ia tidak memenuhi hak dan tidak membayar barang dagangan mirik orang dari Zubaid tersebut. Orang Zubaid tadi kemudian meminta bantuan pada para sekutunya, Abdud Dar, Makhzum, Jumah, Saham dan Adi bin Ka’ab. Namun mereka tidak mau membantunya dan bahkan mereka membentak orang dari Zubaid tersebut.
Kemudian orang dari Zubaid itu naik ke atas gunung Abu Qubais saat matahari terbit. Ketika semua kaum Quraisy berada pada tempat-tempat perkumpulan mereka. Lalu ia berteriak sekencang mungkin;
Wahai keluarga Fihr! Tolonglah orang yang barang dagangannya dizalimi di lembah Mekah. Ia jauh dari kampung halaman dan jauh dari golongannya. Ia berihram dan lurus rambutnya, tapi ia tidak dapat menunaikan umrahnya.
Wahai orang-orang yang berada di antara Hijr dan Hajar Aswad. Sesungguhnya kesucian itu milik orang-orang yang sempurna kemuliaannya. Tidak ada kesucian bagi pakaian orang keji dan pengkhianat.
Zubair bin Abdul Mutthalib langsung berdiri dan berteriak, “Kau tidak akan dibiarkan sendirian dalam urusan ini.”
Kemudian Hasyim, Zuhrah, dan Taim bin Murrah pun mengadakan pertemuan di rumah Adullah bin Jud’an. Adullah bin Jud’an adalah salah seorang dari Bani Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay. Dia adalah sepupu sayyidah Aisyah r.a. Lalu mereka membuat janji bahwa tidak akan melihat seorang pun yang dialimi di Mekah, baik oleh penduduk Mekah seniri ataupun penduduk lainnya yang memasuki Mekah. Mereka akan membalas siapa pun yang berbuat zalim, hingga hak orang yang dizalimi dikembalikan lagi.
Pada akhirnya, orang dari Zubaid mendapatkan haknya kembali dari Al-Ash bin Wa’il.
Dari keluarga Quraisy yang mulia, yang sudah sejak lama dikenal menjalin tali kasih dengan Bani Abdi Manaf bin Qushai, yang sejarah menyebutkan peran serta prestasi mereka, juga hubungan erat mereka dengan berbagai peristiwa besar yang pernah disaksikan Mekah menjelang datangnya islam, serta persekutuan mereka dengan Hasyim dan anak-anaknya dalam dua persekutuan besar; persekutuan Muththayyibin dan Hilful Fuhul, dari keluarga inilah Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah berasal.
Kakek Aminah dari garis ayah adalah Abdi Manaf bin Zuhrah yang namanya disandingkan dengan nama ank pamannya, Abdi Manaf bin Qushai.
Ayah Aminah adalah Wahab bin Abdi Manaf, pemimpin Bani Zuhrah, baik dari sisi kemuliaan maupun keagungan leluhur.
Nasab Aminah dari garis ibunya tidaklah lebih rendah dari nasabnya dari garis ayahnya, karena Aminah adalah putri Barrah binti Abdul Uzza bin Utsmat bin Abdud Dar bin Qushai bin Kilab.
Nenek Aminah dari garis ibunya adalah Ummu Habib binti Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Ibu Ummu Habib adalah Barrah binti Auf bin Ubaid binUwaij bin Adi bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr.
Keturunan luhur dan mengakar inilah yang melahirkan Aminah, sehingga Aminah mampu mengemban tugas mulianya sebagai seorang ibu yang bersejarah.
Keluarga yang muncul dari kabilah yang memiliki kedudukan tinggi di tanah suci, yang memiliki seluruh tugas keagamaan besar yang diiringi oleh sederet keluhuran dan keistimewaan. Keluarga itu adalah Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr. Fihr adalah Quraisy “Tidak ada Quraisy selain mereka, tidak ada orang Quraisy selain yang berasal dari mereka".
Zuhrah bin Kilab adalah saudara kandung Qushai bin Kilab; pemimpin Mudhar, raja Mekah sepanjang hidupnya. Setelah itu meninggalkan warisan agung kepada Quraisy yang tidak disaingi oleh kabilah lainnya. Samapi akhirnya muncullah Muhammad, cucu Qushai dan Zuhrah, keduannya adalah anak kilab, dengan membawa keagungan dan kemuliaan sepanjang masa.
Ibu zuhrah dan Qushai adalah Fathimah binti Sa’ad bin Sayal, salah satu Bani Jadarah. Mereka dijuluki seperti itu karena dinisbatkan kepada kakek mereka, Amir bin Amr Al-Azdi. Ia mendirikan dinding Ka’bah saat banjir besar masuk ke dalam Ka’bah. Ketika Amir mendirikan dinding Ka’bah, Amir memberi nama Jadir. Lalu anak-anaknya dijuluki Bani Jadarah sepeninggalnya.
Bani Zuhrah dikenal sejak mereka menjalin tali kasih dengan Bani Abdi Manaf bin Qushai, bukan menjalin hubungan dengan saudara-saudaranya sendiri dari kalangan Bani Abdud Dar. Klik disini kisah sebelumnya.
Kemudian Bani Zuhrah menjalin persaudaraan dengan Bani Manaf. Mereka saling berdampingan dan rumah-rumah mereka berdekatan. Ketika kaum Quraisy membagi Ka’bah, yaitu bagian pintu Ka’bah untuk Bani Manaf dan Zuhrah, sementara bagian Rukun Hajar Aswad dan Rukun Yamani untuk Bani Makhzum beserta kabilah-kabilah lain yang turut bergabung dengan Bani Makhzum. Bagian atas Ka’bah untuk Bani Jumah dan Bani Saham, dan bagian Hijr untuk Bani Abdud Dar bin Qushai.
Bani Zuhrah juga tidak ketinggalan. Mereka adalah pihak yang paling mulia dan terhormat. Pasalnya, ada seseorang dari Zubaid datang ke Mekah dengan membawa barang dagangan, lalu barangnya dibeli Al-Ash bin Wa’il. Al-Ash memiliki kedudukan dan kemulian di Mekah. Namun ia tidak memenuhi hak dan tidak membayar barang dagangan mirik orang dari Zubaid tersebut. Orang Zubaid tadi kemudian meminta bantuan pada para sekutunya, Abdud Dar, Makhzum, Jumah, Saham dan Adi bin Ka’ab. Namun mereka tidak mau membantunya dan bahkan mereka membentak orang dari Zubaid tersebut.
Kemudian orang dari Zubaid itu naik ke atas gunung Abu Qubais saat matahari terbit. Ketika semua kaum Quraisy berada pada tempat-tempat perkumpulan mereka. Lalu ia berteriak sekencang mungkin;
Wahai keluarga Fihr! Tolonglah orang yang barang dagangannya dizalimi di lembah Mekah. Ia jauh dari kampung halaman dan jauh dari golongannya. Ia berihram dan lurus rambutnya, tapi ia tidak dapat menunaikan umrahnya.
Wahai orang-orang yang berada di antara Hijr dan Hajar Aswad. Sesungguhnya kesucian itu milik orang-orang yang sempurna kemuliaannya. Tidak ada kesucian bagi pakaian orang keji dan pengkhianat.
Zubair bin Abdul Mutthalib langsung berdiri dan berteriak, “Kau tidak akan dibiarkan sendirian dalam urusan ini.”
Kemudian Hasyim, Zuhrah, dan Taim bin Murrah pun mengadakan pertemuan di rumah Adullah bin Jud’an. Adullah bin Jud’an adalah salah seorang dari Bani Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay. Dia adalah sepupu sayyidah Aisyah r.a. Lalu mereka membuat janji bahwa tidak akan melihat seorang pun yang dialimi di Mekah, baik oleh penduduk Mekah seniri ataupun penduduk lainnya yang memasuki Mekah. Mereka akan membalas siapa pun yang berbuat zalim, hingga hak orang yang dizalimi dikembalikan lagi.
Pada akhirnya, orang dari Zubaid mendapatkan haknya kembali dari Al-Ash bin Wa’il.
Dari keluarga Quraisy yang mulia, yang sudah sejak lama dikenal menjalin tali kasih dengan Bani Abdi Manaf bin Qushai, yang sejarah menyebutkan peran serta prestasi mereka, juga hubungan erat mereka dengan berbagai peristiwa besar yang pernah disaksikan Mekah menjelang datangnya islam, serta persekutuan mereka dengan Hasyim dan anak-anaknya dalam dua persekutuan besar; persekutuan Muththayyibin dan Hilful Fuhul, dari keluarga inilah Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah berasal.
Kakek Aminah dari garis ayah adalah Abdi Manaf bin Zuhrah yang namanya disandingkan dengan nama ank pamannya, Abdi Manaf bin Qushai.
Ayah Aminah adalah Wahab bin Abdi Manaf, pemimpin Bani Zuhrah, baik dari sisi kemuliaan maupun keagungan leluhur.
Nasab Aminah dari garis ibunya tidaklah lebih rendah dari nasabnya dari garis ayahnya, karena Aminah adalah putri Barrah binti Abdul Uzza bin Utsmat bin Abdud Dar bin Qushai bin Kilab.
Nenek Aminah dari garis ibunya adalah Ummu Habib binti Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Ibu Ummu Habib adalah Barrah binti Auf bin Ubaid binUwaij bin Adi bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr.
Keturunan luhur dan mengakar inilah yang melahirkan Aminah, sehingga Aminah mampu mengemban tugas mulianya sebagai seorang ibu yang bersejarah.
0 Response to "AMINAH BINTI WAHAB, IBUNDA RASULULLAH ﷺ "
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys