TIPS BAGI CALON IBU YANG INGIN MELAHIRKAN- PART 2
- Tangisan Bahagia
Menjelang maghrib, rasa sakit semakin bertambah. Posisi pun sudah tidak ada lagi yang nyaman. Perawat menyarankan untuk baring dengan miring ke kiri. Namun, saya tidak bisa mengikutinya, karena sakitnya semakin meningkat dengan posisi tersebut.
Oh ya, sempat juga saya merasa kesal. Sebab, ada perawat yang ingin mengecek pembukaan, tetapi setelah dia cek, justru dia bingung sudah pembukaan berapa. Lalu dia memanggil temannya (yang lebih senior) dan melakukan pengecekan pembukaan pada saya lagi. Kesel, donk. Sudah lah saya paling takut dan sakit saat pengecekan pembukaan itu. Eh, kok, perawat itu malah jadikan saya bahan perakteknya.
Singkat cerita, semakin mendekati pembukaan sempurna (sepuluh) rasanya seperti mau BAB, tapi rasa mulasnya lebih berkali-kali lipat mulas BAB. Saat di kasur persalinan, saya ingin benar-benar BAB, dan akhirnya terjadi.
Salut dech dengan mereka —para bidan dan perawat— yang tidak ada rasa jijik dengan semua keadaan pasien seperti kami.
“Nanti, kalau ada rasa sakit seperti mau BAB, ngejan ya yang kuat.” Pesan bidan yang menangani proses persalinan saya. Hanya itu yang saya tahu bagaimana cara melahirkan normal.
Tips; saat mengejan, tidak boleh mengangkat pantat. Sebab bisa menyebabkan robeknya jalan lahir lebih parah. Lalu, mata tidak boleh pejam. Sebab akan pecahnya pembuluh darah di mata. Dan mintalah pada perawat atau bidan, untuk meninggikan bantal sandaran atau buat badan kita bersandar dengan nyaman agar tekanan saat mengejan lebih kuat.
Alhamdulillah, bayi saya terlahir sehat dan selamat. Meskipun proses mengejan saya tergolong lama, yaitu 45 menit bayi saya tertahan di jalan lahir. Tetapi Allah mudahkan dan mampukan saya.
Ya Allah... saat bayi itu keluar dari jalan lahir saya, rasanya memang seperti BAB. Lega. Dan setelah bayi, dan plasentanya keluar, ada rasa haru melihat anak yang selama 9 bulan di dalam perut. Kini, berada di atas dada saya.
Ya Allah... terharu dan tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk ungkapkan rasa terimakasih kepada Sang Maha Baik.
Saat bayi kami keluar, ia tak langsung nangis. Sedikit khawatir juga. Tetapi Alhamdulillah, Allah tolong kami melalui bidan-bidan tersebut.
Setelah bayi kami terdengar tangisannya, tiba-tiba Pak Mam pun menangis. Sambil memeluk saya, ia menangis tersedu-sedu. Sedangkan saya, tiba-tiba badan saya menggigil kedinginan. Sekujur tubuh saya menggeletar.
Tak hanya itu, proses berikutnya masih ada lagi. Kata Pak Mam —karena setelah melahirkan, badan saya menggigil. Jadi saya tidak tahu mereka melakukan apa lagi kepada saya— lengan bidan itu masuk untuk mengambil darah-darah yang menggumpal dan kotoran yang tertinggal. Terbayanglah gimana robeknya miss V saya, dan bagaimana tangan bidan itu masuk hingga ke rahim saya. Ya Allah, kalau dipikirkan pakai logika, sungguh mengerikan. Tapi rasanya memang tidak sakit, atau mungkin karena pada saat itu tubuh saya hanya terfokus pada rasa dingin.
Proses selanjutnya adalah jahitan pirenium. Proses ini lah paling serem dan menakutkan. Sebab, pasien sebelum saya, dia menjerit sekali. Jadi parno duluan kan. Apalagi saya takut sekali dengan jarum.
Pasrah dan berdoa kepada Allah. Hanya itu yang membantu saya. Masih dengan rasa menggigil, bahkan selimut yang menempel pun tak berpengaruh. Rasanya saya seperti sedang melewati sakaratul maut. Sekujur badan saya dingin sekali.
Tak ada yang bisa menolong pada saat itu. Bahkan Pak Mam pun tak bisa berbuat banyak, lalu Pak Mam menanyakan keadaan saya pada bidan, tetapi mereka bilang, “memang gitu pak.” Tak ada pertolongan.
Dengan rasa menggigil dan sambil menunggu dokter datang untuk menjahit luka saya. Saya pun berpesan, “maafin awak ya yank, kalau awak banyak salah. Kalau awak meninggal setelah ini, jaga anak kita ya.”
Iya, karena tidak tahu lagi gimana caranya menenangkan badan saya. Rasa menggigilnya hingga ke tulang. Lalu, dokter pun datang setelah 30 menit menunggu.
Tips; saat proses jahitan berlangsung, fokuskan pikiran pada yang lain. Misalnya; sambil ingat hafalan, atau baca ayat-ayat yang kita hafal. Intinya, jangan fokuskan pikiran ke rasa sakit jahitan, meskipun terkadang sakitnya masih terasa.
Dan itulah yang saya lakukan. Saya meminta Pak Mam hidupkan murotal. Selama proses persalinan hingga selesai jahitan, saya terus mendengarkan murotal agar tidak terasa sakit dan pikiran saya tertuju pada ayat-ayat-Nya. Alhamdulillah... Allah bantu saya dengan meringankan semua rasa sakit yang tadinya saya takuti.
“Hebat ya, Nisa. Bisa kuat nahan sakit jahitan.” Ucap dokter. Padahal Allah lah yang Maha Hebat.
Setelah melewati semua proses persalinan yang penuh drama dan ketakutan. Saya benar-benar takjub dengan pengorbanan seorang wanita ketika berproses menjadi seorang Ibu. Dan bertambahlah rasa penyesalan saya akan dosa-dosa yang dulu, selalu melawan kepada Mamak. Bahkan terkadang sampai saat ini pun, saya sering membantah perkataan beliau. Masih saja terkadang berdebat dan melukai hatinya.
Ya Allah.... sunggu saya benar-benar merasa berdosa kepada orang tua yang telah berkorban segalanya untuk saya.
Ya Allah... Ampunilah dosa-dosa kedua orang tua hamba, dan haramkan lah jasad kedua orang tua hamba tersentuh api neraka.
RSIA Cempaka Azzahra
Rabu, 16 September 2020
28 Muharram 1442 H
0 Response to "TIPS BAGI CALON IBU YANG INGIN MELAHIRKAN- PART 2"
Post a Comment
silahkan memberikan masukan dan tanggapan yang sopan ya guys