BULLYING ITU MENYAKITKAN SELAMAYA
Assalamualaikum.... lanjut ya ceritanya tentang;
"SIAPA BILANG SMA ITU MENYENANGKAN [Part 2]"
Kalian tahu? Betapa tidak bahagianya saya di sana. Sekolah yang serasa penjara. Tapi saya tidak berani untuk meminta pindah. Karena saya pikir, saya bisa melewati kondisi ini dengan tidak memperdulikan mereka. Dan tidak merepotkan orang tua saya.
Saya jadi seorang introvert. Selalu di dalam kelas. Setelah itu saya mendapatan geng; 3 orang teman baik kala itu. tetapi ternyata ada yang nusuk. Ah, biasa kan, masalah anak ABG. Sampai detik ini saya tidak pernah memberi tahu teman saya itu, kalau dia nusuk saya dari belakang. Masalah cinta, rasanya malas untuk diributkan, prinsip saya kala itu.
Cerita selanjutnya, entah bagaimana saya menjadi bulan-bulanan beberapa orang, terutama kakak kelas. Ya, mereka suka menjahili saya, padahal saya sudah berusaha menjauh dari mereka. Kemudian, saya tidak tahu, ada yang mengirim surat cinta dari anak kelas X lain. Dan saya menolaknya. Mendadak, saya seperti di ketahui banyak orang. Kemudian teman lelaki di kelas menjadi akrab kepada saya. Dan kalau saya ingat-ingat sekarang, cara lelaki itu bercanda adalah pelecehan. Bodohnya saya kala itu menganggap bercandanya hanya sebuah lelucon biasa. Ya Allah... bodohnya saya waktu itu.
Ah ya, saya ingat kenapa lelaki di kelas jadi akrab kepada saya, karena salah satu teman saya, si N, memang cukup centil dibandingkan dengan dua teman saya; doble H. Dan mungkin juga, saya dikenal orang (anak kelas 3) karena saya berteman dengan N.
Dan bodohnya saya kala itu ―saat menuliskan cerita ini, berpikir― menganggap mereka yang bercanda adalah karena mereka tulus berteman dengan saya. Tetapi saya pikir ulang kembali sekarang, bahwa mereka hanya mempermainkan kebodohan dan keluguan saya pada masa itu. Menyedihkan.
Lalu berikutnya, saat saya selesai olahraga. Tiba-tiba ada yang menginjak sepatu saya dari belakang, sehingga sepatu saya (modelnya sepatu flat/ balet) mudah terlepas. Dan setelah terlepas dari kaki saya, dia menendangnya. Yah, dia kakak kelas yang menyebalkan. Sok kecakepan. Bahkan bukan sekali dia menendang, saat saya ingin mengambil sepatu itu, dia ulangin tindakan tersebut. Geram sekali. Di saat lagi letih sehabis olahraga, ditambah dengan mengejar sepatu. Rasanya ingin saya lempar dengan batu.
Berikutnya, ketika saya jajan sendirian ke kantin. Tiba-tiba kakak itu lagi beserta gengnya menghalangi jalan keluar saya. Ah, kalau diingat-ingat rasanya menyebalkan. Justru yang lebih sadis bukan kakak yang menendang sepatu, melainkan temannya yang ikut-ikutan tanpa permisi dan alasan ikut mengerjai saya.
Yap, begitu juga dengan kisah saya. Tapi tak semanis senetron di tivi dan tak seromantis kisah novel.
Teman geng yang berarti sudah menjadi saudara dan ikatan kuat dalam lingkungan sekolah, bukan kah begitu? Yang punya geng, pasti tahu.
Namun, geng kami terpecah setelah kami naik kelas dua, XI. N dan H masuk jurusan IPS (tidak satu kelas). Saya dan H masuk IPA (pisah kelas). Kami menjalani kisah masing-masing, dan semenjak berpisah kelas, kami jarang bertemu muka di luar (saat jam istirahat). Apalagi saya, justru kelas dua menjadi lebih mengunci diri di kelas. Karena kelas saya bersebelahan dengan kantin, jadi kalau mau jajan hanya butuh 5 menit saja, dan makan di kelas.
Di kelas dua saya benar-benar tertutup. Dan saya tidak mengikuti organisasi mana pun, kecuali saat kelas satu, hanya Pramuka.
Singkat cerita, saat tikungan itu terjadi kepada saya. Saya lupa mana yang lebih dulu, dan pada kelas berapa, tetapi rasanya antara kelas satu/ dua. Tusukan pertama yang saya dapatkan, ternyata N adalah pacarnya (kakak kelas yang saya taksir), hehehhe..... ini masih labil ya.... namanya juga ABG, pasti ada rasa taksir menaksir.
Yah, si N ternyata lebih duluan mendapatkan hati kakak itu. kakak kelas baik hati yang selalu senyum kepada saya ketika berselisih temu saat jam istirahat. Rasanya sakit, sih. Mendengar berita dari orang lain, tentang sahabat sendiri. Betul tidak?
Saya dan N juga teman-teman yang lain memang sudah pisah secara halus. Tidak ada komunikasi lagi diantara kami, kecuali kalau bertemu secara kebetulan, itu pun hanya melempar senyum. Jadi, mungkin N juga tidak ada kewajiban lagi untuk menceritakan perasaannya dan kisah cintanya kepada saya, begitu pun dengan saya. N memang tidak pernah tahu kalau saya suka kepada kakak itu. dan siapa pun tidak pernah tahu, karena saya memang tidak pernah bercerita kepada siapa pun tentang urusan hati/ pribadi saya. Jadi, N mungkin tidak bermaksud untuk menikung saya atau pun menusuk dari belakang.
Setelah gossip itu beredar (saya tidak tahu siapa biang utama penyebaran itu). muncullah gossip baru tentang mereka. Dan berita ini saya tahu dari teman dekat kakak itu, menceritakan langsung kepada saya. Lupa dialog pertamanya gimana, tapi yang saya ingat. Temannya bilang, “Sebenarnya, kak A tidak suka sama N. Dia jalan terpaksa, karena tidak mau menyakiti perasaan N, temanmu. Karena si N lah yang terus ngejar-ngejar A dan nembak melalui surat. Sebenarnya, teman aku itu sukanya sama kamu, dek.”
Alammaaakkkkkk...... meleleh adek, kak...!!!! berbunga-bunga cuy..... entah benar atau tidak yang disampaikannya. Yang jelas itulah yang saya tahu. Tapi saat gossip itu menyebar (kakak yang berpacaran dengan N) hingga sampai kakak A itu lulus, saya tidak pernah bertatap muka atau sapaan lagi.
Bagus lah,,,, jadi tidak sakit hati kan lihat mereka.
Saat SMP juga, saat saya hanya menjadi teman cadangan bagi orang lain (teman yang tak dianggap keberadaannya). Tetapi dengan berteman dengan Desy (murid pindahan) dari sekolah lain saat kelas 2 SMP. Saat itulah saya seperti memiliki teman sehati. Tapi sekang dia tak pernah ada kabar setelah lulus SMA (sekolah kami beda).
Singkat cerita, teman saya N ternyata sudah jadian (pacaran) dengan lelaki yang saya taksir juga. Lelaki yang satu stanbuk dengan saya, dan satu test masuk sekolah. Dia orang pertama yang saya lihat dan jatuh hati. Hahahaha..... maaf kan.... namanya juga pubertas. ABABIL cuy...!
Saya lupa bagaimana kejadiannya, tetapi gossip yang beredar mengatakan mereka telah jadian. Yah....harus ikhlas dong. Dan cara saya melewatinya adalah dengan selalu di kelas terus. Harus pintar-pintar cari jalan agar tidak berselisihan.
Eh, berikutnya, pria yang katanya pacar si N, satu kelas dengan saya (kelas XI). Ya ampuuun...! lagi-lagi bikin badmood.
Tusukan kedua membuat saya jadi jahat. Kata mereka yang pernah saya sakiti, mengatakan; saya tidak punya perasaan.
Ya, perasaan saya sudah mati kala itu. saya memang tidak ada mood di sekolah itu dan dengan teman-teman yang lain, hanya beberapa teman yang saya sukai, kini masih terjalin hubungan baik.
"SIAPA BILANG SMA ITU MENYENANGKAN [Part 2]"
Kalian tahu? Betapa tidak bahagianya saya di sana. Sekolah yang serasa penjara. Tapi saya tidak berani untuk meminta pindah. Karena saya pikir, saya bisa melewati kondisi ini dengan tidak memperdulikan mereka. Dan tidak merepotkan orang tua saya.
Saya jadi seorang introvert. Selalu di dalam kelas. Setelah itu saya mendapatan geng; 3 orang teman baik kala itu. tetapi ternyata ada yang nusuk. Ah, biasa kan, masalah anak ABG. Sampai detik ini saya tidak pernah memberi tahu teman saya itu, kalau dia nusuk saya dari belakang. Masalah cinta, rasanya malas untuk diributkan, prinsip saya kala itu.
Prinsip saya dulu ialah cinta hanya permainan orang-orang yang hanya ingin mengambil keuntungan satu sama lain. Saya menganggap orang-orang yang mendekat karena cinta, adalah kebohongan.
- BULLYING PERTAMA DAN SETERUSNYA
Ah ya, saya ingat kenapa lelaki di kelas jadi akrab kepada saya, karena salah satu teman saya, si N, memang cukup centil dibandingkan dengan dua teman saya; doble H. Dan mungkin juga, saya dikenal orang (anak kelas 3) karena saya berteman dengan N.
Dan bodohnya saya kala itu ―saat menuliskan cerita ini, berpikir― menganggap mereka yang bercanda adalah karena mereka tulus berteman dengan saya. Tetapi saya pikir ulang kembali sekarang, bahwa mereka hanya mempermainkan kebodohan dan keluguan saya pada masa itu. Menyedihkan.
Lalu berikutnya, saat saya selesai olahraga. Tiba-tiba ada yang menginjak sepatu saya dari belakang, sehingga sepatu saya (modelnya sepatu flat/ balet) mudah terlepas. Dan setelah terlepas dari kaki saya, dia menendangnya. Yah, dia kakak kelas yang menyebalkan. Sok kecakepan. Bahkan bukan sekali dia menendang, saat saya ingin mengambil sepatu itu, dia ulangin tindakan tersebut. Geram sekali. Di saat lagi letih sehabis olahraga, ditambah dengan mengejar sepatu. Rasanya ingin saya lempar dengan batu.
Berikutnya, ketika saya jajan sendirian ke kantin. Tiba-tiba kakak itu lagi beserta gengnya menghalangi jalan keluar saya. Ah, kalau diingat-ingat rasanya menyebalkan. Justru yang lebih sadis bukan kakak yang menendang sepatu, melainkan temannya yang ikut-ikutan tanpa permisi dan alasan ikut mengerjai saya.
- TIKUNGAN DAN TUSUKAN
Yap, begitu juga dengan kisah saya. Tapi tak semanis senetron di tivi dan tak seromantis kisah novel.
Teman geng yang berarti sudah menjadi saudara dan ikatan kuat dalam lingkungan sekolah, bukan kah begitu? Yang punya geng, pasti tahu.
Namun, geng kami terpecah setelah kami naik kelas dua, XI. N dan H masuk jurusan IPS (tidak satu kelas). Saya dan H masuk IPA (pisah kelas). Kami menjalani kisah masing-masing, dan semenjak berpisah kelas, kami jarang bertemu muka di luar (saat jam istirahat). Apalagi saya, justru kelas dua menjadi lebih mengunci diri di kelas. Karena kelas saya bersebelahan dengan kantin, jadi kalau mau jajan hanya butuh 5 menit saja, dan makan di kelas.
Di kelas dua saya benar-benar tertutup. Dan saya tidak mengikuti organisasi mana pun, kecuali saat kelas satu, hanya Pramuka.
Singkat cerita, saat tikungan itu terjadi kepada saya. Saya lupa mana yang lebih dulu, dan pada kelas berapa, tetapi rasanya antara kelas satu/ dua. Tusukan pertama yang saya dapatkan, ternyata N adalah pacarnya (kakak kelas yang saya taksir), hehehhe..... ini masih labil ya.... namanya juga ABG, pasti ada rasa taksir menaksir.
Yah, si N ternyata lebih duluan mendapatkan hati kakak itu. kakak kelas baik hati yang selalu senyum kepada saya ketika berselisih temu saat jam istirahat. Rasanya sakit, sih. Mendengar berita dari orang lain, tentang sahabat sendiri. Betul tidak?
Saya dan N juga teman-teman yang lain memang sudah pisah secara halus. Tidak ada komunikasi lagi diantara kami, kecuali kalau bertemu secara kebetulan, itu pun hanya melempar senyum. Jadi, mungkin N juga tidak ada kewajiban lagi untuk menceritakan perasaannya dan kisah cintanya kepada saya, begitu pun dengan saya. N memang tidak pernah tahu kalau saya suka kepada kakak itu. dan siapa pun tidak pernah tahu, karena saya memang tidak pernah bercerita kepada siapa pun tentang urusan hati/ pribadi saya. Jadi, N mungkin tidak bermaksud untuk menikung saya atau pun menusuk dari belakang.
Setelah gossip itu beredar (saya tidak tahu siapa biang utama penyebaran itu). muncullah gossip baru tentang mereka. Dan berita ini saya tahu dari teman dekat kakak itu, menceritakan langsung kepada saya. Lupa dialog pertamanya gimana, tapi yang saya ingat. Temannya bilang, “Sebenarnya, kak A tidak suka sama N. Dia jalan terpaksa, karena tidak mau menyakiti perasaan N, temanmu. Karena si N lah yang terus ngejar-ngejar A dan nembak melalui surat. Sebenarnya, teman aku itu sukanya sama kamu, dek.”
Alammaaakkkkkk...... meleleh adek, kak...!!!! berbunga-bunga cuy..... entah benar atau tidak yang disampaikannya. Yang jelas itulah yang saya tahu. Tapi saat gossip itu menyebar (kakak yang berpacaran dengan N) hingga sampai kakak A itu lulus, saya tidak pernah bertatap muka atau sapaan lagi.
Bagus lah,,,, jadi tidak sakit hati kan lihat mereka.
- TIKUNGAN DAN TUSUKAN-2
Saat SMP juga, saat saya hanya menjadi teman cadangan bagi orang lain (teman yang tak dianggap keberadaannya). Tetapi dengan berteman dengan Desy (murid pindahan) dari sekolah lain saat kelas 2 SMP. Saat itulah saya seperti memiliki teman sehati. Tapi sekang dia tak pernah ada kabar setelah lulus SMA (sekolah kami beda).
Singkat cerita, teman saya N ternyata sudah jadian (pacaran) dengan lelaki yang saya taksir juga. Lelaki yang satu stanbuk dengan saya, dan satu test masuk sekolah. Dia orang pertama yang saya lihat dan jatuh hati. Hahahaha..... maaf kan.... namanya juga pubertas. ABABIL cuy...!
Saya lupa bagaimana kejadiannya, tetapi gossip yang beredar mengatakan mereka telah jadian. Yah....harus ikhlas dong. Dan cara saya melewatinya adalah dengan selalu di kelas terus. Harus pintar-pintar cari jalan agar tidak berselisihan.
Eh, berikutnya, pria yang katanya pacar si N, satu kelas dengan saya (kelas XI). Ya ampuuun...! lagi-lagi bikin badmood.
Tusukan kedua membuat saya jadi jahat. Kata mereka yang pernah saya sakiti, mengatakan; saya tidak punya perasaan.
Ya, perasaan saya sudah mati kala itu. saya memang tidak ada mood di sekolah itu dan dengan teman-teman yang lain, hanya beberapa teman yang saya sukai, kini masih terjalin hubungan baik.
Masa SMA mengajarkan saya menjadi orang yang jahat. Terutama pada lelaki. Masa dimana saya tidak memahami arti pertemanan yang tulus seperti apa. Masa SMA tidak mengenalkan saya pada lelaki yang seperti apa yang seharusnya melindungi wanita.
0 Response to "BULLYING ITU MENYAKITKAN SELAMAYA"
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys